ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Kamis, 14 April 2011

Penemuan Kerusakan AlKitab Injil Pada Halaman Pertama Kitab Kejadian - Pendekatan Eksperimen 6 (JILID 37 Hal 227-232)

Perdebatan Ada Dan Tiada, Serta Penemuan Kerusakan AlKitab Injil Pada Halaman Pertama Kitab Kejadian (Pendekatan Eksperimen 6)
Pemikiran dan analisis terhadap kerusakan Alkitab Injil pada Kitab Kejadian ini bukan tanpa alasan yang jelas. Pengaruh Filsafat Barat dan Kebudayaan Yunani terhadap Alkitab Injil secara tegas disampaikan oleh seorang bernama Origenes, dimana pemikirannya sangat mempengaruhi Gereja hingga abad pertengahan. Origenes adalah orang yang bertanggungjawab menterjemahkan Kitab Perjanjian lama yang bertuliskan bahasa Ibrani/Aram menjadi bahasa Yunani, seperti yang saya dapatkan dari wikipedia:
Origenes (Bahasa Yunani: ριγένης) lahir di Alexandria sekitar tahun 185. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Kira-kira pada tahun 201, ayahnya - Leonidas - dipenjarakan dalam satu gelombang penyiksaan oleh Septimus Severus. Origenes pun menulis surat kepada ayahnya di penjara agar tidak memungkiri Kristus demi keluarganya. Meskipun Origenes ingin menyerahkan diri kepada penguasa agar dapat menjadi martir bersama-sama dengan ayahnya, namun ibunya mencegahnya dengan menyembunyikan pakaiannya.
Setelah Leonidas mati sebagai martir, hartanya disita, dan jandanya terlantar dengan tujuh orang anak. Origenes pun mulai menanggulangi keadaan dengan bekerja sebagai guru sastra Yunani dan penyalin naskah. Karena hanyak di antara cendekiawan senior telah meninggalkan Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah katekisasi Kristen sangat membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya yang kedelapan belas, Origenes pun memangku jabatan kepala sekolah di sekolah katekisasi tersebut dan memulai karier mengajarnya yang panjang, termasuk belajar dan menulis.
la menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas. Mengikuti petunjuk Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak mempunyai alas kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes berhasrat setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama Kristus.
Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat tujuh sekretarisnya sibuk dengan diktenya. Ia telah menghasilkan lebih dari dua ribu karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap kitab dalam Alkitab serta ratusan kotbah.
Karyanya "Hexapla" merupakan prestasi dalam bidang kritik teks. Di dalamnya, ia mencoba menemukan terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama, dan dalam enam kolom sejajar ia membentangkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta. "Melawan Celsus" adalah karya besar yang merupakan pertahanan bagi kekristenan terhadap serangan kafir. "Atas Prinsip Pertama" merupakan upaya pertamanya dalam teologi sistematis; di sini Origenes dengan saksama meneliti keyakinan Kristen tentang Allah, Kristus,  Roh Kudus,  penciptaan, jiwa, kehendak bebas, keselamatan dan Kitab Suci.
Origenes bertanggung jawab atas peletakan dasar-dasar penafsiran alegoris terhadap Kitab Suci yang berpengaruh hingga Abad Pertengahan. Pada setiap teks, ia percaya ada tiga tingkat pengertian: pengertian harfiah, pengertian moral - yaitu untuk memperbaiki jiwa, dan pengertian alegoris atau pengertian rohani - yakni pengertian tersirat yang penting untuk iman Kristen. Origenes sendiri mengabaikan makna harfiah atau gramatikal-historis teks dan lebih menekankan makna alegoris.
Origenes berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci, dan secara analogi, yang kemudian dianut Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang kafir dapat digunakan oleh orang Kristen, seperti kisah orang Israel yang meminta seluruh harta bangsa Mesir ketika keluar dari Mesir.
Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks. Dari kesalahan-kesalahannya, yang paling mencolok adalah paham Yunani bahwa benda dan dunia ini jahat. Ia percaya akan eksistensi roh sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia di atas bumi ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan praeksistensi (sebelum lahir). Ia menolak paham kebangkitan daging dan mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan keselamatan bagi semua manusia dan malaikat. Karena Allah tidak mungkin menciptakan bumi ini tanpa berhubungan langsung dengan zat awal, maka Sang Bapa memperanakkan Putra-Nya untuk menciptakan bumi yang abadi ini. Ketika Sang Putra mati di kayu salib, maka itu hanya kemanusiaan Yesus yang mati sebagai tebusan bagi iblis atas kejahatan dunia.
Karena kesalahan-kesalahan semacam ini, maka Uskup Demetrius dari Aleksandria mengadakan sidang yang mengekskomunikasi Origenes dari gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima ekskomunikasi ini, namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur tidak menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan, kebijaksanaan dan kecendekiawanannya.
Dalam gelombang penyiksaan pada masa Kaisar Decius, Origenes dipenjarakan, disiksa dan diputuskan untuk dihukum mati pada tiang. Tetapi hukurnan itu tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Karena penderitaan (batin) inilah Origenes jatuh sakit, kemudian meninggal sekitar tahun 251 di Kaisarea. la telah berbuat banyak, lebih daripada yang orang lain pernah lakukan untuk meningkatkan pemikiran Kristen dan membuat Gereja dihormati di mata dunia. Di kemudian hari, Bapa Gereja di Barat maupun di Timur merasakan pengaruhnya. Keanekaragaman pikiran dan tulisannya telah membawa reputasi baginya sebagai bapa ortodoksi.
Ajaran Origenes dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Yunani seperti Plato. Dari sana ia mengajarkan ajaran-ajaran yang oleh gereja dianggap salah.
Origen mengajarkan bahwa dari awal semua mahkluk yang rasional mulanya adalah berupa roh; ia mengajarkan bahwa setelah penebusan dosa melalui penyaliban Yesus di kayu salib maka baik orang yang telah masuk neraka juga akan ditebus dosanya dan kembali menjadi suci dan percaya bahwa jika orang sudah berada di surga dan melakukan pelanggaran disana akan dikeluarkan dari surga. Semua ajaran Origen merupakan dianathema dalam konsili Konstantinopel ke II pada tahun 553 M. Gereja mempercayai bahwa orang yang telah masuk neraka telah kehilangan kesempatan untuk bertobat, sehingga dosanya tidak terampuni lagi. Demikian juga orang yang sudah masuk surga tidak dapat berbuat dosa lagi sehingga kembali berdosa, sebab jika demikian maka neraka dan surga tidak ubahnya seperti dunia.

Saya sudah menduga dari awal bahwa Anaximandros yang akan diduga mengutip dari  Kitab Taurat. Tetapi tidak satupun data yang menyebutkan bahwa Kitab Taurat tertulis sebelum Abad ke 6 SM (Masa Anaximandros) seperti Kitab Kejadian sekarang ini. Kitab Taurat sangat dipercaya ditulis pada loh batu yang hanya berisi 10 perintah Tuhan dan diturunkan kepada Nabi Musa pada abad 16-15 SM (1527-1408 SM). Tertulis tanpa detail penciptaan Alam semesta. Origenes dalam tulisannya juga mengakui bahwa pemikirannya dipengaruhi oleh Filsafat Yunani. 
Perhatikan kalimatnya ini Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci, dan secara analogi, yang kemudian dianut  Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang kafir dapat digunakan oleh orang Kristen, seperti kisah orang Israel yang meminta seluruh harta bangsa Mesir ketika keluar dari Mesir. Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks”. Dan dia menyatakan bahwa Plato sangat asing terhadap pengetahuan tentang Ke-kristenan ortodoks (Yahudi). Artinya pada masa Plato pun yaitu abad ke 4 SM (jauh setelah masa Anaximandros abad 7-6 SM) Yunani belumlah dipengaruhi oleh ajaran Taurat atau Ke-Kristenan. Tetapi Origeneslah yang mecoba mengadopsi tulisan/khazanah pengetahuan bangsa Yunani yang dia sebut sebagai “Orang Kafir”.
Origenes yang bertangungjawab terhadap lahirnya Septuaginta, nyata-nyata menuliskan bahwa ia akan mengadopsi pemikiran orang kafir (kaum pagan). Hal ini dapat diperkirakan untuk menjelaskan tentang penciptaan alam dan alam semesta itu sendiri sebagai bagian dari Alkitab. Karena pada Taurat dan Injil asli diduga tidak ada isi mengenai penciptaan alam semesta secara detil. Taurat dan Alkitab Injil yang asli hanya berisi perintah dan ajaran  moral saja.
Yang menarik adalah sejarah Kitab Taurat itu sendiri yang didalamnya terdapat Kitab Kejadian adalah disebut sebagai Tetrateukh
“Tetrateukh berarti empat kitab hukum. Tetrateukh adalah komposisi dari empat kitab pertama Perjanjian Lama, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat dan Bilangan, yang merupakan bagian pertama dari Eneateukh. 
Sebuah komposisi pertama atau disebut juga Redaktor Yahwis-Elohis (RYE = Redaktor YE), yang terjadi pada sekitar tahun 722 sM, merupakan sebuah komposisi dari beberapa cerita yang awal-mulanya beredar dalam tradisi oral di wilayah kerajaan Israel Selatan (tradisi Yahwis, lihat juga artikel "Yahwist" dalam Wiki English disingkat “tradisi Y”) dan di wilayah kerajaan Israel Utara (tradisi Elohis, lihat juga artikel "Elohist" dalam Wiki English disingkat “tradisi E”). Komposisi ini, yang oleh Wellhausen disebut dengan “jehowistisches Geschichtswerk” (“Karya Sejarah Yehowistis”) atau lebih tepat disebut “Karya Sejarah Yerusalem” (disingkat “YG”, yang berasal dari “Jerusalemer Geschichtswerk”), merupakan sebuah kompromi pertama yang menyatukan dua tradisi yang saling berlawanan (tradisi Israel Selatan [Y] dan tradisi Israel Utara [E]).
Pada sekitar tahun 520 sM muncul teks yang berasal dari tradisi keimaman (atau disingkat “tradisi P”) yang merupakan refleksi dari sebuah reformasi teologis yang dilakukan oleh para imam pada waktu zaman pembuangan. Terdapat dua teks yang berasal dari tradisi ini, yaitu “teks dasar P” atau disingkat PG (Priesterliche Grundschrift) yang digunakan untuk mengkomposisi Tetrateukh dan “kitab hukum kesucian” (Im 17 – 26). Oleh redaktor P (RP) pada sekitar tahun 450 sM yang hidup pada zaman setelah pembuangan di Yerusalem, kedua teks dari tradisi keimaman tersebut digunakan untuk mengkomposisi Tetrateukh. Kedua teks tersebut digabungkan bersama dengan “Karya Sejarah Yerusalem” dari RYE, sehingga muncul kompromi kedua. Dari kompromi tersebut muncul Tetrateukh (Kejadian - Bilangan).”

Dapatlah kita lihat bahwa Tetrateukh sebagai sumber awal dari Kitab Kejadian adalah hasil kompromi dari tradisi oral Yahudi (Israel) Utara dan Yahudi Selatan. Yang menarik kemunculan dari hasil kompromi ini bertepatan tahunnya dengan kehidupan Anaximandros di wilayah Miletos (610-546 SM) pada abad ke 7-6 SM. Apakah pengaruh Taurat (Tanah Israel) pada masa itu sudah sampai di tanah Yunani (Miletos), dimana di Yunani sendiri adalah para penganut agama Pagan? Teks awal Tetrateukh sendiri baru muncul pada masa 520 SM, atau setelah masa Anaximandros. Tetapi komposisi yang terdiri dari Kitab Kejadian – bilangan itu sendiri baru ada pada masa 450 SM, artinya 2 abad setelah Anaximandros.
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” (Al Maidah 5;15)
Selain Tetrateukh sebagai landasan dasar dibuatnya Septuaginta, ada beberapa catatan yang didapat dari wikipedia yaitu awal penulisan Septuaginta (menterjemahkan Taurat Ibrani ke bahasa Yunani) yang dimulai pada abad ke-3 SM yang jauh dari masa Anaximandros.
Septuaginta adalah terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama atau Tanakh yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (dari bahasa Ibrani - ditulis dalam huruf Ibrani Kuno) mulai dari abad ke-3 SM. Terjemahan ini disebut "septuaginta" yang dalam bahasa Yunani artinya adalah 70 dan sering ditulis sebagai "LXX" karena konon disusun 70 orang Yahudi yang ditugaskan oleh Ptolemeus II Filadelfus (285 - 247 SM) dari Mesir atas perintah raja Iskandariyah pada abad ke-3 SM untuk dimasukkan ke Perpustakaan Alexandria.
Pada kenyataannya tidak dapat dipastikan siapa yang mengerjakan terjemahan ini. Namun yang pasti ialah terjemahan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Yahudi yang tinggal di diaspora, di luar Palestina dan tidak lagi memahami bahasa Ibrani. Mereka telah sangat dipengaruhi oleh budaya Yunani (helenis), yang saat itu merupakan bahasa internasional di kawasan Laut Tengah.
Abad ke-4 Septuaginta ini diterjemahkan ke bahasa Latin, dan abad ke-16 disalin ke dalam bahasa Jerman oleh Martin Luther langsung dari Bahasa Ibrani.
Septuaginta mengandung beberapa kitab yang tidak ada dalam Alkitab Yahudi. Kitab-kitab ini disebut buku-buku Deuterokanonika.

Pada tulisan diatas, tidak ada satupun yang yakin siapa yang mengerjakan Septuaginta awal. Dan dijelaskan bahwa mereka sudah terpengaruh oleh Budaya Yunani (Helenis). Dan ingat bahwa Septuaginta mengandung beberapa Kitab yang tidak ada dalam Alkitab Yahudi Siapakah yang berhak menambah dan mengurangi? Apakah tidak mungkin bahwa Kitab Kejadian  sudah disusupi tangan-tangan manusia yang merubahnya dengan menambahkan manuscript Anaximandros?
Dari data diatas ada pertanyaan mendasar, jikalaupun ada Taurat pada masa Anaximandros pastilah tertulis dalam bahasa Ibrani (Aram). Apakah Anaximandros menguasai bahasa Ibrani/Aram? Penyebaran kaum Yahudi (Diaspora) sendiri baru terjadi pada abad 588-579 SM dan itupun terbatas pada daerah Babel dan tanah Israel.
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (Al Maidah 5;47)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 38 Hal 232-237

Tidak ada komentar:

Posting Komentar