ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Jumat, 22 April 2011

Perdebatan Ada Dan Tiada - Pendekatan Eksperimen 13 (JILID 44 Hal 251-266)


Perdebatan Ada Dan Tiada (Pendekatan Eksperimen 13)
Alkitab Injil sekarang semakin sulit untuk membuktikan bahwa itu adalah Kitab suci yang 100% Firman Tuhan. Prinsip Falsifabilitas tidak dapat dilalui oleh Kitab suci yang diklaim oleh umat Kristen sangat ilmiah dalam menjelaskan penciptaan alam semesta. Penyesatan yang dilakukan oleh para ahli Kitab :
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?". (Al Imran 3;98)
Mari kita lanjutkan penjelasan Penciptaan alam semesta dari sudut pandang ilmu pengetahuan:
Kemenangan Dentuman Besar pada tahun 1948, George Gamov mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah tertentu radiasi yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi, dan lebih jauh, harus sama di seluruh alam semesta.
Pernyataan Sir Arthur Eddington bahwa "pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku," adalah pengakuan bahwa Ledakan Besar telah menimbulkan keresahan di kalangan materialis.
Dalam dua dekade, bukti pengamatan dugaan Gamov diperoleh. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sebentuk radiasi yang selama ini tidak teramati. Disebut "radiasi latar belakang kosmik", radiasi ini tidak seperti apa pun yang berasal dari seluruh alam semesta karena luar biasa seragam. Radiasi ini tidak dibatasi, juga tidak mempunyai sumber tertentu; alih-alih, radiasi ini tersebar merata di seluruh jagat raya. Segera disadari bahwa radiasi ini adalah gema Dentuman Besar, yang masih menggema balik sejak momen pertama ledakan besar tersebut. Gamov telah mengamati bahwa frekuensi radiasi hampir mempunyai nilai yang sama dengan yang telah diperkirakan oleh para ilmuwan sebelumnya. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, George Smoot dan tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar angkasa. Sebuah instrumen sensitif yang disebut "Cosmic Background Emission Explorer" (COBE) di dalam satelit itu hanya memerlukan delapan menit untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan Penzias dan Wilson. Hasil ini secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan panas sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. Kebanyakan ilmuwan mengakui bahwa COBE telah berhasil menangkap sisa-sisa Dentuman Besar.
Radiasi Latar Belakang Kosmik yang ditemukan oleh Penzias dan Wilson dianggap sebagai bukti Ledakan Besar yang tak terbantahkan oleh dunia ilmiah.
Ada lagi bukti-bukti yang muncul untuk Dentuman Besar. Salah satunya berhubungan dengan jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa campuran kedua unsur ini di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Dentuman Besar. Bukti itu memberikan tusukan lagi ke jantung teori keadaan-stabil karena jika jagat raya sudah ada selamanya dan tidak mempunyai permulaan, semua hidrogennya telah terbakar menjadi helium. Dihadapkan pada bukti seperti itu, Dentuman Besar memperoleh persetujuan dunia ilmiah nyaris sepenuhnya. Dalam sebuah artikel edisi Oktober 1994, Scientific American menyatakan bahwa model Dentuman Besar adalah satu-satunya yang dapat menjelaskan pengembangan terus menerus alam semesta dan hasil-hasil pengamatan lainnya.
Setelah mempertahankan teori Keadaan-Stabil bersama Fred Hoyle, Dennis Sciama menggambarkan dilema mereka di hadapan bukti Dentuman Besar. Dia berkata bahwa semula dia mendukung Hoyle, namun setelah bukti mulai menumpuk, dia harus mengakui bahwa pertempuran telah usai dan bahwa teori keadaan-stabil harus ditinggalkan.
Siapa yang Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan?
Dengan kemenangan Dentuman Besar, tesis "alam semesta tanpa batas", yang membentuk basis bagi dogma materialis, dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Namun bagi materialis, muncul pula dua pertanyaan yang tidak mengenakkan: Apa yang sudah ada sebelum Dentuman Besar? Dan kekuatan apa yang telah menyebabkan Dentuman Besar sehingga memunculkan alam semesta yang tidak ada sebelumnya? Materialis seperti Arthur Eddington menyadari bahwa jawaban untuk pertanyaan-pertanya an ini dapat mengarah pada keberadaan pencipta agung dan itu tidak mereka sukai. Filsuf ateis, Anthony Flew, mengomentari masalah ini:
Jelas sekali, pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan mulai dengan mengakui bahwa penganut ateis Stratonis harus merasa malu dengan konsensus kosmologis dewasa ini. Karena tampaknya para ahli kosmologi menyediakan bukti ilmiah untuk apa yang dianggap St. Thomas tidak terbukti secara filosofis; yaitu, bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Selama alam semesta dapat dengan mudah dianggap tidak hanya tanpa akhir, namun juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk mendesak bahwa keberadaannya yang tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi ciri-cirinya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan akhir. Meskipun saya mempercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di hadapan kisah Dentuman Besar.
Banyak ilmuwan yang tidak mau memaksakan diri menjadi ateis menerima dan mendukung keberadaan pencipta yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Misalnya, ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross, menyatakan Pencipta jagat raya, yang berada di atas segala dimensi fisik, sebagai:
Secara definisi, waktu adalah dimensi di mana fenomena sebab-dan-akibat terjadi. Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Jika permulaan waktu sama dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema ruang-waktu, maka sebab alam semesta haruslah entitas yang bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya mandiri dan hadir lebih dulu daripada dimensi waktu kosmos... ini berarti bahwa Pencipta itu transenden, bekerja di luar batasan-batasan dimensi alam semesta. Ini berarti bahwa Tuhan bukan alam semesta itu sendiri, dan Tuhan juga tidak berada di dalam alam semesta.
Penolakan terhadap Penciptaan dan Mengapa Teori-Teori Itu Bercacat Sangat jelas bahwa Dentuman Besar berarti penciptaan alam semesta dari ketiadaan dan ini pasti bukti keberadaan pencipta yang berkehendak. Mengenai fakta ini, beberapa ahli astronomi dan fisika materialis telah mencoba mengemukakan penjelasan alternatif untuk membantah kenyataan ini. Rujukan sudah dibuat dari teori keadaan-stabil dan ditunjukkan ke mana kaitannya, oleh mereka yang tidak merasa nyaman dengan pendapat "penciptaan dari ketiadaan" meskipun bukti berbicara lain, sebagai usaha mempertahankan filsafat mereka.
Ada pula sejumlah model yang telah dikemukakan oleh materialis yang menerima teori Dentuman Besar namun mencoba melepaskannya dari gagasan penciptaan. Salah satunya adalah model alam semesta "berosilasi" ; dan yang lainnya adalah "model alam semesta kuantum". Mari kita kaji teori-teori ini dan melihat mengapa keduanya tidak berdasar.
Model alam semesta berosilasi dikemukakan oleh para ahli astronomi yang tidak menyukai gagasan bahwa Dentuman Besar adalah permulaan alam semesta. Dalam model ini, dinyatakan bahwa pengembangan alam semesta sekarang ini pada akhirnya akan membalik pada suatu waktu dan mulai mengerut. Pengerutan ini akan menyebabkan segala sesuatu runtuh ke dalam satu titik tunggal yang kemudian akan meledak lagi, memulai pengembangan babak baru. Proses ini, kata mereka, berulang dalam waktu tak terbatas.
Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta sudah mengalami transformasi ini tak terhingga kali dan akan terus demikian selamanya. Dengan kata lain, alam semesta ada selamanya namun mengembang dan runtuh pada interval berbeda dengan ledakan besar menandai setiap siklusnya. Alam semesta tempat kita tinggal merupakan salah satu alam semesta tanpa batas itu yang sedang melalui siklus yang sama. Ini tak lebih dari usaha lemah untuk menyelaraskan fakta Dentuman Besar terhadap pandangan tentang alam semesta tanpa batas. Skenario tersebut tidak didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah selama 15-20 tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa alam semesta yang berosilasi seperti itu tidak mungkin terjadi. Lebih jauh, hukum-hukum fisika tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut harus meledak lagi setelah runtuh ke dalam satu titik tunggal: ia harus tetap seperti apa adanya. Hukum-hukum fisika juga tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengembang harus mulai mengerut lagi.
Bahkan kalaupun kita menerima bahwa mekanisme yang membuat siklus mengerut-meledak- mengembang ini benar-benar ada, satu hal penting adalah bahwa siklus ini tidak bisa berlanjut selamanya, seperti anggapan mereka. Perhitungan untuk model ini menunjukkan bahwa setiap alam semesta akan mentransfer sejumlah entropi kepada alam semesta berikutnya. Dengan kata lain, jumlah energi berguna yang tersedia menjadi berkurang setiap kali, dan setiap alam semesta akan terbuka lebih lambat dan mempunyai diameter lebih besar. Ini akan menyebabkan alam semesta yang terbentuk pada babak berikutnya menjadi lebih kecil dan begitulah seterusnya, sampai pada akhirnya menghilang menjadi ketiadaan. Bahkan jika alam semesta "buka dan tutup" ini dapat terjadi, mereka tidak bertahan selamanya. Pada satu titik, akan diperlukan "sesuatu" untuk diciptakan dari "ketiadaan". Singkatnya, model alam semesta "berosilasi" merupakan fantasi tanpa harapan yang realitas fisiknya tidak mungkin.
