ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Kamis, 07 April 2011

Perdebatan Ada Dan Tiada - Pendekatan Matematis 5 (JILID 31 Hal 196-200)


Perdebatan Ada Dan Tiada (Pendekatan Matematis 5)
Jadi saya hendak mengambil kesimpulan dari pendekatan matematis ini. Jika kita mengambil metode berpikir sesuai dengan deret hitung 0 s/d 9. Maka metode berpikir dari “ketiadaan” (0) menjadi “ada” (1) dan dilanjutkan terus sampai titik ilmu terapan yang dapat diaplikasikan manusia (9) dan terus tanpa batas (TAK TERHINGGA), maka metode berpikir ini memberi makna juga untuk mengetahui, mengerti dan memahami tanpa batasan (metode Deduktif). Artinya bahwa pada saat kita berpikir menggali sesuatu dengan metode Deduktif, maka tidak ada batasan bagi manusia untuk berpikir. Berpikir sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya dan sekritis-kritisnya. Serta mengupayakan, menemukan, melahirkan, merekayasa ilmu-ilmu terapan baru yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia. Artinya Islam bukanlah agama yang melarang untuk berpikir logis dan anilitis apalagi sebagai agama yang terkungkung oleh kaidah Dogmatis, selama cara berpikirnya benar.
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Ar Rahman 59;49)
Tetapi pada saat mengunakan metode Induktif, artinya deret hitungnya kita balik dari “ada” misalnya 9, maka akan selalu berakhir pada titik nol (0) yang saya sebut sebagai “Ruang kosong”.  Artinya bahwa metode induktif akan berhenti pada satu titik dimana semua itu akan bermuara pada Hukum Alam semesta. Hukum Alam semesta yang bermuara pada Pencipta-Nya (Kreasionis) yaitu Allah SWT yang tertuang dalam Kitab Suci Alquran. Pada titik inilah kita manusia sudah masuk dalam Ruang Kosong yang tidak dapat melewati batas ruang dan waktu lagi. Tidak mungkin ada hukum diatas hukum alam semesta lagi.
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”(Al hashr 59;22)
Seperti yang dikatakan Herakleitos bahwa segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanya logos. Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia. Dan jika kita paksakan terus, maka nilainya akan menjadi negatif (-). Makna nilai Negatif seperti yang sudah dijelaskan diatas adalah sebuah nilai yang ditentukan berdasarkan kesepakatan manusia. Dan hal ini jika kita paksakan pada pengertian Theis (Tuhan)/ Agama, maka ini yang disebut sebagai melewati batas.
“Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.”( Al Qamar 54;3)
Hal ini juga sesuai dengan pemikiran Aristoteles Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al Qamar 54;17)
Pendekatan matematis ini dapat pula mendekati kita dalam memaknai hidup. Kehidupan haus dimaknai sebagai sebuah bentuk perkalian. Jika manusia ingin memiliki hidup bernilai, maka kehidupan minimal harus memiliki rumusan A X B X C X D X E = HIDUP BERNILAI. Dimana variabel A = ALAT, B = BELAJAR dan BEKERJA, C = CARA, D = DOA dan E = EMPATI. Semua itu kita lakukan secara bersamaan, tidak boleh kita tidak lakukan atau kita hanya mau memilih salah satu yang paling enak kita lakukan. Kita harus melakukan semua dengan hal positif. Kita harus melakukan itu semua dalam pelaksanaan hidup dan metode berpikir manusia.
Artinya jika mau mendapatkan kehidupan bernilai maka misalnya Nilai A = 1, B =4, C= 2, D = 5 dan E = 1. Maka hidup kita bernilai 1 x 4 x 2 x 5 x 1 = 40. Bayangkan jika salah satunya kita tidak lakukan, maka misalnya kita tidak pernah mau berdoa (D=0) nilainya 1 x 9 x 2 x 0 x 5 = 0, maka hidup kita belum akan bernilai.
Hidup harus memiliki alat agar semua yang kita lakukan efektif dan efisien. Semua kebutuhan Lahiriah dan batiniah akan tercapau dengan mudah (efektif dan efisiens) bila kita memanfaatkan alat. Dalam kebutuhan rohani Kitab Suci adalah alat yang akan membantu manusia untuk menjalankan kehidupan.
Belajar dan Bekerja adalah kewajiban umat manusia, Alquran sudah memberikan contoh dari sejak awal suratnya diturunkan sampai ayat terakhir isinya berisi tentang panduan manusia untuk banyak belajar, serta bekerja yang merupakan kewajinban manusia di bumi.
Tanpa cara atau sistem manusia tidak akan mencapai kemampuan, kecerdasan, dan tehnologi sampai sekarang ini.
Doa adalah harapan. Doa adalah Visi. Doa adalah motivasi. Doa adalah komunikasi manusia dengan Tuhannya. Tanpa Doa, manuisa tidak akan memiliki kemauan yang tinggi.
Empati adalah kesadaran  atau keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dl keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain. Manusia adalah mahluk sosial dan perlu menimbulkan  rasa Empati, bukan sekedar simpati jika ingin bernilai dalam kehidupan sosialnya. Empati menjelaskan hubungan sosial manusia. Tanpa hubungan Sosial manusia sulit untuk mencapai kesuksesan.
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (Yunus 10;109)
Dari penjelasan awal ini saja, Kaum Materialistis hanya melihat sesuatu yang dapat dilihat oleh pancaindera. Bagaimana dengan Doa dan Empati? Kita dapat melihat bagaimana jika Materialistis dilihat dan dikatakan atau dijelaskan dalam bentuk dialektika logika. Bukan hanya sebagai bentuk dialektika historis yang penuh bumbu propaganda dan dogma belaka ditambah materi historisnya yang belum tentu terbukti secara empiris.
Jadi ADA dari KETIADAAN bukanlah hasil dari suatu kebetulan. Ada dan Ketiadaan adalah hasil dari Kesepakatan. Ada karena ada kesepakatan untuk diciptakan dari KETIADAAN menjadi ADA.
Sekali lagi pemahaman yang harus disadari oleh kaum Materialistis, seperti yang disampaikan oleh para Ilmuwan berikut ini (Wikipedia) :
Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan”

Apakah Matematika masih dianggap Nyata oleh Kaum Materialisme?
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” [Ali ’Imran 3:185]
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 32 Hal 200-205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar