ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Minggu, 27 Februari 2011

Gilamologi dan Identifikasi Masalah (JILID 7 Hal : 39 - 49)

Gilamologi dan Identifikasi Masalah
Kaitan dengan latar belakang dan kondisi seperti diatas, saya melihat ada sebuah bentuk Fenomena sebab dan akibat. Ada Fenomena thesis, antithesis, dan sintesis. Ada indikasi masalah pada persoalan metode berpikir dan tingkah laku manusia dalam memahami keyakinan, kepercayaan dan agama dirinya maupun orang lain. Pengamatan saya mengarah lebih spesifik pada fenomena kewarasan dalam kewarasan, kegilaan dalam kegilaan, .kegilaan dalam kewarasan dan kewarasan dalam kegilaan dari bagaimana metode berpikir dan cara menjawab mereka (orang-orang di milist). Sehingga saya mencoba masuk untuk MEMAHAMI mereka dengan sebuah pendekatan dan uji kasus yang membuat mereka sendiri menjadi kebingungan. Didalam pendekatan dan uji tersebut saya sisipkan materi-materi penelitian dan quetioner, untuk melihat respon dari pembacanya. Sehingga  kebingungan yang terjadi itu adalah hasil perbuatan dan pemikiran mereka sendiri yang saya beri nama “GILAMOLOGI”.
Ide  kata “Gila”-mologi itu sendiri terinspirasi dari ayat Alquran yang berbunyi:
“Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis, berkat ni'mat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.”” (Al Qalam 68;1-5)
AlQuran sudah menegaskan bagaimana kebingungan mereka karena hasil perbuatan mereka sendiri:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.”(Al-I Imran 3;151)
Penyebab dari kebingungan itu sementara ini saya lihat sebagai sebuah bentuk ketakutan terhadap apa yang dia yakini dan percayai. Sehingga timbul reaksi yang berlebihan, tidak terkontrol dan dia sendiri tidak menyadari pernah melakukan, menjawab atau menuliskan hal itu, sehingga akhirnya kebingungan sendiri. Artinya mereka  terombang-ambing justru oleh pernyataannya sendiri:
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (Al Baqara 2;15)
Kebingungan itu juga karena terombang-ambingnya mereka akibat perbuatan menyerang, mempertahankan diri yang berlebihan dan terpancing suasana emosi.  Kemudian tidak jernih dalam membaca dan menjawab karena seolah-olah ada “target” yang hendak dicapai. Menghalalkan semua cara menjawab dan mengajukan tulisan.
Menurut metafisika, mereka bingung dan tersesat karena bisikan Syaitan:
"yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan : "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.." (An-Nisaa’, 4: 118-119)

Tersesat juga karena akibat perbuatan dan tulisan mereka sendiri yang melampaui batas:
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”(Al-I Imran 3;112)
Alkitab Injil-pun memberikan informasi ini:
“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)
Hal yang sangat sedehana disampaikan oleh Alquran untuk menjawab tentang kebingungan mereka:
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (Adh Dhuha 93;7-8)
Jadi Inti identifikasi masalah dari tulisan ini adalah “Diduga adanya persoalan yang nyata pada pola tingkah laku dan metode berpikir manusia dalam memahami sebuah persoalan tertentu khususnya sebab dan akibat keyakinan atau kepercayaan tertentu”. Sedangkan sub identifikasi masalah tersebut akan tersebar pada masing-masing topik, mengingat ada perbedaan mendasar antara memahami ilmu pengetahuan (Logika Manusia) dengan Logika Ketuhanan. Cara mengidentifikasi masalah inilah akan saya sebut sebagai Gilamologi.
Gilamologi menurut definisi sementara saya adalah : “Ilmu yang mengidentifikasi serta mempelajari (memahami) TINGKAH LAKU dan METODE BERPIKIR kegilaan orang gila, kewarasan orang waras, kegilaaan orang waras dan kewarasan orang gila” terhadap penyebab dan atau akibat fenomena tertentu. Dua sisi seperti pada mata uang koin. Saling berdempetan dan tidak dapat dipisahkan. Seperti kehidupan manusia yang indah penuh dengan hal yang logis dan tidak logis, postif dan negatif, rasional dan irasional, materi dan non materi, semua dibuat berpasangan dan berdampingan. Seperti dalam ayat:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (az Zariyat 51;49)
Pemaknaan yang harus dimaknai sebagai suatu bentuk keseimbangan hidup. Tidak fanatik terhadap satu sisi, tetapi memahami karakter dan fungsinya masing-masing. Termasuk antara Kewarasan dan Kegilaan manusia adalah dua sisi yang hanya dibatasi oleh “dinding tipis” sekali. Hal ini dijelaskan dalam Teori Psikopat dan Psikosis (wikipedia) sebagai berikut :.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan  pathos  yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat” karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Dan hasil penelitian Robert D Hare mengatakan bahwa  seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. Sebagian berakibat menjadi psikosis/skizoprenia dan selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Sedangkan Psikosis/ skizofrenia sendiri merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Indikator premorbid  (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.”

Sebuah hasil kajian ilmiah yang berparalel dengan ayat Alquran:
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?”. Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. (Muhammad 47;29-30)
Walaupun saya membahas ini dari kata “Gila” dan dari sisi gilamologi, tetapi gilamologi sendiri bukanlah suatu ilmu yang akan menilai kegilaan (penyakit jiwa) atau kewarasan seseorang. Gilamologi bukanlah sebuah alat vonis. Gilamologi bukanlah pula ilmu agama atau mewakili agama tertentu. Gilamologi ini diharapkan sebagai sebuah ilmu pendekatan filsafat manusia. Gilamologi adalah alat untuk memahami metode berpikir masing-masing manusia dan menggolong-golongkannya (distingsi) agar mudah memahaminya. Gilamologi adalah alat cermin untuk menggambarkan pendekatan keilmuan yang mencoba mendekati orang-orang yang sulit untuk memahami logikanya sendiri yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
Gilamologi semata-mata bukanlah alat untuk menyerang maupun pertahanan suatu golongan tertentu. Gilamologi juga ingin menunjukan Kitab Suci mana yang mengandung Hukum-hukum alam semesta (sumber ilmu pengetahuan), bukan sekedar teori-teori kebenaran relatif. Gilamologi juga lebih menfokuskan pada sebuah bentuk dialogis historis antara diri saya dan KESADARAN diri saya pribadi  dalam mencari KEBENARAN MUTLAK (Absolut), KESADARAN TERTINGGI MANUSIA (Believe System) dan KEIMANAN TERTINGGI (Ihsan).
"La haula wala Quwwata illa billah."
(Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Biarlah orang lain menilai logika dirinya sendiri dengan panduan gilamologi. Biarlah Keyakinan dan keimanan itu menjadi bagian Hak asasi masing-masing manusia, bukan karena pemaksaan doktrin/dogma (bahkan kekuasaan) siapapun, melainkan atas kesadaran akal budi logisnya dan pilihan hatinya sendiri.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."(Al Baqara 2;256)
Oleh karena saya mengusung “Gilamologi” inilah, maka saya menamakan diri saya sendiri sebagai “Filsuf Gila”. Sebuah penyamaran dan kaidah keilmuan yang membuat saya bisa masuk kedalam semua golongan tanpa satu keberatan apapun. Sebuah pernyataan mencela diri sendiri yang dilarang oleh agama Islam, tetapi cukup menarik pada saat saya mengajukan kepada forum.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al Hujurat 49;11)
Sebelum saya maju sebagai Filsuf Gila, orang-orang yang menurut saya waras dengan membuat tulisan yang ilmiah, bagus dan menarik, justru kelompok kontranya selalu berusaha menjatuhkannya dengan menghalalkan segala macam cara, yang akhirnya berbuntut penyerangan dan pencelaan pribadi dan berakhir dengan kata “Gila”. Tetapi saya yang mencoba masuk dengan menempatkan diri dengan menyebut saya gila sebagai kata akhir dari kebiasaan mereka berdebat, justru kelompok kontra berusaha meyakinkan saya bahwa saya “tidak gila”, “hampir gila”,”pura-pura gila”, “cuma menyamar gila” atau singkatnya mereka seperti kebingungan dan memotivasi saya untuk “berubah”, hah?. Kebingungan menghadapi tipe yang dimana orang lain yang mengaku waras, pamer kepintaran atau memang pintar, sudah dapat mereka kuasai untuk melawannya. Sedangkan bagi yang mengakui kelemahan, kesalahan, mencela diri sendiri, mereka sepertinya menghadapi pembelajaran baru. Apakah ini sebuah fenomena yang menarik?
Dilain pihak sebagai Filsuf Gila dan media internet, saya bisa berdiskusi tanpa mereka tahu siapa saya sebenarnya. Dan dapat menggali seseorang/kelompok dengan metode-metode atau tehnik-tehnik kegilaan dan kewarasan yang saya miliki, dengan memainkan 4 karakter yang berbeda dalam waktu bersamaan. Dengan integritas dan konsistensi karakter yang saya pastikan melalui pendalaman kesadaran. Saya sudah masuk kedalam kelompok-kelompok komunitas biasa dan komunitas keagamaan/kepercayaan, mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh golongan mereka sendiri, malah sampai pada tingkat yang paling mereka rahasiakan. Mungkin beberapa nanti akan menganggap sebagai sebuah media dakwah.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang mendapatkan keberuntungan.” ( Ali ‘Imran 3:104)
Jika hal itu terjadi, itu saya anggap sebagai ekses/reaksi dari pembacanya saja. Tetapi mungkin juga karena ada rasa kecintaan dengan agama saya akibat pencarian selama ini, sehingga timbul sebuah metode baru untuk membantu melihat agama Islam dari perspektif/paradigma lain:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(An Nisaa 4;58)
Dengan metode ini Gilamologi menemukan seolah-olah sebuah pola “berdakwah” yang paling tepat menurut saya, walaupun hanya satu ayat. Berdakwah di rumah ibadat menurut saya, sudah ada porsinya sendiri. Di Rumah Ibadat orang yang sudah bertobatlah yang datang, tetapi di luar sana di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh pendakwah di rumah ibadah, Gilamologi akan hadir dengan pendekatan/ metodenya sendiri.
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al Hajr 22;32)
Gilamologi hadir dengan tidak memiliki motif apapun selain memberitakan kebenaran yang nyata, seperti Alquran menyampaikan:
“Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Qur'an setelah beberapa waktu lagi.” (Sad 38;86-88)
Pada saat memberitakan sebuah kebenaran, biasanya akan ada yang mendukung dan ada yang membenci kita. Apakah Filsuf Gila takut akan kebencian manusia?
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. “(Al Kauthar 108;3)
Hanya kepada Allah SWT–lah Filsuf Gila memiliki rasa takut yang mendalam. Hanya sembah sujud untuk-Nya Filsuf Gila dapat ditaklukan. Apapun yang terjadi akan saya hadapi.
“Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (an Nahl 16;51)
Metode yang menggabungkan upaya preventif, protektif, promotif, represif/kuratif dan rehabilitatif. Metode yang menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan ilmiah. Penemuan bukan sekedar syariat, tarekat dan Hakekat semata, tetapi pada tingkatan Marifat. Karena Gilamologi dan sebagai Filsuf Gila inilah pula saya merasa menemukan Keimanan Tertinggi saya sekarang.
Bagaimanapun juga yang bertanggungjawab terhadap manusia adalah manusia itu sendiri. Dengan penyempurnaan penciptaan dan kelengkapannya, manusia diharapkan mampu untuk membuat pilihan yang bijak, baik dan tepat. AlQuran menegaskan :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Rad 13;11)
Sebenarnya jika Umat kristen mau mendalami Alkitab Injilnya dan mencari kebenaran Alkitab Injilnya, Apakah mengandung kebenaran atau tidak?, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan dalam Alkitab Injil :
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”(Matius 6;32-33)
Bukan hanya bagi kaum beragama, Gilamologi juga ingin memberikan sebuah wawasan bagi yang hanya memiliki keyakinan Tidak Bertuhan/Beragama (Atheis). Dimana orang-orang ini termasuk golongan yang sangat percaya dengan konsep Materialistis semata. Dimana Materialistis ini sendiri banyak mengambil referensi yang diambil dari hasil pemikiran manusia (teori semata). Pemikiran manusia yang mengandung kebenaran relatif yang ingin mereka agungkan sebagai Kebenaran Mutlak (Absolut/Kepastian). Kebenaran relatif (Ketidakpastian) yang para ahli sering menggunakan kaidah Hipotesis (Kemungkinan).
Semua teori ilmu pengetahuan manusia diawali dengan praduga dan  Hipotesis (dugaan). Hipotesis ini diamati/diteliti sehingga timbulah teori ilmu pengetahuan (menerima atau menolak Hipotesis). Para Materialistis yakin bahwa dengan penelitian dan pengamatan manusia, teori tersebut akan menjadi seolah-olah kebenaran mutlak. Kebenaran Mutlak (hukum) yang dipergunakan untuk memperkuat dan menjelaskan teori-teori ilmiah lainnya. Padahal teori ilmu pengetahuan itu tersebut seringkali dalam kondisi “mengambang” artinya belum diyakini dan dipastikan oleh ilmuwan itu sendiri maupun komunitas ilmiah lainnya. Pola pembanding antara Kebenaran relatif dan Kebenaran relatif lainnya (penelitian/teori sebelumnya) inilah yang sering dipergunakan oleh Kaum Filsafat Barat sebagai sebuah bentuk Kebenaran Mutlak.
Dari penjelasan sederhana diatas yang nantinya akan saya jabarkan secara sistimatis dalam tulisan Gilamologi ini, Gilamologi ingin menunjukan kepada kaum Materialistis, lebih akurat mana, membandingkan ilmu pengetahuan sekarang dengan Kebenaran Relatif manusia, atau membandingkan dengan Kebenaran Mutlak? Apakah Kebenaran Mutlak itu ada? Artinya Pembandingan antara Kebenaran relatif dengan kebenaran relatif akan dikesampingkan dahulu. Sekarang dengan Gilamologi akan menghadirkan sebuah kajian alternatif untuk membandingkan kebenaran relatif dengan Kebenaran Mutlak (Kitab Suci) yang diakui oleh Kaum Beragama/Bertuhan (Theis). Pola yang sering digunakan oleh Kaum Filsafat Timur/Timur Tengah. Nah, sekarang tinggal membuktikan terlebih dahulu Kitab Suci mana yang mengandung Kebenaran Mutlak dan mana yang tidak? Selama ini para ahli filsafat dan ilmuwan barat hanya melihat Alkitab Injil (agama mayoritas di Barat) sebagai alat pembanding/pertentangan mereka, Bagaimana dengan Alquran?  Disinilah Gilamologi hadir sebagai sebuah kajian alternatif.
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Fath 48;8-9)
Kajian alternatif yang hanya bertujuan untuk menasehati belaka, tidak ada motif lain dibalik itu. Semua dikembalikan kepada diri masing-masing sesuai dengan perintah Alquran.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al Asr 103;1-3)
Tetapi bagaimanapun juga saya hanyalah manusia biasa. Filsuf Gila adalah manusia biasa. Gilamologi adalah ilmunya manusia yang tidak dapat menandingi ilmu pengetahuan Allah SWT. Saya hanya bisa berdoa, berusaha,  dan belajar, serta memohon ridho Allah SWT, seperti yang tertulis pada ayat:
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Taha 20;114)
Seperti halnya Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menuntut ilmu pengetahuan. Islam akan hadir seiring bertambahnya pengetahuan manusia. Kitab Suci Al-Quran hanyalah bagi mahluk yang taat pada-Nya, bagi mahluk yang mau belajar dan orang-orang yang berilmu:
"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,Yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 3:18)
Kajian alternatif ilmu pengetahuan yang akan dipergunakan untuk kehidupan yang ada di jalan yang lurus.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al Fatiha 1;1-7)
Jalinan ayat yang indah dan Agung (Al Fatiha) yang ditegaskan sendiri dalam Alquran:
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung. (Al Hijr 15;87)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 8 Hal : 49-56

Sabtu, 26 Februari 2011

Jihad Dan Qital 2 (JILID 6 Hal : 32 - 39)

Jihad Dan Qital (2)
Jihad adalah sebuah konsep Etika/moral perjuangan sampai titik darah penghabisan tanpa mengenal menyerah. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para  Rasul dan Al-Quran.
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar”. (Al Furqan 25;52)
Jihad berbeda dengan berperang yang dikenal dalam Islam sebagai “Qital”. Dan Qital sendiri sebagai perang memiliki aturan/etika dasar berperang, berdasarkan pesan Rasullulah, yaitu:
-         Jangan berkhianat.
-         Jangan berlebih-lebihan.
-         Jangan ingkar janji.
-         Jangan mencincang mayat.
-         Jangan membunuh anak kecil, orang tua renta, wanita.
-         Jangan membakar pohon, menebang atau menyembelih binatang ternak kecuali untuk dimakan.
-         Jangan mengusik orang-orang Ahli Kitab yang sedang beribadah.
Perang yang mengatasnamakan penegakan Islam namun tidak mengikuti Sunnah Rasul tidak bisa disebut Jihad atau Qital. Sunnah Rasul untuk penegakkan Islam bermula dari dakwah tanpa kekerasan, hijrah ke wilayah yang aman dan menerima dakwah Rasul, kemudian mengaktualisasikan suatu masyarakat Islami (Ummah) yang bertujuan menegakkan Kekuasaan Allah di muka bumi. Peperangan yang terjadi pada umat Islam adalah peperangan dalam membela diri dan membebaskan bangsa-bangsa dari penjajahan:
“Yang harus diingat adalah bahwa peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bukanlah peperangan yang penuh darah seperti yang dilakukan tentara Salib yang membantai semua ummat Islam yang mereka taklukkan seperti dalam film ”Kingdom of Heaven.” Peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad seperti pada perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Tabuk terjadi karena mereka membela diri dari serangan kaum kafir. Peperangan terhadap kerajaan Romawi dan Persia justru membebaskan daerah jajahan kerajaan tersebut sehingga mereka lepas dari penindasan kerajaan Romawi dan Persia. Pada saat penaklukan kota Mekkah misalnya boleh dikata tidak ada peperangan yang penuh darah. Tapi penyerahan yang penuh kedamaian.” (Belajar Iman, Islam, dan Ihsan; Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan)
Semangat Jihad juga dapat dimengerti dalam konteks peperangan mengajarkan lebih baik “Mati Syahid” daripada harus menyerah. Tetapi Jihad dan Qital tidak mengenal yang namanya “Bunuh diri” seperti dalam konsep Bushido-nya bangsa Jepang. Allah SWT melarang dengan Ke-Maha-Kasih SayanganNya, orang-orang yang hendak melakukan bunuh diri seperti yang disampaikan dalam AlQuran:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu, Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”(An Nisaa 4;29-30)
 Jika anda ingin memahami konsep jihad ini hampir sama dengan konsep “Bushido”-nya orang Jepang. Bushido adalah semangat “Berjuang demi Negara/Kerajaan/Kaisar”. Dimana mereka lebih memilih untuk melakukan “Kamikaze” (serangan bunuh diri) atau “Harakiri” (bunuh diri) daripada harus menyerah dalam perang. Jihad dan Bushido adalah sebuah Pilar utama semangat perjuangan hidup manusia bagi umat Muslim dan bangsa Jepang, bukan semata-mata untuk perang. Selama ada pihak yang menebarkan dan diduga melakukan “permusuhan tersembunyi”, maka semangat jihadpun akan selalu berkumandang di hati umat Muslim. Tidak ada satupun yang akan dibiarkan untuk merusak dan menggoyahkan hal ini.