"Model alam semesta kuantum" adalah usaha lain untuk membersihkan teori Dentuman Besar dari implikasi penciptaannya. Pendukung model ini mendasarkannya pada observasi fisika kuantum (subatomik). Dalam fisika kuantum, diamati bahwa partikel-partikel subatomik muncul dan menghilang secara spontan dalam ruang hampa. Menginterpretasikan pengamatan ini sebagai "materi dapat muncul pada tingkat kuantum, ini merupakan sebuah sifat yang berkenaan dengan materi", beberapa ahli fisika mencoba menjelaskan asal materi dari ketiadaan selama penciptaan alam semesta sebagai "sifat yang berkenaan dengan materi" dan menyatakannya sebagai bagian dari hukum-hukum alam. Dalam model ini, alam semesta kita diinterpretasikan sebagai partikel subatomik di dalam partikel yang lebih besar.
Akan tetapi, silogisme ini sama sekali tidak mungkin dan bagaimanapun tidak bisa menjelaskan bagaimana alam semesta terjadi. William Lane Craig, penulis The BigBang:
Theism and Atheism, menjelaskan alasannya: Ruang hampa mekanis kuantum yang menghasilkan partikel materi adalah jauh dari gagasan umum tentang "ruang hampa" (yang berarti tidak ada apa-apa). Melainkan, ruang hampa kuantum adalah lautan partikel yang terus-menerus terbentuk dan menghilang, yang meminjam energi dari ruang hampa untuk keberadaan mereka yang singkat. Ini bukan "ketiadaan", sehingga partikel materi tidak muncul dari "ketiadaan".
Jadi, dalam fisika kuantum, materi "tidak ada kalau sebelumnya tidak ada." Yang terjadi adalah bahwa energi lingkungan tiba-tiba menjadi materi dan tiba-tiba pula menghilang menjadi energi lagi. Singkatnya, tidak ada kondisi "keberadaan dari ketiadaan" seperti klaim mereka. Dalam fisika, tidak lebih sedikit daripada yang terdapat dalam cabang-cabang ilmu alam lain, terdapat ilmuwan-ilmuwan ateis yang tidak ragu menyamarkan kebenaran dengan mengabaikan titik-titik kritis dan detail-detail dalam usaha mereka mendukung pandangan materialis dan mencapai tujuan mereka. Bagi mereka, jauh lebih penting mempertahankan materialisme dan ateisme daripada mengungkapkan fakta-fakta dan kenyataan ilmiah.
Dihadapkan pada realitas yang disebutkan di atas, kebanyakan ilmuwan membuang model alam semesta kuantum. C.J Isham menjelaskan bahwa "model ini tidak diterima secara luas karena kesulitan-kesulitan yang dibawanya."
Bahkan sebagian pencetus gagasan ini, seperti Brout dan Spindel, telah meninggalkannya.

Dengan susah payah para Ateis mencoba mengungkapkan gagasan ilmiah tetapi gugur  oleh keilmiahannya sendiri. Yang pada akhirnya mereka mengakui adanya pencipta (kreasionis). Kesalahan telak dari pihak Kaum Evolusionis adalah mencoba mempertahankan Teori Darwin yang diselewengkan menjadi Evolusionis supaya konsep “Peniadaan Pencipta” dapat terwujudkan. Tapi ilmu pengetahuan sendirilah yang membuktikan bahwa Teori Evolusionis “TIDAK PERNAH TERBUKTIKAN”. Bahkan Charles Darwin sendiri mengatakan, seperti yang saya dapatkan dari sebuah Web:
Menurut Prof. H. Enoch. M.A. F.Z.S, bahkan Charles Darwin sendiri yaitu bapak teori evolusi itu, pada akhir masa hidupnya, berangsur-angsur menyadari akan adanya kekurangan bukti-bukti nyata bagi spekulasi evolusinya itu. Ia menulis, “ Menurut teori ini, seharusnya ada banyak bentuk peralihan. Mengapakah kita tidak menemukannya di dalam ‘kulit’ bumi? Apa sebabnya kehidupan alam ini tidak kacau-balau, malah sebaliknya dengan jelas kita melihat species yang khas ciri-cirinya?” Inilah sebabnya Darwin sendiri, menjelang akhir hidupnya menarik kembali pernyataan-pernyataannya. Namun sungguh disayangkan bahwa pengikut-pengikutnya begitu gigih untuk mmempertahankan dan malahan menyebarluaskan teori ini, bahkan melalui cara-cara yang tidak terpuji. (Gulo)

Jadi Apakah ilmu pengetahuan dapat mengalahkan Kitab Suci? Bagi Kitab Suci Alquran, ilmu pengetahuan adalah pembuktian dari cara berpikir manusia tentang kebenaran dan keberadaan Allah SWT. Apakah ilmu pengetahuan lebih hebat dari Alquran? Tidak, karena ilmu pengetahuan manusia belum dapat menyentuh semua ilmu dalam Alquran. Sedangkan bagi Alkitab Injil, ilmu pengetahuan adalah “Batu sandungan” bahwa Kitab Suci itu bukan 100% Firman Tuhan.
