ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Selasa, 03 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 6 (JILID 51 Hal 296-301)

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (6)
Kajian dan perdebatan Kitab Kejadian memang semakin banyak menarik perhatian. Terlihat pada statistik kunjungan di blog bahwa topik ini menarik untuk dikaji. Menarik karena ini berada pada halaman pertama Alkitab Injil dan Kitab Kejadian yang diklaim sangat ilmiah, sistimatis dan penuh ajaran. Benarkah demikian?
Tapi pada saat saya membuat account Facebook (2 mei 2011), serta mengundang teman-teman debat di milist, luar biasanya pada tanggal 3 Mei 2011 dengan resmi saya di Banned oleh FB. He3x…umurnya cuma 1 hari. Mungkin tidak lama lagi web saya akan di banned. Jadi bagi umat Muslim, cepat-cepatlah bacan web saya dan dengan ijin saya untuk secepatnya menyebarkan ke rekan-rekan Muslim (dengan catatan: tampilkan sumbernya yah).
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.” (Al Imran 3;187)
Melihat banyaknya pembaca yang tertarik, maka saya mencoba untuk menemukan kajian mengenai Kitab Kejadian ini pada search enggine Google dan saya akan mencoba menanggapi dari kajian Gilamologi. Walaupun ini bukan debat secara langsung seperti jilid sebelumnya, tetapi minimal dapat memberikan wawasan baru buat pembacanya. Nanti saya akan mencoba menanggapi pada bagian-bagian yang akan saya tanggapi, khususnya yang saya beri tanda Bold pada tulisannya.
Ini yang saya dapatkan:
Makna Teologis Penciptaan Alam Semesta dan Manusia 
Oleh: Bernat Siregar, M.Th
A. Pengantar
Kitab Kejadian merupakan kitab yang sangat penting. Kitab ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam rekonstruksi iman orang percaya karena bersentuhan dengan teori-teori ilmiah dan mitos-mitos penciptaan yang hampir dimiliki oleh semua agama-agama dunia. Kitab Kejadian memberi informasi yang sangat penting tentang asal-usul segala sesuatu, termasuk penciptaan manusia.

Pada paragraf awal tulisannya saja Gilamologi sudah tidak sepaham. Dimana teori ilmiah dan mitos Alkitab Injil hendak dipersamakan dengan Kitab lain, khususnya Alquran. Dan catatan penting pada paragraf diatas bahwa Kitab Kejadian adalah “Kitab yang sangat penting”.
Kitab Kejadian 1 dapat disebut kidung pujian yang sangat indah untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta. Bagian ini mendorong setiap insan yang percaya untuk memuliakan Allah melalui puji-pujian. Melalui harmoninya yang teratur, rasio kita dipacu untuk memikirkan Allah sebagai Sumber dan Pemelihara segala sesuatu. Dalam pasal ini, ditunjukkan kepada kita tempat manusia yang patut di dalam tujuan agung Allah yang mencakup seluruh ciptaan-Nya.

Lihat kata yang di Bold pada paragraf diatas, penulis mengajak kita untuk menggunakan rasio. Artinya kita akan mengkaji dengan logika yang tepat dalam menterjemahkan dan menafsirkan Kitab Kejadian.
Pasal ini memiliki kedudukan yang strategis dalam satu kesatuan tema sebelas pasal pertama Kitab Kejadian (1—11), yakni pengungkapan keagungan Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Sebelas pasal pertama Kitab Kejadian ini memiliki tema yang mirip dengan mitos-mitos penciptaan. Latar belakang bagian terbesar Kejadian 1—11 adalah tanah dan kebudayaan Mesopotamia (disebut Babel; dan sekarang disebut Irak). Hal itu teracu dalam Pasal 2 yang menyebut sungai Tigris dan Efrat. Inilah Irak modern. Kej. 11:1-9 menyebutkan tanah Sinear, nama lain bagi negeri yang sama dengan Mesopotamia. Karena itu, tidak mengherankan apabila tema Kejadian 1—11, khususnya urutan puisi dalam pasal 1, mirip dengan cerita-cerita dari Mesopotamia tentang penciptaan. Misalnya, Riwayat Atrahasis (dikarang kira-kira 1600 SM) menceritakan tentang penciptaan dunia (bnd. dengan Kej. 1) dan suatu air bah yang besar (bnd. dengan Kejadian 6).

Penulisan dan kajian paragraf diatas hampir mirip dengan kajian Ir.Stanley yang mencoba mengkaji Kitab Kejadian dengan sajak suku Miao. Dan secara tidak sadar penulis menuliskan bahwa tema Kitab Kejadian sama dengan mitos-mitos penciptaan.
Suatu karya dari Babel yang lebih kemudian, Enuma Elish, juga menceritakan tentang penciptaan, yakni mulai dengan roh ilahi dan dunia yang belum berbentuk dan kosong. Cerita ini ditujukan untuk memuliakan ilah utama Babel, yakni Marduk, yang mengalahkan naga raksasa dari samudera, namanya Tiamat. Dalam karya ini dikisahkan, mula-mula terang muncul dari para ilah, lalu langit, tanah yang kering, benda-benda penerang, dan pada akhirnya diciptakanlah manusia. Sesudah itu, ilah-ilah istirahat dan bersukaria.
Cerita-cerita itu mungkin telah diketahui oleh umat Allah. Akan tetapi, kendati ada kesamaan antara Riwayat Athrahasis dan Enuma Elish dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, namun ditemukan ciri khas yang sangat berbeda, yakni sifat pujian dan pengagunan kepada Tuhan. Ada pra-anggapan bahwa Kejadian 1 merupakan usaha menolak mitos-mitos penciptaan tersebut dengan memberi ciri teologi yang khas dan mutlak berbeda dengan ajaran teologis mitos-mitos tersebut.

Ada ketidaktelitian benang merah kajian penulis dalam membuat pengantarnya. Di awal beliau katakan bahwa ada kemiripan Kitab Kejadian dengan mitos-mitos penciptaan, tetapi disisi lain dia mengatakan mutlak berbeda, mana yang benar?
Perbedaan yang sangat khas antara kisah penciptaan menurut Kitab Kejdian 1 dengan kisah Enuma Elish dijelaskan oleh David Atkinson sebagai berikut. Pertama, Enuma Elish menyebut banyak ilah, sedangkan Kejadian 1 memberitakan monoteisme (bnd. Mzm. 82), hanya ada satu Allah. Kedua, dalam kisah Enuma Elish dikatakan  bahwa keberadaan roh ilahi maupun materi kosmik adalah sama-sama kekal, sedangkan Kejadian 1 memberitakan bahwa Allah benar-benar lain dari segala yang diciptakan-Nya dan keberadaannya mutlak bergantung kepada-Nya. Ketiga, dalam Enuma Elish: matahari, bulan, bintang-bintang, dan naga raksasa dari samudera dianggap ilah yang berkuasa, sedangkan dalam paparan Kejadian 1 bahwa semuanya itu melulu makhluk ciptaan. Keempat, Enuma Elish (dan pada umumnya kisah penciptaan dari Mesopotamia) mengatakan bahwa terang muncul dari para ilah, sedangkan Kejadian mengatakan Allah menciptakan terang dengan kuasa firman-Nya. Dengan demikian, dapat disimpulkan, walaupun cerita-cerita Babel/Mesopotamia dan Kejadian memiliki persamaan tema, amanat teologisnya sangat jauh berbeda. Kejadian memuji Allah sebagai Pencipta segala sesuatu, memberi hidup, memelihara, dan memuliakan kehidupan manusia, sedangkan kisah-kisah penciptaan Babel hanya menempatkan manusia sebagai penyedia makanan bagi para dewa.