Berbeda dengan negara/bangsa yang pasukannya tidak memiliki semangat etika/moral perjuangan tertentu, dimana alasan mereka berperang biasanya atas alasan kekuasaan dan materialistis semata. Pada saat mereka tidak melihat hal itu mereka akan dapatkan, maka mereka akan mundur atau jatuh moralnya.
AlQuran memberikan kekuatan kepada kaum Muslim :
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Al-I Imran 3;13)
Apakah kita akan membiarkan oknum-oknum yang meniupkan terompet dan menabuh genderang perang akan kita diamkan walau itu dari golongan kita, dan dapat membahayakan golongan kita sendiri? Kalau saya jawabnya Tidak, karena ini akan menjadi virus yang akan menimbulkan konflik dan menghancurkan tatanan keteraturan dan ketertiban masyarakat dalam bernegara. Umat Islam akan selalu menjaga HARMONISASI bernegara, selama umat lain (agama maupun non agama) tidak MENULARKAN atau MEMAKSAKAN KEYAKINAN-nya, keimanannya kepada umat lain khususnya umat Islam.
Jadi lakukanlah kegiatan sekularisme, humanisme atau apapun yang berbau Atheis tidak di negara Indonesia yang berpegang pada Pancasila. Banyak negara yang sudah mengakui hal itu, mengapa tidak dilakukan disana? Mengapa  harus di Indonesia? Yang sudah memiliki komitmen kebangsaan dan berkeTuhanan yang jelas. Umat Islam tidak akan berdakwah kepada mereka yang sudah beragama atau memiliki keyakinan. Umat Islam Indonesia akan menjawab/berdakwah bagi umatnya saja dan jika seseorang bertanya tentang Islam. Umat Islam Indonesia tidak akan dengan sengaja mengajak orang untuk masuk kedalam Islam dan memerangi mereka tanpa alasan yang jelas :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(Surat al-Mumtahana, 8).
Tetapi jika mereka mulai melanggar dan malah sampai memaki atau mencerca, maka umat Islam tidak akan pernah berhenti untuk memeranginya.
“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.” (At Taubah 9;12)
Dan Umat Islam mengingatkan kepada mereka yang masih ingin memaksakan kehendaknya, dalam Ayat AlQuran:
“ Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban dosa mereka, dan beban- beban dosa yang lain di samping beban-beban mereka sendiri (dosa orang yang mereka sesatkan), dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” [Al 'Ankabuut:13]
Ada sebuah contoh surat perintah perang yang begitu Indah, tegas dan bermakna dari seorang Khalifah Islam. Khalifah Umar ibn Khattab ra. telah menuliskan satu perintah kepada panglima perangnya Sa'ad bin Abi Waqqash pada saat hendak membuka negeri Persia yang isinya (Wikipedia) :
"Amma ba'd. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran."
"Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan diatas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan "keutamaan" kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita."
"Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan." Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian."

Jika umat lain tidak dapat menghentikan oknum-oknumnya untuk memaksakan kehendaknya, maka umat Muslim akan bergerak bersama. Jika tidak dihentikan atau berhenti, maka pilihan terakhir umat Islam Indonesia adalah mendorong Negara untuk menerapkan SYARIAH ISLAM (karena mayoritas Islam), seperti yang sudah dilakukan di Aceh. Karena dengan model Syariah Islam-lah satu-satunya cara menghentikan penjajahan paradigma (permusuhan tersembunyi) atau penjajahan rohani. Jika tidak mau berkompromi dan berdamai dengan umat Islam, itulah satu-satunya cara. Saya salah satu orang yang mendukung keberadaan FPI, Mujahidin, Laskar Jihad atau FBR atau apapun yang dikatakan radikal Islam oleh umat  Islam ataupun agama lain. Saya yakin perjuangan Islam tidak hanya dapat dipahami sebagai diplomasi belaka. 
Adanya sejenis radikalisme Islam di Indonesia saja, umat lain masih semena-mena, mencaci-maki dan memaksakan kehendaknya, Apalagi jika tidak ada? Mungkin Umat Islam akan dipandang sebagai umat yang lemah. Pelemahan umat Islam dengan mengatasnamakan Hak Asasi Manusia, Sekularisme dan isme-isme lain yang mengarahkan umat Islam di Indonesia untuk seolah-olah setuju atas nama Kemanusiaan, haruslah didalami dan dipahami oleh umat Islam.
Kehancuran Kekhalifahan Islam Ottoman sebagai salah satu contoh penyusupan sekularisme yang berhasil. Dan penghancuran Islam dengan mengatasnamakan isme-isme manusia masih berlangsung sampai saat ini.
  Seorang Pemimpin harus dapat menyeimbangkan semua pemikiran manusia. Baik itu yang konservatif, fundamentalis, moderat, liberal dan sebagainya. Perbedaan pemikiran tersebut tidaklah dapat bisa dihindari akibat akal budi manusia itu tersebut. Nabi Muhammad berhasil membuktikan sebagai seorang pemimpin yang baik dan diakui ketokohannya. Nabi Muhammad hanya melakukan apa yang tertulis dalam Alquran. Bagaimana realisasi dalam kenyataan hidup inilah dibutuhkan ilmu yang menjaga keseimbangan tersebut. Islam menawarkan keseimbangan tersebut, walaupun berusaha dicitrakan menjadi agama yang membawa ajaran keras. Itu hanyalah PENCITRAAN.  Pencitraan yang akan dilawan oleh umat Islam dengan bukti dan atas pertolongan Allah SWT.
