ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Sabtu, 02 April 2011

Konsep Keimanan Islam 2 (JILID 24 Hal 160-165)


Konsep Keimanan Islam (2)

Tingkatan terakhir adalah Keimanan dalam tingkatan Marifat, inilah proses yang akan dilalui oleh umat Islam dalam Proses dari MEMAHAMI sampai menjadi MENG-IMAN-I. Proses antara Memahami dan mengimani inilah yang disebut dengan YAKIN. Tingkatan Iman yang ada pada tingkatan ini disebut sebagai “Haqqul Yaqin”.
Sama seperti contoh diatas, jika kita ajukan pertanyaan kepada tingkatan Marifat, Mengapa Shalat harus sujud? Selain jawaban syariat dan hakikat diatas, maka Kaum Marifat akan menjelaskan Ibadah Shalat itu sendiri dikaitkan dengan nilai-nilai Kehidupan manusia secara luas dan dalam (Holistis) dan dengan Penciptaan alam semesta (Keilahian). Pada tingkatan ini, orang ini biasanya akan menyesuaikan pembicaraanya dengan level dari lawan pembicaranya. Jika lawan bicaranya dinilai sebagai seorang Syariat/tarekat, maka orang ini akan menyesuaikan dengan kemampuannya, sambil sedikit ditambah dengan pemahaman hakikat dan marifatnya. Jadi jangan disalah artikan bahwa orang yang masih dalam tingkatan syariat dan tarekat adalah bukan orang yang tidak beriman. Ingat bahwa semenjak mengucapkan kalimah Syahadat (Tauhid), umat Islam sudah masuk kedalam proses keimanannya (Mukmin/manusia yang beriman), hanya kadarnya saja yang berbeda. Artinya proses Iman bertingkat itu hanya untuk memahami distingsi kadar keimanannya dan ketaqwaan dalam ajaran Islam.
“sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),”( Al Inshiqaq 84;19)
Tingkatan diatas bukanlah suatu beban, tetapi disesuaikan dengan kemampuan atau kesanggupan masing-masing.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta'atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [At Taghabun 64:16]
Artinya Islam memberikan pilihan kepada manusia, dimana secara kodrat manusia dari sisi akal budinya akan berproses.
”Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya...” [Al Mu'minuun:62]
Dan melalui proses akal budi inilah, Islam meyakini manusia akan menemukan kebenaran dalam Islam dengan Kitab Suci AlQurannya dengan Taufiq Hidayah dari Allah SWT.
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)."(Al Baqara 2;272)
Dari ayat diatas juga ditunjukan bahwa apapun yang ada di alam semesta ini hanyalah Milik Allah. Manusia hanya mendapatkan titipan-Nya. Sehingga apapun yang dilakukan manusia haruslah melalui dan diridhoi pemilikNya. Belajarlah terus maka manusia akan menemukan Islam dalam kehidayahan-Nya. Karena Alquran berisi panduan hidup lengkap yang melingkupi didalamnya adalah ilmu pengetahuan. Panduan yang berisi pengetahuan dan bimbingan kehidupan sejak manusia dilahirkan sampai nanti dimatikan dan dibangkitkan kembali.
“dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.”(An Nisaa 4;68)
Dalam hal berpikirpun umat Islam sudah jelas sikapnya terhadp hukum yang belaku pada Alquran, jikalau Tidak Logis =  Tinggalkan = Haram, Ragu-ragu = Abaikan atau Konsultasikan dengan ahli agama, Logis = Yakini = Imani.= Halal.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Israa 17;36)
Dalam AlQuran jelas ditegaskan apabila perdebatan muncul atau keragu-raguan muncul dan bagaimana sebuah hidayah hadir :
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (An Nisaa 4;83)
Perdebatan tentang Keimanan juga akan dijawab oleh AlQuran sendiri :
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Al-I Imran 3;20)
Sebuah cerita pengalaman proses keimanan yang didapatkan penulis dari www.dakwatuna.com (keyword: Maryam Jameelah), tentang proses keimanan seorang Intelektual Wanita Yahudi menjadi Muslim (Mualaf) :
“…Maryam Jameelah, seorang intelektual, penulis di bidang agama, filsafat, sejarah dan peradaban. Ia meyakini teks-teks Al-Qur’an dengan keimanan yang dalam. Pemikiran Barat pun mendapat pukulan balik darinya.
Lahir di New York, Amerika Serikat, 3 Mei 1934. Sebelum masuk Islam, ia bernama Margaret Marcus. Dia seorang pemikir dari keluarga Yahudi yang dibesarkan dalam masyarakat multinasional, New York City.
“Seandainya ada pertanyaan kepadaku bagaimana mengetahui perihal Islam? Aku hanya mampu menjawab, pengalaman pribadikulah yang mengantarkan pada keyakinanku. Keteguhanku akan aqidah Islam datang secara perlahan dan tenang namun penuh keyakinan.”
Lewat bacaannya terhadap literatur sejarah bangsa Arab, dia menemukan bahwa Islam besar dan agung bukan karena bangsa Arab, tapi justru orang Arab menjadi beradab karena Islam. Pemikiran Maryam dipengaruhi oleh Abul A’la Al-Maududi. Beliau telah membimbing Maryam memahami Islam lewat korespondensi sejak Desember 1960 sebelum dia masuk Islam hingga Mei 1962 dan akhirnya hijrah ke Pakistan.
Maryam Jameelah tidak pernah kendur menghadapi para penghujat Islam. Sikap kritisnya terhadap paham sekularisme dan materialisme dari dulu hingga kini demikian gigihnya. Itu ditunjukkan dengan usaha yang tidak mengenal penat dan lelah terhadap cita-cita luhur dan agung ini. Tokoh mujahidah ini mengangkat Islam sebagai satu jawaban paling tepat dan merupakan satu-satunya kebenaran yang dapat memberi petunjuk, tujuan serta nilai pada persoalan hidup dan mati…”