Perhatikan paragraf diatas, penulis berusaha menjelaskan perbedaan antara Kitab Kejadian dengan mitos-mitos. Tetapi diawal pengantar beliau dengan bangga menunjukan bahwa ada kesamaan tema antara Kitab Kejadian dengan mitos-mitos penciptaan. Ada sebuah kontradiksi penilaian didalam pengantar ini, dimana sebuah persamaan adalah memiliki persamaan substansinya, walaupun ada perbedaan tulisan. Bukannya persamaan tetapi mengandung perbedaan pada substansinya, ini Kesesatan dan Penyesatan Logika namanya.
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Al Imran 3;186)
Apakah boleh saya mempersamakan tema terjadinya Gunung Tangkuban Perahu (Sangkuriang dan Dayang Sumbi) yang merupakan bagian dari Bumi sebagai persamaan bagi penciptaan Allah SWT, tetapi berbeda secara teologi? Aneh!!!
Dalam penjelasan Henry M. Morris, istilah kejadian (genesis) memiliki makna yang sama dengan asal-usul (origin), dan Kitab Kejadian 1 menjelaskan enam asal-usul yang sejati dan dapat dipercaya tentang alam semesta (universe) dan kehidupan yang ada di dalamnya, antara lain: (1) kejadian alam semesta, (2) keteraturan dan kompleksitas, (3) sistem tatasurya (solar system), (4) atmosfer dan hidrosfer, (5) kehidupan  di muka bumi, dan (6) penciptaan manusia. Pasal yang lain setelah Kejadian 1, memaparkan tentang berbagai asal-usul, antara lain: (1) pernikahan, (2) kejahatan, (3) perkembangan bahasa, (4) pemerintahan, (5) kebudayaan, (6) bangsa-bangsa, (7) agama, dan (8) umat yang terpilih. Kitab Kejadian berada dalam realitas dasar dari semua sejarah, termasuk perkembangan sains dan filsafat.

Pemaparan dan klaim yang cukup berani disampaikan penulis untuk kita buktikan, apakah Kitab Kejadian berada dalam realitas dasar dari semua sejarah, termasuk perkembangan sains dan filsafat? Apakah artinya bahwa Kitab Kejadian merupakan sumber dari sumber ilmu pengetahuan tentang penciptaan alam semesta? Nanti kita buktikan lagi.
Banyak teka-teki tentang dunia yang tak terpecahkan dan tak kunjung terpecahkan. Kitab Kejadian tidak menerangkan semuanya karena Alkitab bukanlah kitab (kronologi) sejarah dan acuan data-data ilmiah. Ia hanya menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu secara sistematis dan teratur hingga diciptakan-nya manusia sebagai mahkota atas semua ciptaan-Nya. Kejadian tidak mempersoalkan (detail-detail) bagaimana Allah menciptakan alam semesta serta detik-detik proses penciptaan tersebut. Misteri penciptaan ini  barangkali terbatas pada penalaran sains yang secanggih apapun sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengagumi Sang Pencipta.

Kembali sang penulis terjebak kontradiksi logikanya yaitu kalimat yang mengatakan “Kitab Kejadian berada dalam realitas dasar dari semua sejarah, termasuk perkembangan sains dan filsafat” dengan kalimat “Kitab Kejadian tidak menerangkan semuanya karena Alkitab bukanlah kitab (kronologi) sejarah dan acuan data-data ilmiah”. Jadi mana klaim yang sebenarnya akan disampaikan?
Dan pada kalimat kedua yang di Bold, hal ini dapat menjadi acuan dan jawaban bagi Ir. Stanley bahwa umat Kristen selalu mengklaim bahwa Kitab Kejadian itu “sistimatis dan teratur”.
Kejadian 1 memiliki kesatuan yang utuh hingga Kejadian 2:4. Bagian ini menggambarkan  tentang penciptaan awal.

