ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Minggu, 03 April 2011

Konsep Keimanan Kristen 1 (JILID 25 Hal 165-169)


Konsep Keimanan Kristen (1)

Sedangkan Keimanan Kristen dinyatakan sebagai sebuah Doktrin yang harus dipatuhi oleh kaumnya untuk langsung MENG-IMAN-I agamanya terlebih dahulu atas nama Tuhan Yesus Kristus (tanpa proses), kemudian proses pemahamannya akan melalui Hermeneutika dan doktrin gereja atau ahli kitabnya. Dengan tegas Alkitab Injil mengatakan :
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat “ (Ibrani 11:1)
Bagaimanapun Kristen dibandingkan Islam lebih dahulu dikenal sebagai agama samawi yang dikenal oleh Kebudayaan Barat yang pada saat itu sudah bosan dengan pencarian Tuhan dengan agama Paganisme mereka. Tetapi Dari pernyataan Iman Kristen dalam ayat Alkitab Injil inilah, tidak salah jika ada gerakan rasionalis yang menentangnya. Bagaimana manusia akan mengimani bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya belum terjawab bahkan mungkin terjadi konflik rasional dalam otaknya mulai bekerja. Alkitab Injil yang dianggap sebagai Kitab Suci umat Kristen, terseok-seok menghadapi gerakan-gerakan ini.
Gerakan Rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Kemudian diikuti oleh gerakan Empirisme. Empirisme menyatakan bahwa pengalaman adalah asal dari segala pengetahuan. Empirisme melahirkan ide tentang Materialisme. Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme). Dan Kitab Suci Alkitab tidak dapat membuktikan dirinya sebagai Bukti Empiris yang merupakan hasil perbuatan (objek) dari sifat ke-Maha-an Logos (Tuhan).
Pertentangan yang cukup dalam pada Kebudayan Barat antara kaum Religius (agama samawi), Rasionalis dan Empiris, yang kemudian diikuti oleh perkembangan kaum Atheis dan pendukung tradisional Paganis dimasa-masa abad pertengahan. Sehingga sekarang ini gelombang bangsa Barat menjadi Atheis semakin besar, ditambah dengan gerakan-gerakan bawah tanah kaum materialisme dan organisasi sempalan Gereja.
Jika kita komparasikan ayat Ibrani 11;1 dengan Hadist Rasul Nabi Muhammad dari Abu Huairah, maka pemahaman IMAN dalam Kristen itu adalah pemahaman IHSAN dalam Islam. Jadi selama ini terjadi atau ada perbedaan pemahaman secara etimologi (definisi) “Iman” antara keimanan Kristen dengan Islam. Konsep Iman Kristen itu sama dengan Konsep Ihsan dalam Islam, tetapi jauh dalam tingkatannya. Iman bagi Kristen adalah sebagai tujuan akhir, sedangkan bagi umat Islam Iman adalah bagian dari sebuah proses, dimana tujuan akhirnya adalah Ihsan.
Analoginya adalah, bagaimana seseorang yang akan naik ke atas sebuah tiang. Jika manusia bisa naik keatas tiang tertinggi, maka dia akan mudah memahami dan melihat lingkungannya lebih jelas (Iman dalam Kristen atau Ihsan dalam Islam). Umat Islam menyarankan untuk memanjat dari bawah, ikuti prosesnya, taat dan taqwa dalam menjalaninya, dan belajar dari orang (Nabi Muhammad) yang sudah berpengalaman memanjat tiang tersebut. Sedangkan umat Kristen menyarankan supaya manusia harus berada diatas tiang dulu baru akan memahaminya. Bagaimana manusia akan sampai atas, jika dia tidak memanjatnya dari bawah terlebih dahulu? Apakah umat Kristen memahami Iman sebagai bentuk Imajinasi manusia yang berada di bawah, kemudian membayangkan dirinya sudah diatas (Iman Kristen), kemudian tinggal dengarkan cerita dari pendeta tentang bagaimana suasana diatas tiang dan apa yang dilihat pendeta (Doktrin)? Dan percayalah Gereja dan pendeta tidak pernah salah, karena sudah dipenuhi oleh Roh Kudus.
Perbedaan ini juga akan nyata pada saat umat Kristen mulai bertanya dan mempertanyakan soal Keimanan kepada ahli agamanya. Jika umat Kristen mempertanyakan masalah-masalah kritis Keimanan dalam Kitab Sucinya, maka manusia tersebut akan dianggap tidak dilingkupi Roh Kudus/Ke-Terang-an Tuhan Yesus (Kafir). Artinya dalam Kristen, manusia harus beriman dahulu, soal memahami alkitab dan ilmu pengetahuan nanti akan ditentukan oleh Roh Kudus yang datang pada manusia itu atau tidak, dan jika nanti dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Keimanan Kristen adalah hadirnya Roh Yesus secara nyata kedalam diri tiap Kristen, dan mungkin hadir dalam “bahasa Roh” (Kesurupan kalau dalam agama Islam). Pengetahuan keimanan Kristen akan hadir bersamaan masuknya roh kudus kedalam diri manusia tersebut. Bagi umat Kristen ada pemisahan yang jelas antara ilmu pengetahuan dengan Keimanan. Dalam Alkitab menurut umat Kristen tidak berisi ilmu pengetahuan.
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. “(Al Anam 6;100)
Keimanan Kristen bukanlah sebuah panduan hidup yang berisikan juga konsep ilmu pengetahuan. Alkitab Injil dianggap oleh umat Kristen sendiri bukanlah sumber ilmu pengetahuan. Keimanan Kristen tidak dapat didekati oleh ilmu pengetahuan, karena menurut kaum Kristen, Kitab Suci Alkitab hanya cerita dari saksi-saksi manusia tentang perjalanan Tuhan yang menjadi manusia. Alkitab Injil hanya dapat dipahami oleh Keimanan Kristen itu sendiri. Artinya pula, jika anda menemukan hal-hal yang tidak logis, ragu-ragu maupun logis, hal ini akan sama saja dimata umat Kristen.
Berdasarkan penjelasan tentang teori dan hukum yang saya jelaskan, Alkitab Injil secara jelas memperlihatkan hukum Tuhan dalam ayat:
“Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Markus 12;29)
Kemudian Konsili-konsili yang dilakukan pada abad berikutnya mengeluarkan Hukum Trinitas yang merupakan hukum kesepakatan manusia. Apakah dalam keimanan Kristen, Hukum Tuhan dapat digugurkan oleh hukum manusia? Mana yang umat Kristen yakini, percaya dan Imani,  Hukum Tuhan atau Hukum Manusia? Secara ilmiah, Apakah hukum alam dapat digugurkan secara serta-merta oleh teori atau hipotesis baru manusia tanpa pengujian terlebih dahulu? Mana yang dijadikan landasan hukumnya, Alkitab yang menyatakan dengan tegas dan jelas sebagai Hukum terutama, atau kesepakatan para ahli agama?
Seringkali umat Kristen menjawab bahwa kontradiksi atau perselisihan dalam penceritaan perjalanan Tuhan itu seperti beberapa wartawan yang meliput dan ceritanya tidak harus sama. Tentu saja secara rasional dan logis itu seolah-olah bisa diterima, tetapi wartawan yang meliput satu peristiwa yang sama tentunya “substansi” peristiwanya haruslah sama. Sedangkan tentang metode atau gaya penulisan memang bisa berbeda. Misalnya, Apakah logis bila seorang wartawan satu mengatakan bahwa “Yudas mati gantung diri” yang lainnya mengatakan “Yudas mati dengan isi perutnya keluar”. Kemudian kedua wartawan tersebut adalah teman seperguruan yang setiap hari bertemu muka dan dapat saling mengkonfirmasi peliputannya.
Sedangkan umatnya sekarang akhirnya dengan cerdas menjelaskan teori yang begitu detail tentang bagaimana sejarah kebiasaan bunuh diri dari bangsa Israel yaitu dengan menggunakan kuda dengan sudah mempersiapkan tali di lehernya pada salah satu ujungnya dan ujung lainnya diikatkan kait. Kemudian kuda itu berlari dan si pelaku akan melemparkan tali yang ujungnya pengait tersebut serta berharap kaitnya akan terkait di pohon dan dia tergantung hingga mati. Tetapi dalam kasus Yudas, kaitnya gagal mengait dan dia terjatuh serta perutnya terkena kait sehingga isi perutnya keluar.
Begitu hebat dan detailnya dalam membuat tafsir opini pada kedua ayat tersebut supaya tidak terlihat ada kontradiksi, tetapi mengapa begitu sulit dalam menjelaskan kaitan antara Konsep hukum Tuhan dan Hukum Manusia? Hebat dalam membuat sebuah kaitan tentang ayat-ayat yang jelas mengandung kontradiksi, tetapi tidak dapat tegas menjelaskan kaitan dan perbedaan antara kata “Firman Tuhan” dalam pembuka Alkitab Injil dengan kata  “Cerita Manusia”. Metode berpikir yang menggunakan standar ganda dalam Keimanan Kristen dalam upaya memepertahankan kebenaran dari penyangkalan prinsip Falsifabilitas.
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al Israa 17;15)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 26 hAL 169-174

Tidak ada komentar:

Posting Komentar