Apakah cara-cara ini yang diinginkan oleh umat lain untuk dilakukan oleh Umat Islam? Apakah gara-gara kelakuan seorang oknum atau artikel sebuah media, secara otomatis dapat menggeneralisasikan sebuah ajaran secara keseluruhan? Tentu saja Tidak, jika kita dengan akal sehat dapat mengujinya sendiri. Sehingga seseorang akan menggunakan hak pilihnya dan keimanannya dengan kesadaran akan penemuan dirinya sendiri.
Penemuan akan Tuhan yang akan diyakini dan diimaninya. Saya sangat percaya bahwa Tuhan membuat manusia dengan kelengkapan akal budinya bukan untuk menjadi bodoh dan berpikir seperti kacamata kuda. Allah menyediakan informasi (dalam Kitab Suci yang mengandung hukum Kebenaran Mutlak) tentang hasil penciptaannya dan manusia menggunakan dan menemukannya dengan bijaksana dalam kaidah keseimbangan alam. Renungkan dan intropeksilah diri kita sendiri.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Al-I Imran 3;19)
Jadi silahkan umat agama lain untuk hidup secara tenang dan beribadah di Indonesia yang mayoritas Muslim, tetapi jangan memaksakan kehendak dan menjajah paradigma dan keyakinan keluarga kami dan umat Muslim lainnya atas nama ajaran agama anda. Silahkan bagi kaum Gay, Lesbi, Humanis, Materialistis dan isme manusia lainya untuk hidup berdampingan bersama kami dan menjalankan keyakinannya, tetapi jangan menghina dan mencaci maki keyakinan kami. Kami Umat Islam hanya ingin tenang beribadah dengan keluarga kami. Jangan tularkan paradigma, penyakit mental dan keyakinan anda pada keluarga kami dan umat Islam lainnya.
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Al Araf 7;81)
Hargailah kehidupan bernegara dengan mematuhi undang-undangnya. Dirikanlah tempat beribadah dan acara-acara keyakinan anda ditempat yang sudah disediakan dan disepakati bersama. Apakah permintaan Umat Islam berlebihan? Apakah normal umat mayoritas meminta kepada minoritas? Bukankah kami sudah berendah hati untuk meminta hal ini? Janganlah anda melanggar karena kami sudah berbaik dan merendahkan hati dengan anda. Mari kita hidup damai berdampingan. Kami menghargai hak hidup anda :
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;” (Ash Shu araa 26;183)
Tetapi jika selama genderang dan terompet perang itu terus berbunyi, meskipun dengan cara tersembunyi ataupun dengan cara-cara “Halus”, maka jangan salahkan kaum Muslim yang akan terus mengumandangkan semangat “Jihad” dalam hati, seluruh keluarganya dan seluruh umat Muslim.
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).” (An Nisaa 4;84)
Diizinkan berperang kepada mereka yang diperangi, karena mereka sesungguhnya dianiayai dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka; yaitu orang-orang yang diusir ke luar dari kampungnya tanpa suatu alasan yang patut”, kecuali mereka berkata:”Tuhan kami ialah Allah….” (Al Hajj 22;39-40)
Semangat dengan berpegang pada ketentuan yang benar:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(Al-I Imran 3;103)
Dan Umat Islam yakin dengan pertolongan yang akan datang dari Allah SWT:
Apabila pertolongan Allah dan kemenangan itu telah datang, dan telah kamu lihat manusia dengan berduyun-duyun memasuki agama Islam, maka bertasbihlah memuji Tuhanmu dan meminta ampun kepada-Nya, sesungguhnya Allah itu penerima Taubat”. (An Nashr 110;1-3)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke-...JILID 6 Hal: 39 - 49 

Jumat, 25 Februari 2011

Jihad Dan Qital 1 (JILID 5 Hal : 26 - 32)

Jihad Dan Qital (1)
Kaidah dari filsafat itu sendiri harus mengandung unsur-unsur diatas yang saling terintegrasi dan sistematis, serta memiliki arah/tujuan (menjangkau kaidah dasar), pendalaman materi dan analitis, yaitu bahwa filsafat harus menunjukan materialistis sebagai sebuah bentuk nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh indra manusia, diungkapkan dengan dialektis yang empiris dan logis demi suatu tujuan yang idealis dan holistis. Atau sebaliknya, Kebenaran Idealis harus dijelaskan dengan dialektis yang empiris, logis (rasionalis) dan holistis dengan pendekatan materialistis. Sehingga hasilnya merupakan sebuah teori dan hukum yang sesuai dengan kaidah keilmuan atau terbukti kebenarannya (walaupun relatif sesuai dengan standar kebenaran manusia), serta minimal mendekati kebenaran mutlak (hukum alam). Apalagi bila hasil analitisnya tersebut dapat membantu dalam menunjukan tanda-tanda Kebesaran/ Keberadaan Tuhan yang memegang Hak Prerogatif terhadap Kebenaran Mutlak/ Absolut. Memang betul bahwa Kitab Suci tidak secara keseluruhanya mengandung ilmu pengetahuan, tetapi didalamnya juga ada masalah hukum nilai-nilai, hukum etika, hukum alam, akibat hukum dan petunjuk kehidupan manusia lainnya. Kitab suci berisi ilmu pengetahuan secara luas (holistis) dan dalam, sebagai informasi awal bagi pengetahuan manusia.