Perhatikan kembali klaim yang menyatakan bahwa Kitab Kejadian 1 memiliki kesatuan yang utuh, sehingga tidaklah salah jika kajian Gilamologi saya mengkaji dan membuktikan kerusakan sistimatikanya.
B. Analisis
1. Bagian Pendahuluan: 1:1-2
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
a. Penciptaan langit dan bumi: dari yang tidak ada menjadi ada
Kejadian 1:1 memiliki kedudukan yang sangat penting dalam keseluruhan pasal 1, karena merupakan rangkuman dari rangkaian penciptaan yang dituturkan dalam ayat-ayat berikutnya. Frase  “pada mulanya” (merupakan pernyataan atau gagasan penegas yang berdiri sendiri. Menurut Donald Guthrie, et al., dalam bukunya Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian–Ester, jika pada mulanya merupakan awal atau kesimpulan dari seluruh tahap penciptaan, maka ayat ini bisa dbaca atau berfungsi sebagai judul. Maka, Allah menciptakan memaksudkan penciptaan yang mutlak dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo). Kata kerja menciptakan, dalam teks aslinya adalah bara, dipakai hanya bila suatu tindakan adalah tindakan ilahi, dan hasilnya adalah baru sama sekali atau baru secara ajaib. Menurut David Atkinson, kata kerja bara juga menekankan kebebasan dan kekuasaan Allah. Dalam penafsiran ini, langit dan bumi yang diciptakan Tuhan dipandang dalam keadaan yang terdini, yang belum sempurna, namun sebagai suatu totalitas, suatu keseluruhan. Allah menciptakan langit dan bumi dari yang tidak ada menjadi ada tanpa kesukaran karena Ia mutlak bebas dan tidak terbatas dalam kedaulatan-Nya.

Kata-kata yang di Bold ditegaskan oleh penulis bahwa Allah tidak sama dengan ciptaanNya . Kita akan lihat nanti apakah perilaku Allah dalam Kitab Kejadian ini sama dengan mahluknya atau tidak?
Kejadian 1:1, sebagai pendahuluan Kitab Kejadian, menekankan kebebasan mutlak Allah untuk menciptakan hal-hal yang tidak ada sebelumnya (creatio ex nihilo). Kitab Kejadian menentang gagasan mitos-mitos Babel, bahwa benda (materi) sama kekalnya dengan Allah; tidak ada sesuatu apa pun  yang keberadaannya kekal kecuali Allah. Allah tidak tergantung pada keberadaan benda-benda seperti dalam pemahaman panteisme. Justru sebaliknya, segala sesuatu (semua benda/materi) bergantung pada Allah. Allah berkuasa mengadakannya dan sekaligus juga meniadakannya. Oleh karena itu, semua ciptaannya harus takhluk dan bersembah sujud kepada-Nya.

Sekali lagi hal menggelikan terjadi. Jika penulis ingin mengatakan bahwa Kitab Kejadian menentang mitos-mitos penciptaan, mengapa pada pengantar menyampaikan persamaan dengan mitos-mitos penciptaan? Apakah kata di kata pengantar diharapkan akan memancing umatnya untuk percaya bahwa Kitab Kejadian adalah sumber yang dapat dipercaya sebagai ilmu pengetahuan?
Berdasarkan paparan di atas, dengan mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, muncul sebuah gagasan bahwa alam semesta terbuka bagi Allah; alam semesta terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan baru, terbuka untuk diubah menjadi wilayah kemuliaan-Nya. Kejadian alam semesta, yang diringkaskan dalam sebuah ayat pendek dalam Alkitab, akan tetap menjadi misteri bagi siapa pun juga, baik bagi para teolog, filsuf, maupun saintis.

Kalimat yang di Bold pada paragraf diatas sepertinya upaya penulis yang putus asa dalam menjelaskan atau hendak menyataan bahwa Kitab Kejadian tidak dapat dikaji secara ilmiah. Kita lanjutkan pada jilid berikutnya.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Al Imran 3;185)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 52 Hal 301-307

Tidak ada komentar:

Posting Komentar