ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Minggu, 29 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 13 (JILID 58 Hal 335-340)


Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (13)
Awalnya saya kagum melihat panjangnya kajian mengenai Kitab Kejadian ini. Saya berharap dapat menemukan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan saya mengenai Penciptaan alam semesta versi Alkitab Injil. Tapi nyatanya sama saja, nihil!
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman." (Al Baqara 2;6)
Mari kita lanjutkan kajian penulis Barat tentang Kitab Kejadian.
NASB “belum berbentuk dan kosong”
NKJV “tanpa bentuk, dan kosong”
NRSV, NJB “suatu kekosongan yang tak berbentuk”
TEV “belum berbentuk dan sunyi”
NIV “belum berbentuk dan tak berisi”
REV “kesia-siaan besar”
SEPT “tak nampak dan tak berperabot”
JPSOA “belum berbentuk dan kosong”
Kedua kata ini ditemukan dalam BDB 1062, KB 1688-1690 dan BDB 96, KB 111. Apakah ini mengisyaratkan hanya air? Bumi berubah bentuk (yaitu lempengan tektonik) terus menerus (yaitu satu benua mula-mula yang disebut Pangea menjadi beberapa benua). Pertanyaannya lagi adalah umur dari bumi. Kata-kata ini muncul bersamaan dalam Yer 4:23. Kata-kata ini dipakai dalam catatan penciptaan Babilonia dan Sumeria namun dalam pengertian mitologis. Tahapan penciptaan ini menunjukkan bahwa Allah menggunakan suatu proses pertumbuhan untuk suatu bumi yang tak bisa didiami (lih. Yes 45:18). Kedua kata ini menjelaskan, bukan permulaan dari materi, namun suatu status sistem aturan yang belum terbentuk dan belum berfungsi (John H. Walton, Dunia yang Hilang dari Kejadian Satu hal. 49). Bumi belum siap bagi manusia!
“kegelapan” Kata ini (BDB 365) tidak mewakili kejahatan, namun kekacauan mula-mula. Allah menamai kegelapan dalam ay 5 saat Ia menamai terang. Kedua istilah ini, walau sering digunakan dalam Alkitab untuk menyatakan realita-realita rohani, di sini mewakili kondisi-kondisi fisik mula-mula.
“samudera raya” Istilah Ibrani nya tehom (BDB 1062 #3, KB 1690-91). Suatu akar Semitik yang mirip namun berbeda dipersonifikasikan sebagai Tiamat dalam mitos-mitos penciptaan Babilonia dan Sumeria yaitu sebagai raksasa kekacauan dan ibu dari dewa-dewa, istri dari Apsu. Ia mencoba untuk membunuh semua dewa-dewa rendahan yang lahir darinya. Marduk membunuhnya. Dari tubuhnya Marduk membentuk langit dan bumi dalam Kejadian Babilonia yang disebut Enuma Elish. Orang Ibrani percaya bahwa air adalah elemen awal dari penciptaan (lih. Maz 24:1; 104:6; II Pet 3:5). Air tak pernah dikatakan telah diciptakan. Namun demikian, kata Ibraninya berbentuk jantan, bukan betina dan ini secara etimologis tak berhubungan dengan Tiamat. Ada perikop-perikop dalam PL yang menjelaskan YHWH yang bertentangan dengan kekacauan air yang dipersonifikasikan (lih. Maz 74:13-14; 89:9-10; 104:6-7; Yes 51:9-10). Namun demikian, hal-hal ini selalu ada dalam perikop-perikop puitis dan penggambaran. Air adalah suatu aspek krusial dalam penciptaan (lih. 1:2b,6-7).

Dari kajian ini nampaknya penulis akan mengkajikata-perkata tentang apa yang disampaikan dalam Alkitab Injilnya. Sungguh berani penulis bahwa kata “kegelapan” dan “terang” yang ada pada Kitab Kejadian bukan hanya mengandung realitas rohani, melainkan realitas fisik. Artinya kata-kata dalam Alkitab Injil dapat diterjemahkan dan ditafsirkan secara harafiah. Artinya pula ahwa kata “kegelapan” dan “terang” adalah suatu bentuk peristiwa fisik di alam semesta yang diakibatkan oleh suatu materi/benda penerang.
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka , dan penglihatan mereka ditutup . Dan bagi mereka siksa yang amat berat" (Al baqara 2;7)
Kemudian perhatikan pembahasan mengenai air. Penulis berusaha menjelaskan bahwa air adalah elemen awal dari penciptaan menurut kepercayaan bangsa Ibrani. Nah persoalannya adalah, keyakinan bangsa Ibrani ini dipengaruhi oleh siapa? Menurut apa yang saya dapatkan bahwa “Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya.”
Ingat! Thales sebagai pencetus bahwa elemen air adalah elemen terpenting dalam kehidupan disampaikannya pada abad ke-7 SM. Artinya masa sebelum lahirnya Septuaginta.