 Sebuah teori harus dengan bukti-bukti Empiris dan teoritis, serta harus terdefinisi dengan baik. Karena sebuah bukti-bukti empiris atau teoritis tanpa definisi yang baik, juga akan hanya sebagai seonggok bukti belaka, serta hal-hal idealis itu hanya akan menjadi khayalan atau cerita dongeng biasa.
Nah yang terakhir, saya mulai terusik oleh pernyataan dari satu pihak/oknum yang kelihatannya seolah-olah PALING berjuang dijalan Tuhannya, begini  tulisannya:
Kristen tidak mengajarkan permusuhan secara fisik, tapi secara rohaniah! Yaitu perang konsep! Ini yang harus kita mainkan didunia ini. Bahwa sebagai orang Kristen kita harus berdiri melawan konsep-konsep yang salah atau yang menyesatkan, bukan malah berdamai atau kompromi. Disinilah saya ini bermain, dan siapa saja yang saya dapati bersalah, maka dia harus saya lawan. Sebab kebenaran tidak mau diungguli oleh ketidakbenaran, melainkan harus mengunggulinya.” (Bung Hakekat)

Alhamdulillah, Allah Maha Besar. Tampaknya Allah membukakan mata dan hati kaum Muslim dari oknum-oknum agama lain/tidak beragama, yang secara sadar atau tidak sadar oknum-oknum tersebut telah dibukakan (oleh Allah SWT) visi dan misi (misionaris) agamanya sendiri. Genderang dan terompet peperangan tampaknya dibunyikan oleh salah satu pihak atau malah mungkin sudah sejak lama hal ini sudah terjadi di Indonesia. Saya pikir kepentingan agama dan golongan sudah tidak ada lagi, tetapi persatuan dan kesatuan NKRI-lah yang saya ketahui. Tampaknya bahasa yang digunakan cukup provokatif mengatasnamakan agama (bukan pribadi), sebagai kata “bukan malah berdamai atau kompromi” alias tidak akan berdamai dan berkompromi. Ajaran yang tidak mengandung ajaran atau konsep “Lakum Dinukum Walliyadin” (agamaku agamaku, agamu agamamu). Seperti yang ditegaskan pula dalam AlQuran :

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (Yunus 10;41)
Sekarang ini tampaknya, permusuhan Rohani dan pemaksaan Doktrin/Dogma/Paradigma adalah sebuah bentuk Penjahahan baru yang bernama PENJAJAHAN PARADIGMA (perang konsep). Apakah oknum ini mengerti tentang konsep kewarganegaraan dan bernegara? Dimana KESEPAKATAN negara kita sudah disepakati dalam Pancasila dan UUD 1945. Secara politikpun saya bertanya, beraninya oknum ini dari kelompok minoritas menantang kelompok mayoritas? Siapa yang berani menyatakan orang lain bersalah, individu atau pengadilan sebagai lembaga supremasi hukum sebagai bentuk ketaatan warga yang bernegara dan hidup di dunia? Ataukah mengatasnakamakan Tuhan untuk mengadili manusia lainnya, seolah oknum ini adalah Hakim dari pengadilan Tuhan yang ada di dunia? Saya tahu betul bahwa yang paling berbahaya sekarang ini bukanlah penjajahan fisik, melainkan penjajahan paradigma (konsep). Bukan hanya penjajahan paradigma rohani, tetapi mereka juga mencoba keluar dari perjanjian sesama manusia dalam bernegara. Umat Islam memiliki pemikiran dalam hal ini:
“Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian)”. (At Taubah 9;8)
Pemaksaan dan penjajahan paradigma terhadap kaum muslimin harus diperangi, seperti dalam Ayat Al-Quran :
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.”(At Taubah 9;13-14)
Ingat! Saya dan umat Islam lainnya tidak pernah MEMULAI ini.:
“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”(At Taubah 9;7)
Semangat “Jihad” saya mendadak muncul setelah melihat tulisan oknum ini. Dimana konsep Jihad sendiri TIDAK harus berarti kekerasan melainkan “Berjuang di Jalan Allah”. Berjuang di jalan Allah ini bisa berarti mencari nafkah keluarga, memerangi kemiskinan, memerangi kebodohan, berdakwah dan bisa berarti memerangi kezaliman.
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”(Al ankabut 29;6)
Umat Islam di Indonesia akan tenang dan toleran jika tidak diganggu terus menerus oleh orang-orang penginjil, misionaris, pemikir humanis dan pemikiran manusia lainya. Umat Islam di Indonesia hanya ingin tenang menjalankan ibadahnya. Jangan diganggu oleh program pemurtadan atau fitnah-fitnah yang mendiskreditkan ajaran Islam atau mencitrakan bahwa ajaran Islam adalah Teroris. Artinya ada kelompok yang hendak membuat semangat Jihad umat Islam naik menjadi semangat “Qital”.

Jihad yang tingkatannya naik menjadi perang disebut sebagai Qital. Dan orang-orang yang sudah dianggap Teroris sekarang dan seolah-olah dicitrakan dan digeneralisasikan sebagai ajaran Islam sekarang ini adalah orang-orang yang sudah lelah mengalami penindasan dan kezaliman penjajahan paradigma tersebut. Hal yang sederhana bagi umat Islam adalah hentikan semua penjajahan paradigma dan pencitraan negatif terhadap Islam, serta jangan memaksakan kehendak pada umat Islam, maka umat Islam akan reda dengan sendirinya.
Pemahaman Jihad dalam kekerasan/peperangan (Qital) adalah pilihan TERAKHIR, jika cara apapun sudah tidak memberikan solusi atas penindasan kezaliman yang dilakukan pihak lain. Islam TIDAK PERNAH mengajarkan “permusuhan baik fisik maupun rohani”.
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”(Muhammad 47; 31)
Tapi Islam sangat bereaksi keras akan kezaliman dan  waspada terhadap permusuhan tersembunyi. Kita wajib perang, tetapi kita juga wajib melindungi :
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (At Taubah 9;6)
Sehingga saya berani berkata dan menjawab pernyataan diatas dalam salah satu artikel awal saya :
“Bagi mereka yang non muslim dan muslim…jika ada yang menzolimi anda… tanpa alasan yang jelas..walaupun itu orang muslim…datanglah kepada saya..maka saya akan berdiri di depan anda untuk melindungi anda dan akan melawan kezoliman itu dengan nyawa taruhannya…..
Tetapi jika anda muslim dan non muslim berani menzolimi siapapun… apalagi terhadap umat muslim…..tanpa alasan yang jelas… maka saya akan berdiri paling depan untuk berperang dengan anda dan nyawa taruhannya….” (Filsuf Gila)
Konsep saya dapatkan dari apa yang saya pelajari dari ajaran Islam:
“Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka. “(An Nisaa 4;90-91)
Mana ajaran yang mengandung “Cinta Kasih” yang sebenarnya, penyataan oknum diatas atau pernyataan saya dengan ajaran Islamnya? Mana yang mengandung permusuhan dan mana yang mengandung perlindungan/ perdamaian? Mana pernyataan yang bersumber dari ajaran agama dan mana yang akibat dari sebuah doktrin/dogma? Siapakah yang MEMULAI ini semua? Tidak sedikitpun Rasa takut saya kepada manusia, selain kepada Allah SWT semata:
“Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (an Nahl 16;51)
Termasuk tidak takut untuk berperang :
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat !" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata : "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi ?" Katakanlah : "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”(An Nisaa 4;77)
 Nah karena banyak pembahasan mengenai Jihad pula, maka saya terlebih dahulu ingin menjelaskan tentang konsep Jihad itu sendiri. Raja Richard (The Lion Heart) dari Inggris pernah bertanya pada Sultan Salahudin (Saladin),” Mengapa semangat juang pasukan Muslim begitu hebat dan sulit sekali dipropaganda (Psy War, istilah sekarang) untuk dijatuhkan moralnya?. Sultan Salahudin menjawab singkat, ”Jihad”. Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Quran :
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang MUSLIM dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (Al Hajj 22;78)
Masing-masing umat Muslim sudah membawa semangat Jihadnya atas petunjuk Alquran. Jihad Umat Muslim tidak hadir melalui doktrin atau propaganda seseorang atau kelompok tertentu. Setiap Muslim secara pribadi akan bereaksi jika melihat orang dizholimi, apapun agamanya. Apalagi kalau mereka melihat sesama Muslim yang dizhalimi, maka Jihad mereka tidak akan pernah berhenti sampai mati atau sampai kezhaliman itu berhenti.
Sebagai bahan informasi anda, bahwa pada masa Perang Salib itu Raja Richard adalah seorang buta huruf :
“Raja Richard yang terkenal itu ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu) sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate (bisa membaca), tapi juga seorang ahli dibidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap diantara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor seperti teropong.” (Belajar Iman, Islam, dan Ihsan; Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan)
 Bisa anda bayangkan Bangsa Barat pada waktu perang Salib masih banyak yang buta huruf. Malah Rajanya sendiri masih buta huruf. Sedangkan Sultan Salahudin sudah dapat membaca dan menulis, serta menguasai ilmu kedokteran. Mana yang lebih primitif pada masa itu?
“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.” (An Nur 24;44)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke-...JILID 6 Hal: 32-39