Perhatikan baik-baik cerita diatas, Apakah seseorang masuk keimanan Islam karena cerita bertemu dengan “penampakan” (mistik)? Apakah karena bertemu dengan penampakan muka Tuhan (seperti manusia) atau malaikat atau atau dinyatakan oleh sesuatu atau hal mistis lainya? Karena cerita mimpi atau pengalaman gaib lainya? Karena doktrin agama Islam? Apakah karena menjelekan atau mencaci-maki agama lain (agama sebelumnya)? Apakah Seorang masuk Islam karena sekedar iming-iming surga dan pahala? Apakah karena ditakut-takuti dosa dan neraka? Karena iming-iming harta? Ataukah karena proses Keimanan seperti yang saya ceritakan diatas? Atau karena keinginannya sendiri untuk belajar dan berkorespodensi dengan orang yang menurutnya  mumpuni untuk diajak berdiskusi secara ilmiah, karena latar belakangnya seorang intelektual? Apakah karena hal mistis atau logis dan rasional?
Hati-hati karena cerita dan artikel Gilamologi ini, jika ada yang memulai perang konsep dengan Umat Muslim, jangan dipikirkan bahwa umat Muslim hendak menjadikan dan memaksa anda  masuk Islam. Gilamologi hanya mengingatkan kepada mereka yang mendustakan dan meniadakan Tuhan, akan ada sesuatu yang mereka alami dari tempat yang mereka tidak sadari.
“Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari.” (An Nahl 16;26)
Justru andalah yang nanti akan memutuskan untuk mempelajari Islam dan mendapatkan hidayah Allah SWT dengan caranya sendiri.
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangkasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [Ath Thalaaq:3]
Jika seseorang akan masuk atau keluar dari Islam, Apa yang akan dilakukan oleh Umat Muslim? Berbahagiakah atau langsung dibunuhnya? Tidak dua-duanya. Semua umat Muslim pasti akan melakukan hal yang sama, dimulai dengan pertanyaan, Apakah anda sudah yakin? Lebih baik pelajari dulu dan pikirkan baik-baik, serta memberikan literatur Islam yang mungkin dia masih salah persepsi dengan itu.  Setelah semua benar-benar dari dalam dirinya, biarkanlah itu sebagai pilihannya sendiri. Hal ini adalah pengalaman saya terhadap 2 orang teman wanita saya yang menjadi murtad, karena menikah dengan non muslim. Tetapi alhamdulilah sekarang menjadi Muslim kembali. Yang satu bercerai dan menikah kembali dengan muslim. Sedangkan yang satunya lagi, justru bisa membawa suaminya menjadi Mualaf. Dan 7 orang teman saya laki-laki dari agama lain yang menjadi Mualaf sampai sekarang. Dan Alhamdulilah, teman (dosen) saya yang saya ceritakan di milist juga sudah memutuskan untuk menjadi Mualaf.
Baru-baru ini saya juga menghadiri reuni (SMP dan SMA), ternyata 12 orang teman saya non Muslim menjadi Mualaf. Ada 3 orang diantaranya yang wanita yang langsung/sudah memakai jilbab dan salah seorangnya membuat saya kaget karena dulu ia mantan pengurus rohani Kristen (Saya tahu karena saya mantan OSIS). Ada dua orang wanita Muslim rekan saya lainnya yang menikah dengan laki-laki “Impor” yang menjadi Mualaf. Karena hal ini sempat mengejutkan saya, maka saya coba mencari informasi dari rekan-rekan, adakah rekan kita yang Murtad? Mohon maaf, hasilnya nihil.
Subhanallah..
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idah 49-50)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 25 Hal 165-169

Tidak ada komentar:

Posting Komentar