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar." (Al baqara 2;8-9)
Sekali lagi fakta membuktikan bahwa lahirnya Septuaginta sebagai cikal-bakal Alkitab Injil sekarang adalah bukan  murni “ Firman Tuhan” melainkan pemikiran manusia yang diyakini masyarakat pada waktu itu. Agar menjadi suatu kebenaran Kitab Suci, maka ilmu pengetahuan pada waktu itu seolah-olah mendukung keberadaan Tuhan. Hal inilah yang diingatkan dalam Al-quran berkali-kali mengenai kelakuan bangsa Israel yang selalu memutarbalikan fakta.
NASB, NKJV, TEV, NIV “Roh Allah”
NRSV, JPSOA “suatu angin dari Allah”
NJB “suatu angin Illahi”
REB “roh Allah”
SEPT “suatu nafas Allah”
Kata Ibrani ruach (BDB 924) dan kata Yunani pneuma (lih. Yoh 3:5,8) dapat berarti “roh,” “nafas” atau “angin” (lih. Yoh 3:5,8). Roh sering dihubungkan dengan penciptaan (lih. Kej 1:2; Ayb 26:13; Maz 104:29-30; 147:14-18). PL tidak secara jelas mendefinisikan hubungan antara Allah dengan Roh. Dalam Ayb 28:26-28; Maz 21 104:24 dan Ams 3:19; 8:22-23 Allah menggunakan hikmat (suatu kata benda betina) untuk menciptakan segala sesuatu. Dalam PB Yesus dikatakan sebagai pelaksana Allah dalam penciptaan (lih. Yoh 1:1-3; I Kor 8:6; Kol 1:15-17; Ibr 1:2-3). Sebagaimana dalam penebusan, demikian juga dalam penciptaan, semua tiga pribadi ke-Allahan terlibat. Kejadian 1 itu sendiri tidak menekankan suatu penyebab sekunder apapun.

Sekali lagi penulis mulai terjebak oleh pemikirannya dan mencoba menterjemahkan arti kata Roh Allah. Bagaimanapun Allah tidak dapat dipersamakan dengan ciptaan-Nya. Artinya Roh yang merupakan suatu materi yang ada dalam mahluk hidup akan dipersamakan dengan Ke-Mahaan Allah. Tidakkah disadari oleh Umat Kristen, bahwa mempersamakan Tuhan dengan wujud ciptaan-Nya ,merupakan keyakinan dari Antromorfisme kaum Pagan, serta mengecilkan Nilai/Sifat Kemaha-an Tuhan itu sendiri. Sampai pada keyakinan bangsa Ibrani/Israel sendiri tidak berani menyebutkan kata Allah (Yahweh) secara sembarangan.
Dari kaitan antara keyakinan umat Yahudi/Israel akan penyebutan kata Allah dan apa yang disampaikan pada kItab Kejadian ini, sangat mustahil ini dibuat oleh Musa yang yakin akan Ketauhidan dan ke Mahaan Allah SWT. Musa hanya menyampaikan risalah 10 perintah Tuhan yang tertulis pada Loh Batu (Tabut) saja. Kesalahan-kesalahan yang terjadi adalah bentuk pemikiran dan penulisan manusia biasa yang membuat Kitab Kejadian sekarang ini.
“Dalam hati mereka ada penyakit , lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Al baqara 2;10)
Paragraf terakhir ditulis dengan kata bahwa apa yang dimaksud dengan Roh Allah adalah sama dengan cerita penebusan. Hal ini terlihat bahwa penulis sangat dipengaruhi oleh Doktrin/dogma gereja sebagai landasan dasar kajiannya. Dengan mengkaji bahwa 3 pribadi keAllahan terlibat dalam penciptaan (padahal tidak tertulis pada Alkitab) sangat kuat keyakinanya akan dukungan dari Doktrin/dogma gereja.
NASB, TEV “bergerak”
NKJV, NIV “melayang-layang”
NRSV “menyapu”
NJB “sedang menyapu”
Istilah ini (BDB 934, KB 1219, Piel PARTICIPLE) mengembangkan konotasi “merenung” atau melayanglayang secara aktif” (lih. JB). Ini adalah sebuah kata induk burung (lih. Kel 19:4; Ul 32:11; Yes 31:5; 40:31; Hos 3; 11:4). Ini tidak berhubungan pada kosmologi Fenisia yang menyatakan bahwa bumi berasal dari sebuah telur, namun suatu penggambaran betina bagi pemeliharaan aktif Allah seperti seorang tua, dan juga pengembangan dari ciptaanNya pada tahap mula-mula!
1:3 “Berfirmanlah Allah” Inilah konsep teologis dari penciptaan melalui firman yang diucapkan, menggunakan kata Latin fiat (lih. 9,14,20,24,29; Maz 33:6; 148:5; II Kor 4:6; Ibr 11:3). Ini telah banyak dijelaskan sebagai “dari tidak ada menjadi ada menggunakan,” oleh perintah Allah, menggunakan frasa Latin ex nihilo (lih. II Mak 7:28).
Namun demikian, bisa jadi bahwa Kejadian 1 bukanlah tentang asal-usul penciptaan dari materi namun pengorganisasian materi yang telah ada. (lih. John H. Walton, Dunia yang Hilang dari Kejadian Satu, hal. 54 dst).
Kuasa dari firman yang diucapkan ini dapat juga dilihat dalam:
1. pemberkatan kebapaan
2. Firman penebusan Allah yang melaksanakan sendiri kehendakNya, Yes 55:6-13, khususnya ay 11
3. Yesus sebagai Firman dalam Yoh 1:1 dan
4. Yesus yang kembali dengan suatu pedang bermata dua dalam mulutNya (lih. II Tes 2:8; Ibr 4:12; Wah 1:6; 2:12,16; 19:15,21). Ini adalah suatu cara pengungkapan dari penciptaan oleh kehendak Allah melalui pemikiran dan firman. Apa yang diingini Allah, terjadi!
“Jadilah” Ini adalah JUSSIVES (lih. ay 3, 6[dua kali], 9[dua kali dalam arti, bukan bentuk], 11, 14, 20[dua kali dalam arti, bukan bentuk], 22, 24, 26[dalam arti, bukan bentuk]).
1:4 “Allah melihat bahwa terang itu baik” (ay 4,10,12,18,21,25,31) Semua ciptaan adalah baik (lih. 1:31). Kejahatan bukan merupakan bagian dari ciptaan asli Allah, namun suatu pemutar-balikandari yang baik tersebut. “Baik” di sini kemungkinan berarti “cocok dengan maksudnya” (lih. Yes 41:7) atau “secara intrinsik tanpa cacat” (BDB 373).
“Allah memisahkan” KATA KERJA ini (BDB 95, KB 110, Hiphil IMPERFECT) adalah ciri dari
bagaimana Allah membangun ciptaanNya. Ia memisahkan (KJV) dan memulai hal-hal yang baru (lih. Ay 4,6,7,14,18).
“terang” Ingat bahwa matahari belum ada. Berhati-hatilah untuk tidak bersifat dogmatis mengenai urutan waktunya (yaitu 24 jam bagi bumi untuk berputar yang belum menjadi konstan diseluruh sejarah bumi).
Terang (BDB 21) adalah suatu lambang alkitabiah bagi kehidupan, kemurnian, dan kebenaran (lih. Ayb 33:30; Maz 56:13; 112:4; Yes 58:8,10; 59:9; 60:1-3; Yoh 1:5-9; II Kor 4:6). Dalam Wah 22:5 ada terang tanpa matahari. Juga perhatikan bahwa kegelapan diciptakan (lih. Yes 45:7) dan dinamai oleh Allah (lih. ay 5) yang menunjukkan pengendalianNya (lih. Maz 74:16; 104:20-23; 139:12). John H. Walton, Dunia yang Hilang darii Kejadian Satu (hal. 55 dst), berdasarkan atas ayat 4 dan 5, menyatakan bahwa ini berarti “suatu kurun waktu terang,” bukannya asal-usul matahari.
1:5 “Allah menamai” (ay 8,10) Penamaan ini menunjukkan keemlikan dan pengendalian Allah. .
“Jadilah petang dan jadilah pagi” Urutan ini bisa mencerminkan keberadaan dari kegelapan sebelum penciptaan terang. Para rabi menafsirkannya sebagai hari sebagai suatu satuan waktu yang dimulai dari sore hari. Ada kegelapan dulu baru kemudian ada terang. Ini dicerminkan dalam jaman Yesus juga di mana hari yang baru dimulai pada senja, di sore hari.
“hari” Kata Ibrani yom (BDB 398) bisa menunjuk pada suatu kurun waktu (lih. 2:4; 5:2; Rut 1:1; Maz 50:15; 90:4; Pkh 7:14; Yes 4:2; 11:2; Zak 4:10) namun biasanya ini menunjuk pada satu hari 24 jam. (yaitu Kel 20:9-10).

Suatu upaya yang sia-sia oleh penulis, dimana dinyatakan bahwa kejadian penciptaan pada Kitab Kejadian adalah merupakan realitas fisik, bukan sekedar teologi. Pada saat menjelaskan kata “terang dan gelap” penulis berusaha menjelaskan berdasarkan kajian teologi. Kajiannya menjelaskan bahwa “terang dan gelap” adalah simbol dari “Kejahatan dan Kebaikan”, tetapi penulis juga berusaha untuk tidak terjebak tulisannya sendiri dimana penulis menjelaskan bahwa kegelapan/kejahatan yang dimaksud bukan merupakan bagian penciptaan Tuhan.
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al Baqara 2;11-12)
Kemudian pada waktu menjelaskan kata “Terang” penulis menyatakan bahwa ini berarti “suatu kurun waktu terang,” bukannya asal-usul matahari. Penulis lupa bahwa pada tulisan Kitab Kejadian berikutnya tertulis “Jadilah petang dan jadilah pagi”, apakah penulis lupa bahwa kata petang dan pagi adalah sebuah “Kurun Waktu”? Tetapi lihatlah penulis malah mengalihkan bahwa kata petang dan pagi adalah proses waktu pada masa Yesus. Apakah tidak dipikirkan oleh penulis bahwa kajian realitas teologis dan fisik saling berkontradiksi? Disatu sisi terang yang dimaksud penulis adalah Kebenaran Allah, tetapi Kitab Kejadian menjelaskan secara fisik bahwa terang itu adalah kejadian waktu tentang petang dan pagi. Tentu saja masalah itu berkaitan dengan penciptaan Matahari (ayat 14-19). Sungguh membingungkan bukan?
Kemudian konsep kata “Jadilah” dimana dalam Alquran dikenal dengan “Kun fayakun” tidak dijelaskan secara rinci oleh penulis. Padahal penulis pada awal kajiannya menyebutkan tentang sebuah proses evolusi. Jadi mana yang benar, penciptaan terjadi secara tiba-tiba (“jadilah”) atau secara bertahap (evolusi)?
Mari kita lihat penjelasannya mengenai konsep waktu:
TOPIK KHUSUS: YOM
Teori-teori mengenai arti dari yom (hari) diambil dan diadaptasikan dari karya Dr. John Harris (Dekan dari Sekolah Studi KeKristenan dan Guru Besar PL dari East Texas Baptist University) Survei PL yang saya catat:
1. Teori Hurufiah Periode Dua Puluh Empat Jam Ini adalah pendekatan yang bersifat terang-terangan (lih. Kel 20:9-11). Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pendekatan ini:
a. Bagaimana ada terang pada hari pertama sedangkan matahari belum diciptakan sampai hari keempat?
b. Bagaimana semua binatang (khususnya yang berasal-usul dari bagian-bagian lain di dunia) dinamai dalam waktu kurang dari sehari? (lih. Kej 2:19-20)?
2. Teori Hari-Jaman
Teori ini berupaya untuk menyelaraskan ilmu pengetahuan (khususnya geologi) dengan Kitab Suci. Teori ini menyatakan bahwa “hari” tersebut panjangnya adalah sepanjang “jaman/umur geologis”. Panjang ini tidak seragam, dan mendekati berbagai lapisan yang dijelaskan dalam geologi uniformitarian. Ilmuwan cenderung untuk menyetujui perkembangan umum dari Kej 1: uap dan suatu masa yang berair mendahului pemisahan tanah dan laut sebelum munculnya kehidupan. Kehidupan tanaman muncul sebelum binatang, dan manusia mewakili bentuk kehidupan yang terakhir dan paling kompleks.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pendekatan ini:
a. Bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa bertahan selama “jaman” ini tanpa matahari?
b. Bagaimana polinasi bisa terjadi dalam tanaman jika serangga dan burung-burung belum diciptakan sampai “bertahun-tahun” kemudian?
3. Teori Hari-Jaman Alternatif
Hari-hari pada kenyataannya adalah periode-periode dua puluh empat jam, namun tiap hari dipisahkan oleh suatu jaman yang di dalamnya apa yang diciptakan berkembang. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pendekatan ini:
a. Masalah yang sama yang timbul dalam Teori Hari-Jaman.
b. Apakah naskah ini menunjukkan “hari” yang digunakan baik sebagai dua puluh empat jam dan suatu jaman?
4. Teori Penciptaan-Malapetaka yang Bertumbuh
Teori ini berjalan sebagai berikut: di antara Kej 1:1 dan 1:2, ada suatu kurun wamtu yang tak terbatas yang di dalamnya jaman-jaman geologi terjadi; Selama periode ini, makhluk-makhluk pra-sejarah sesuai dengan urutan yang disarankan oleh fosil-fosilnya diciptakan; sekitar 200,000 tahun yang lalu, suatu bencana yang adi kodrati muncul dan merusakkan sebagian besar kehidupan di planet ini dan membuat banyak binatang punah; kemudian hari-hari dari Kejadian 1 muncul. Hari-hari ini lebih menunjuk pada suatu penciptaan kembali, daripada suatu penciptaan aslinya.
5. Teori Hanya-Eden
Catatan penciptaan ini hanya menunjuk pada penciptaan dan aspek jasmaniah dari Taman Eden.
6. Teori Celah
Berdasarkan Kej 1:1, Allah menciptakan suatu dunia yang sempurna. Berdasarkan Kej 1:2, Lusifer (Setan) ditempatkan untuk menguasai dunia dan memberontak. Allah kemudian menghakimi Lusifer dan dunia dengan kehancuran total. Selama jutaan tahun, dunia ditinggalkan demikian saja dan jaman-jaman geologis berlalu. Berdasarkan atas Kej 1:3-2:3, kira-kira dalam tahun 4004 SM, enam dari hurufiah dua puluh empat jam penciptaan kembali terjadi. Uskup Ussher (1654 M) menggunakan silsilah dari Kejadian 5 dan 11 untuk menghitung dan menanggali penciptaan manusia kira-kira 4004 SM. Namun demikian, silsilah tidak mewakili skema-skema kronologis yang lengkap.
7. Teori Minggu Sakral
Penulis kitab Kejadian menggunakan konsep hari dan satu minggu sebagai suatu perangkat sastra untuk menguraikan berita Illahi mengenai aktivitas Allah dalam penciptaan. Susunan yang sedemikian tersebut melukiskan keindahan dan simetri dari pekerjaan penciptaan Allah.
8. Peresmian Kuil Kosmik
Ini adalah pandangan akhir-akhir ini oleh John H. Walton, Dunia yang Hilang dari Kejadian Satu, IVP. 2009, yang melihat enam hari tersebut sebagai suatu “ontologi fungsional, bukan suatu ontologi material”. Hari-hari tersebut menjelaskan penataan dan penyusunan oleh Allah akan suatu semesta yang berfungsi bagi kebaikan umat manusia. Ini cocok dengan kosmologi-kosmologi kuno lainnya. Contohnya, tiga hari pertamanya mewakili Allah yang menyediakan “musim (yaitu waktu),” “iklim (yaitu, bagi tanam-tanaman)” dan makanan. Frasa yang berulang “adalah baik” menyatakan fungsionalitas. Hari ke tujuh menjelaskan Allah memasuki “kuil kosmik” Nya yang telah berfungsi penuh dan berpenghuni, sebagai pemegang hak milik, pengendali dan pengarahnya. Kejadian 1 tak ada hubungannya dengan penciptaan material dari materi namun penataan dari materi tersebut untuk mewujudkan suatu tempat yang berfungsi bagi Allah dan manusia untuk bersekutu.
“Hari-hari” menjadi suatu perangkat sastra untuk mengkomunikasikan konsensus umum Timur Dekat Kuno bahwa:
a. Tak ada perbedaan antara yang “alamiah” dan yang “adi-kodrati”
b. KeTuhanan terlibat dalam setiap aspek kehidupan. Keunikan Israel bukanlah pandangan dunia umum nya, namun yang berikut ini:
(1) monoteisme nya
(2) penciptaan adalah bagi umat manusia, bukan bagi para dewa
(3) tak ada konflik antar dewa-dewa maupun antara dewa-dewa dengan manusia dalam catatan
Israel. Israel tidak meminjam catatan penciptaannya dari bangsa lain namun hanya berbagi pandangan dunia umum mereka.

Terlihat bahwa pertanyan-pertanyaan mendasar dari Gilamologi dihadirkan pula oleh penulis. Artinya bahwa logika dari penulis sebenarnya mempertanyakan kebenaran dari Kitab Kejadiannya. Penjelasan penulis tentang konsep waktu secara panjang lebar dengan teori-teorinya ternyata tidak pula menjawab tentang logika pada Kitab Kejadian.
Tampaknya penulis tidak memiliki keyakinan tentang kajian Kitab Kejadian ini sehingga hanya dapat melahirkan kemungkinan-kemungkinan saja. Kemungkinan-kemungkinan ini bisa berdasarkan keraguan, atau ketahuannya akan kesalahan pada Kitab Kejadian atau juga karena usahanya untuk tidak membuat pembaca umat Kristen menjadi ragu akan Alkitabnya. Kita lanjutkan pada jilid berikutnya.
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu." (Al Baqara 2;13)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 59 Hal 340-345

Selasa, 24 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 12 (JILID 57 Hal 330-335)


Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (12)
Nah, setelah kita lihat latarbelakang penulisan dan tehnis-tehnis dalam membaca Alkitab Injilnya pada jilid sebelumnya, sekarang kita akan melihat kajiannya tentang Kitab Kejadian.
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. 25 : 6)
Gilamologi akan menanggapi ayat-perayat dan kaitannya dengan ayat lain sesuai dengan klaimnya bahwa yang dapat menunjukan kebenaran tafsir dari Alkitab Injil adalah Alkitab Injil itu sendiri.
KAJIAN KATA DAN FRASA
NASKAH NASB (UPDATED): 1:1-5
1Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3Berfirmanlah Allah:
2. Evolusi adalah nyata pada suatu tingkat tertentu (“evolusi horizontal,” “evolusi-mikro,” evolusi di dalam spesies) namun bukan satu-satunya faktor bagi kehidupan di planet ini ataupun pembangunan alam semesta. Ada misteri di sini! Saya secara pribadi merasa nyaman dengan Alkitab (yaitu, perwahyuan khusus) yang memberitahukan kepada saya tentang “Siapa” dan “mengapa” dan alam (yaiitu perwahyuan alamiah), yang adalah, penelitian ilmiah moderen, yang memberitahu saya tentang “bagaimana” dan “kapan” berdasarkan teori-teori dan model-model yang terus berkembang.
3. Bahkan kenyataan tertinggi dari “evolusi tentang kepercayaan pada Tuhan” tidak akan menyebabkan saya untuk menolak satupun dari asumsi-asumsi iman saya. Lihat Darrel R. Falk, Berdamai dengan Ilmu Pengetahuan: Menjembatani Dunia Antara Iman dan Biologi dan Francis S. Collins, Bahasa Allah. Saya benar-benar memiliki asumsi-asumsi iman (seperti anda juga)! Pandangan-dunia saya adalah KeKristenan alkitabiah.
Gambaran-dunia saya adalah suatu pemahaman yang terus bertumbuh dan berubah.

Kita perhatikan bagaimana polanya dalam mengkaji dan mentafsir ayat, seperti para penafsir Alkitab Injil pada umumnya. Jadi untuk apa penulis menampilkan latarbelakang penulisan dan tehnis membaca Alkitab Injil yang cukup panjang, jika hasilnya sama saja dengan penafsir lainnya.
Tidak ada pertanyaan dan kajian Kritis mengenai kata “ Langit dan Bumi”? Bumi belum berbentuk dan Kosong, Apa maksudnya? Gelap gulita? Samudra Raya? Roh Allah, bagaimana bentuknya dan siapa saksinya? Bagaimana Roh Allah dapat digambarkan “melayang-layang” diatas permukaan air?  Mana kajian dari ayat lain Alkitab yang dapat menjelaskan hal itu? Bagaimana samudera dan air ada padahal Bumi masih kosong dan belum berbentuk? Kapan Samudera dan air itu diciptakan, di ayat berapa dijelaskan? Kalau Bumi belum berbentuk, bagaimana bentuk samudera itu sendiri? Tidak ada kajian yang mendalam.
Penulis hanya bisa mengatakan “ Ada Misteri” dan jawaban teologis yaitu “Saya benar-benar memiliki asumsi-asumsi iman (seperti anda juga)! Pandangan-dunia saya adalah KeKristenan alkitabiah. Penulis tidak berusaha mencari jawabanya pada Alkitab Injilnya itu sendiri, sama saja bukan?
Apakah penulis sudah membaca kajian Anaximandros?
Mari kita lanjutkan :
B. Umur bumi yang “sebenarnya” bukanlah masalah dalam teologia saya kecuali:
1. Konsep semesta pengorganisasian materi “Big Bang” yang jelas kelihatan, yang menegaskan bahwa suatu permulaan alam semesta sepertinya membatasi kemungkinan dari satu waktu tak terbatas bagi perkembangan evolusi (yaitu naturalisme).
2. Mulainya dan berhentinya dalam catatan fosil bisa mengisyaratkan suatu “keseimbangan yang jelas” yang menyatakan bahwa kesempatan evolusi muncul dalam semburan (kemungkinan tindakan penciptaan Allah yang terus-menerus) dan tak selalu hanya merupakan perubahan bertahap dari waktu ke waktu.
3. Suatu bumi tua dan suatu penciptaan khusus manusia yang belum lama adalah suatu model yang bersifat prasuposisi.
4. Saya memilih untuk memeluk arkeologi dan ilmu pengetahuan moderen sampai saya memahami lebih dalam dari kajian saya akan Alkitab. Urutan ini menunjukkan kecondongan saya (namun kita semua memilikinya)!
5. Ilmu Pengetahuan bagi saya bukanlah musuh, dan bukan juga penyelamat! Sangatlah menggairahkan hidup di jaman peningkatan Ilmu Pengetahuan ini! Sangatlah menghibur untuk menjadi orang percaya yang berpengetahuan hermeneutika! Integrasi dari iman dan alasan, atau Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, dngan kredibilitas, adalah suatu kemungkinan yang sangat indah!
VI. Asumsi-asumsi masa kini mengenai umur bumi
B. Penanggalan radiometris dari batuan bulan dan meteor adalah konsisten pada 4.6 milyar tahun. Hal-hal ini mengandung elemen yang sama dengan planet dari sistem tata surya ini sehingga dugaanya adalah bahwa matahari kita dan planet-panet, komet-komet, dan asteroid-asteroid yang berkaitan dengannya dibentuk pada waktu yang sama tersebut. Batuan bumi tertua telah ditanggali secara radiometrik 3.8 milyar tahun.
C. Suatu tanggal bagi penciptaan adi kodrati akan pasangan manusia pertama (Homo sapiens) lebih merupakan hal yang sukar namun dalam jarak puluhan ribu derajad, kemungkinan 40.000. Lihat Fazale Rana dan Hugh Ross, Siapakah Adam itu?.
Waktu hanyalah merupakan masalah bagi mereka dari kita yang diciptakan dalam suatu kerangka waktu yang bersifat urutan dan kronologis. Allah tidak dipengaruhi oleh berlalunya waktu. Saya percaya bumi dan lingkungannya diciptakan dari waktu ke waktu untuk maksud tujuan tertentu yaitu menyediakan “tempat” bagi Allah untuk bersekutu dengan ciptaanNya yang tertinggi, yang diciptakanNya dalam gambarNya. Satu-satunya sumber akan kepercayaan ini adalah suatu Alkitab yang terilhami. Saya berpaut padanya dan mengijinkan ilmu pengetahuan moderen untuk menambah pemahaman saya akan aspek jasmani dari tindakan penciptaan Allah!

Pada kajian awalnya saja penulis sudah berusaha menekankan pada pembaca bahwa umur bumi bukan masalah teologi baginya. Jadi apa sebenarnya yang sedang dicari oleh penulis? Padahal dalam tulisan dibawahnya penulis menekankan bahwa “Integrasi dari iman dan alasan, atau Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, dengan kredibilitas, adalah suatu kemungkinan yang sangat indah! Mana integrasi Iman dan alasan, kemudian integrasi antara Alkitab dan Ilmiah akan ditampilkan pada kajiannya, jika jawabannya hanya masalah Teologi dan doktrin belaka?
"Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. 4Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
1:1 “Pada mulanya” Bereshith (BDB 912) adalah judul buku ini dalam bahasa Ibrani. Kita mendapatkan kata Kejadian dari terjemahan Septuaginta. Ini adalah permulaan dari sejarah namun tidak dari aktifitas Allah (lih. Mat 25:34; Yoh 17:5,25; Ef 1:4; Titus 1:2; II Tim 1:9; I Pet 1:19-20; Wah 13:8). R. K. Harrison mengatakan ini harusnya diterjemahkan “cara bermulanya” (Pengantar Perjanjian Lama, hal. 542 catatan kaki 3). John H. Walton, Duni yang Hilang dari Kejadian Satu mengatakan ini memperkenalkan suatu kurun waktu (hal. 45). “Allah” Elohim (BDB 43) adalah suatu bentuk JAMAK dari nama umum Allah di Timur Dekat kuno, El (BDB 42). Ketika merujuk pada Allah Israel kata kerjanya biasanya (6 perkecualian) TUNGGAL. Para rabi mengatakan bahwa nama ini berbicara tentang Allah sebagai pencipta, penyedia dan pemelihara dari segenapkehidupan di planet bumi ini (lih. Maz 19:1-6; 104). Perhatikan betapa seringnya dunia ini digunakan dalam pasal 1.
Saya percaya bahwa ayat ini adalah suatu anak kalimat yang berdiri sendiri: Ibn Ezra mengatakan bahwa ini adalah suatu anak kalimat independent dengan penekanan pada ay 2 sementara Rashi mengatakan bahwa ay 2 adalah sebuah kalimat dalam kurung dan penekanannya adalah pada ay 3. Para komentator dispensasional moderen mengatakan bahwa ay 1 adalah suatu anak kalimat independen supaya mendukung pandangan mereka akan adanya suatu kejatuhan sebelumnya (teori Celah). Perhatikan bahwa tak ada keterangan mengenai asal-usul Allah. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa Allah menciptakan materi dan tidak membentuk dari materi yang sudah ada (kosmologi Yunani). Dalam Enuma Elish, (catatan penciptaan Babilonia), seperti pemikiran Yunani, Roh (yang adalah baik) dan materi (yang adalah jahat) bersifat sama-sama kekal. Alkitab tidak mendiskusikan asal-usul Allah. Ia telah dan selalu ada (lih. Maz 90:2). Sungguh ada misteri di sini. Umat manusia secara sederhana tidak dapat memahami kepenuhan Allah!
Diskusi mengenai anak-anak kalimat ini seara teologis sangat berarti. Lembaga Penerbitan Yahudi Amerika telah menterjemahkan Kej 1:1 sebagai suatu anak kalimat sementara, “Ketika Allah mulai menciptakan langit dan bumi—bumi yang masih tidak berbentuk dan kosong…” Terjemahan ini bisa menyimpulkan bahwa Allah dan materi bersifat sama-sama kekal sebagaimana kosmologi Yunani (lih. “Penciptaan dan Kosmologi” dalam Ensiklopedia Yudaika, vol. 5, hal. 1059). Catatan orang Sumerian mengenai penciptaan, Enuma Elish, dimulai dengan “ketika pada mulanya. . .” Lihat Topik Khusus: Nama-nama bagi Ketuhanan pada 2:4.
“menciptakan” Bara (lih. 1:1,21,27; 2:3,4) adalah KATA KERJA Ibrani (BDB 135, KB 153, Qal PERFECT) yang secara eksklusif digunakan untuk aktivitas penciptaan Allah. Arti dasarnya ialah membentuk dengan memotong. Allah mengendaki segala sesuatu untuk terjadi kecuali DiriNya sendiri. Maz 33:6,9; Ibr 11:3 dan II Pet 3:5 menyajikan penciptaan (kosmologi) oleh firman yang diucapkan Allah (fiat) dari tidak ada (ex nihilo), walaupun air tidak pernah dikatakan diciptakan. (lih. Kej 1:2). Falsafah-falsafah Yunani (Gnostik) dan Mesopotamia menekankan suatu dualisme abadi antara “roh’ dan “materi.” Apapun yang diisyaratkan oleh bara ini menonjolkan aktivitas dan maksud Allah!
Alkitab menyatakan bahwa penciptaan meiliki suatu titik awal. Ilmu Pengetahuan abad dua puluh satu akan mengkarakterisasikan hal ini sebagai “big bang.” Naturalismesekarang dapat menyatakan suatu regresi tak terbatas kembali ke masa lalu. Namun demikian, mungkin saja Kejadian 1 menunjuk pada permulaan dari suatu bumi yang berfungsi, bukan permulaan jasmaniah dari materi (John H. Walton, Dunia yang Hilang dalam Kejadian Satu).
“langit” Kata “langit” (BDB 1029) bisa dipakai dalam beberapa pengertian: (1) menunjuk pada atmosfir dari bumi sebagaimana dalam ay 8 dan 20; (2) bisa menunjuk pada keseluruhan semesta (yaitu seluruh materi yang ada); atau (3) ini bisa menunjuk pada penciptaan dari segala hal yang nampak (materi) dan tidak nampak (malaikat, surga sebagai tahta Allah). Jika pilihan tiga benar, maka sebuah paralel adalah Kol 1:16. Jika tidak, maka Kejadian 1 hanya berfokus pada penciptaan planet ini. Alkitab menekankan suatu sudut pandang geosentris (yaitu penciptaan dilihat sebagai apa yang diamati seorang penonton di planet ini). Beberapa akan menyatakan bahwa Kej 1 mengurusi penciptaan alam semesta (yaitu matahari, bulan, bintang, dan galaksi-galaksi, sementara Kej 2-3 berfokus pada planet ini dan penciptaan manusia. Ini tentu bisa saja karena pasal 2-4 membentuk suatu unit sastra. Dalam keduanya (yaitu Kej 1 dan 2-4) penciptaan bersifat geosentristik. (berfokus pada bumi).
“bumi” Kata ini (BDB 75) dapat menunjuk pada suatu tanah tertentu, negara, atau keseluruhan planet. Kejadian 1 diakui sebagai geosentris (lih. ay 15). Ini cocok dengan maksud teologis dari pasal ini, bukan ilmu pengetahuan. Ingat bahwa Alkitab ditulis dalam bahasa penjelasan bagi maksud-maksud teologis. Ini bukan antiilmiah, namun pra-ilmiah.
1:2 “Bumi (adalah)” KATA KERJA ini (BDB 224, KB 243, Qal PERFECT) hanya secara sangat jarang dapat diterjemahkan sebagai “menjadi”. Secara ketatabahasaan dan kontekstual “adalah” lebih disukai. Jangan biarkan (yaitu pramilenial dispensasional) teologi prasuposisi anda yaitu dua kejatuhan (teori Celah) mempengaruhi eksegesis dari naskah ini.

Sungguh lucu penulis ini menghairkan sebuah kajian yang didalamnya saling berkontradiksi sendiri tulisannya. Ingin menghadirkan kajian ilmiah, tetapi tetapi tidak berani menyatakan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Perhatikan kalimat yang menjelaskan bahwa Kitab Kejadian 1 diakuinya sebagai Geosentris.
Perhatikan pula bagaimana penulis mengkaji “Jadilah Terang”, jika penulis jujur dengan apa yang ditulisnya diawal tulisannya yang menyatakan bahwa Alktab itu sendiri yang merupakan kebenaran dari tafsirnya, maka pada ayat itu seharusnya penulis mencoba mengkaitkan dengan Kitab Kejadian 1 ayat 14-19. Bagaimana Terang akan jadi kalau Matahari baru diciptakan pada hari keempat? Tuhan bisa dan boleh lupa akan logika ini?
Kajian diawal terlihat seperti lengkap, tetapi jika kita perhatikan tidak ada benang merah antara apa yang dikatakan diawal dengan kajiannya. Nanti kita lanjutkan pada jilid berikutnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. 49 : 15)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 58 Hal 335-340