Dengan susah payah pula Alkitab Injil membuktikan sebagai Firman Tuhan dengan penjelasan dari sudut ilmu pengetahuan sekarang ini. Mereka terbentur oleh kenyataan klaim pada apa yang tertulis pada Alkitab Injilnya sangat tidak masuk akal secara ilmu pengetahuan modern sekarang ini. Mungkin jaman dahulu kala pada saat ilmu pengetahuan masih terbatas Alkitab Injil masih dapat memepertahankan klaimnya, tetapi sekarang ini “TIDAK”.
Kesalahan telak dari Alkitab Injil (Kitab Kejadian) adalah :
1.      Substansinya.
Contoh : tertulis dalam Kitab Kejadian bahwa langit disebut sebagai cakrawala dan cakrawala adalah ruang antara air diatas (awan) dan air dibawah (laut). Jadi pada saat dikaitkan antara substansi dengan logika, maka hal ini sudah sangat bertentangan atau mengalami kesesatan logika.
Mungkinkah Tuhan boleh dan bisa salah dalam menyampaikan Firmannya?
2.      Logikanya.
Sangat jelas dikatakan bahwa Matahari, bulan dan bintang ditempatkan pada cakrawala. Lihat contoh substansi diatas, maka artinya Matahari, Bulan dan Bintang ditempatkan pada antara awan dan laut (cakrawala).
Kemudian perhatikan kata bahwa Bumi mengeluarkan segala mahluk hidup pada ayat:
 1;24. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.
Apakah kata Bumi mengeluarkan berarti anda hendak mengatakan bahwa ini adalah konsep Kreasionis? Saya pikir logika kita akan mengatakan  bahwa ini adalah konsep Evolusionis.
Jadi apakah cara mengkaji Alkitab Injil dengan Alquran akan sama dalam mempertahankan Konsep Kreasionis terhadap serangan kaum Evolusionis? Saya pikir Tidak akan sama.
Mungkinkah Tuhan boleh dan bisa salah dalam menyampaikan Firmannya?
3.      Sistimatikanya.
Mengapa sistimatikanya saya kaji? Hal ini berdasarkan klaim para ahli Alkitab Injil sendiri yang mengatakan bahwa Kitab Kejadian sangat ilmiah dan paling sistimatis (mungkin karena urutan hari penciptaaNya), serta berkesesuaian dengan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang saya kaji secara ilmu pengetahuan pula. Dan terbukti Kitab Kejadian tidak sistimatis karena gelap dan terang, serta tumbuhan diciptakan sebelum adanya Matahari. Menurut ilmu pengetahuan dan Alquran ini SALAH.
Apakah pernah ada ilmuwan Islam yang mengklaim bahwa Alqurannya sistimatis? Tidak, karena kami sudah tahu bahwa Tuhan akan menyampaikan firman/wahyu sesuai dengan kaidah-kaidahNya, bukan sistimatika pikiran manusia.
Mungkinkah Tuhan boleh dan bisa salah dalam menyampaikan Firmannya?
Apakah anda mau memilih menjadi atheisme (kaum evolusionis) yang gugur oleh teorinya sendiri? Apakah anda mau mengikuti ajaran agama Alktab Injil yang tidak masuk diakal secara ilmu pengetahuan? Apakah anda mau menjadi manusia yang terkungkung oleh Dogma/Doktrin ajaran agama Alkitab Injil yang membatasi akal sehat manusia yang bebas? Ataukah anda mau mengikuti ajaran agama dari sumber yang tepat (Allah SWT) dan dari bukti empiris kehadiran-Nya yaitu Alquran, serta berkesesuaian dengan ilmu pengetahuan yang dibenarkan Alquran sebagai kebenaran mutlak?
Anda tidak perlu percaya saya. Anda tidak perlu percaya dengan Gilamologi dari seorang Filsuf Gila. Tetapi Belajar dan bedahlah Alquran, maka anda akan mengerti apa itu Kebenaran Mutlak.
Ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang diusung oleh kaum Evolusionis dan Alkitab Injil sekarang berusaha membengkokkan iman umat Islam.
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Al imran 3;99)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID Hal 262-266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar