ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Jumat, 04 Maret 2011

Kajian Landasan Berpikir 3 (JILID 11 Hal: 70-78)


Kajian Landasan Berpikir (3)
  
 
Dari penjelasan diatas dapatlah saya mendistingsi kembali tentang konsep “Hukum”. Dimana Hukum yang ditemukan, dilahirkan atau direkayasa manusia memiliki variabel keterbatasan dan terkungkung oleh Ruang dan Waktu. Oleh sebab itu Distingsi hukum yang saya temukan adalah: 

 1.      Hukum Manusia.
Hukum yang ditemukan, dilahirkan atau direkayasa manusia dari sebuah uji metodologi ilmiah manusia untuk menjadi sebuah fakta dan landasan berpikir bagi ilmu pengetahuan lainnya atau selanjutnya. Karena Hukum manusia masih memiliki variabel KETERBATASAN dan Terkungkung oleh RUANG dan WAKTU maka K.R Popper berani mengeluarkan prinsip Falsifabilitas. Hukum manusia akan gugur pula seiring ditemukannya hukum baru yang dapat menggugurkan hukum yang ditemukannya tersebut. Artinya pula hukum manusia adalah hukum yang masih memiliki sifat relatifitas (belum Mutlak). Walaupun tidak/belum mengandung Kebenaran Mutlak, Hukum manusia sudah cukup untuk membuktikan sebagai sebuah kebenaran yang mendekati kebenaran mutlak.
2.      Hukum Tuhan
Sedangkan Hukum Tuhan adalah hukum yang mengandung Kebenaran Mutlak yang diturunkan, difirmankan atau diwahyukan oleh Tuhan (Allah SWT) kepada umat manusia sebagai landasan berpikir manusia bagi kehidupannya. Karena Hukum Tuhan diturunkan oleh Zat yang memiliki sifat Ke”Maha”an, tidak memiliki variabel Keterbatasan dan tidak terkungkung oleh Ruang dan Waktu, maka Hukum Tuhan adalah Kebenaran Mutlak. Contoh Hukum Tuhan yang Mutlak :
 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” [Al Anbiyaa’:35]
Ilmu pengetahuan manapun akan menyatakan bahwa “SEMUA” mahluk yang hidup PASTI akan mati. Sesuatu yang pasti adalah kebenaran Mutlak (Hukum Tuhan). Sampai kapanpun, waktu akan membuktikan bahwa hukum tersebut mutlak adanya.
Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman (Al Maidah 5;43)
Karena Kebenaran Mutlak inilah pula yang dapat dibuktikan oleh manusia sebagai alat bukti keberadaan-Nya dan sebagai inspirator bagi penemuan dan pelahiran ilmu pengetahuan yang sudah dan mungkin belum diketahui oleh manusia. Oleh sebab ini pula Hukum Tuhan tidak boleh gugur oleh Hukum Manusia. Hukum Tuhan tidak boleh runtuh oleh prinsip Falsifabiltas. Hukum Tuhan yang berada pada sebuah Kitab Suci.
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.” (At Tauba 9;112)
Mengapa selama ini Kitab Suci tidak digunakan sebagai landasan berpikir pada dunia pendidikan atau ilmiah? Pertama, hal ini disebabkan para filsafat barat sebagai acuan para ilmuwan sekarang menyatakan bahwa penelitian ilmiah haruslah mengesampingkan dahulu masalah Tuhan, dengan alasan agar lebih objektif dan lebih kritis. Kedua, Pola pemikiran filsafat barat ini didukung oleh kaum materialistis dan evolusionis yang notabene menguasai media dan bidang ilmu pengetahuan itu sendiri, serta mereka anti Tuhan. Ketiga, Kaum Filsafat Barat meragukan Kitab Suci sebagai landasan berpikir karena yang mereka kenal selama ini di Barat adalah Alkitab Injil saja. Kitab Suci yang mereka duga memiliki kerusakan yang rasional dan logis menurut ilmu pengetahuan.
Atas dasar diataslah, maka Gilamologi sekarang mengajukan sebuah referensi dan kajian baru untuk dilihat bahwa Alquran bukanlah sebuah Kitab Suci biasa yang mengandung kesalahan akibat campur tangan manusia. Alquran adalah Kitab Suci yang mengandung Kebenaran Mutlak yang diturunkan oleh Sang Maha Mengetahui seluruh Jagat Raya ini, serta dapat dan harus dipergunakan sebagai landasan berpikir ilmiah.
Alquran berani mengajukan diri sebagai sebuah bukti Empiris keberadaan dan Kebesaran Tuhan, serta menegaskan bentuk Kebenaran Mutlak (Tidak pernah salah dan lupa) ditegaskan dalam ayat :
“Berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?". Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.” (Taha 20;49-54)
Dari penjelasan dan ayat diatas dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan adalah memecahkan “Rahasia Hukum Alam” untuk dapat dimanfaatkan manusia demi pedoman hidup, serta kemakmuran dan kesejahteraannya.
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu". (Taha 20;98)
Tidaklah mungkin ilmu pengetahuan manusia sekarang bertentangan dengan Hukum Alam. Semua ilmu terapan manusia jika kita urut asal-usulnya dan metode penemuannya, maka akan berkesesuaian dengan hukum alam. Artinya semua ilmu manusia sekarang pasti akan bermuara pada hukum alam. Hukum alam yang memiliki kebenaran Mutlak. Kebenaran Mutlak yang diyakini umat beragama ada dalam Kitab Sucinya, khususnya Alquran.
Contohnya ilmu komputer dan mesin Komputer itu sendiri. Bagaimanapun Komputer dapat dilahirkan karena adanya bilangan binary yang mampu menerjemahkan bahasa Mesin menjadi bahasa manusia. Bahasa Binary sendiri ditemukan manusia karena hasil dari menyelidiki alam tentang “Ada” dan “Tiada”, maka lahirlah konsep bilangan “1” (Satu) dan 0 (Nol). Bayangkan jika Al Khawarizmi tidak menemukan angka Nol, Komputer tidak akan pernah lahir.
Nubuatan tentang suatu fenomena atau peristiwa sejarah memang tidak selalu berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi suatu peristiwa yang digambarkan pada satu Kitab Suci dan terbuktti kebenarannya dimasa berikutnya, haruslah berdasarkan hukum Historis. Yaitu suatu kejadian itu harus terjadi setelah tahun diturunkannya Kitab Suci tersebut.
Contohnya adalah Nubuatan Kemenangan Bizantium (Romawi) atas Persia.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Artinya bahwa apa yang ada di dalam Alquran terbukti sebagai Kebenaran Mutlak. Jelasnya nanti ada dalam Jilid Alquran dan Ilmu pengetahuan.
Sedangkan pencatatan sejarah yang terjadi sebelum Kitab Suci hadir dan tertulis pada Kitab Suci haruslah dibuktikan dengan penemuan bukti-bukti historis yang bukti-bukti tersebut sudah mengalami proses uji ilmiah.
Contoh dalam Ayat Alquran tertulis tentang penemuan mayat Ramses II yaitu Firaun yang mengejar Musa sampai ke Laut Merah.
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir'aun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. 10:92)
Pada waktu Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi Muhammad, semua jenazah Fir'aun-Fir' aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern terdapat di kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang Nil di kota Luxor. Pada waktu itu manusia tak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan tersebut. Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti yang dikatakan oleh Qur-an jenazah Fir'aunnya Exodus selamat. Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus disimpan di Museum Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh penziarah. Jadi hakekatnya sangat berbeda dengan legenda yang menertawakan yang dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli tafsir Alkitab Injil, R.P. Couroyer. Artinya bahwa apa yang ada di dalam Alquran terbukti sebagai Kebenaran Mutlak.
Dari sinilah asal muasal pencarian manusia terhadap Tuhan yang dianggap sebagai pencipta dari Rahasia Hukum Alam Semesta tersebut. Jika Tuhan adalah pencipta alam semesta, maka semestinyalah Tuhan juga memberikan informasi kepada manusia tentang pengetahuan alam semesta itu sendiri pada Firman-Nya (Kitab Suci). Sekarang tinggal manusia melihat, mengamati, membaca, menguji, mengaplikasikan dan meyakini Kitab Suci mana yang membuktikan bahwa Kitab Suci itu adalah Firman Tuhan yang mengandung Kebenaran Mutlak. Atau bagaimana sebuah Kitab Suci akan mempertahankan klaimnya sebagai Kebenaran Mutlak (Firman Tuhan) dari uji prinsip Falsifabilitas? Sebuah uji prinsip yang sederhana sehingga dapat menghadirkan keberadaan Tuhan melalui Kitab Suci-Nya sebagai Bukti Empiris.
“Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (An Najm 53;18)
Permintaan bukti yang nyata (bukti empiris) oleh manusia ini juga sudah diketahui oleh Allah SWT melalui Alquran :
“Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur'an), di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus. “(Al Baiyina 98;1-3)
Bukti-bukti yang menunjukan ilmu pengetahuan atau hukum-hukum alam yang berada pada Kitab Suci Alquran mempengaruhi dan menginspirasi para pemikir Islam pada masa awal Islam.
“Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam.
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa.
Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa terjadi. Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra). Beliau juga dikenal sebagai penemu angka Nol (0).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Ilmuwan Islam juga mengutamakan percobaan/eksperimen ketimbang Filsuf Yunani yang mengandalkan rasio. Ilmuwan Islam menemukan metode Ilmiah (Scientific Method) dengan pengamatan yang teliti, percobaan yang terkontrol, dan pencatatan-pencatatan yang hati-hati. Sebagai contoh Ibnu Al Haytham (Alhacen) dalam ”Book of Optics” (1021) dengan berbagai observasi empiris dan percobaan telah memperkenalkan Metode Ilmiah Modern. Rosanna Gorini menulis: ”Menurut mayoritas sejarawan, Alhaytham adalah pionir Metode Ilmiah Modern. Dengan bukunya dia merubah arti istilah Optik dan membuat berbagai percobaan sebagai bukti standar di bidangnya. Penyelidikannya bukan hanya berdasarkan teori, tapi bukti percobaan. Dan percobaannya sangat sistematis dan dapat diulang.” (Belajar Iman, Islam, dan Ihsan; Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Wikipedia)
                             
Dari data diatas jelaslah sudah bagaimana Islam mengalami masa kejayaan dari sisi ilmu pengetahuan. Metode ilmiah yang sekarang diagung-agungkan oleh bangsa barat dan kaum atheis, justru umat Islam yang pertama menemukannya. Kaum barat yang meniru apa yang sudah dilakukan oleh Umat Islam pada awalnya sehingga ilmu pengetahuan sekarang memiliki kaidah-kaidah ilmiah. Lompatan besar ilmu pengetahuan terjadi setelah hadirnya Islam dengan Alquran-nya. Hal ini jelas akan terjadi karena Alquran membawa hukum-hukum ilmu pengetahuan didalamnya.
Masa perang saliblah yang menyebabkan banyaknya literatur-literatur ilmu pengetahuan Islam yang dicuri dan disembunyikan oleh bangsa Barat, malah diklaim mereka sekarang ini sebagai hasil kebudayaan barat.
Alquran yang memberikan banyak inspirasi kepada para pemikir Islam dengan memberikan petunjuk yang jelas dan beberapa dalam bentuk kiasan.
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Az Zariyat 51;20-21)
Allah SWT menegaskan bahwa Alquran adalah sumber ilmu pengetahuan yang membedakan yang nyata dan yang gaib secara jelas digambarkan:
“Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).” [An Naml:75]
Bahwa AlQuran akan menjelaskan juga masalah yang besar (Penciptaan Alam) dan hal-hal yang kecil (hukum-hukum manusia) disebutkan juga :
“Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” [Al Qamar:53]
Allah SWT memberikan gambaran bahwa ada manusia yang akan membantah AlQuran tanpa ilmu pengetahuan. Dan AlQuran kembali menegaskan tentang pentingnya menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah SWT, seperti dalam ayat:
“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.” (Al Hajj 22;3)
Artinya bahwa istilah yang sering dipakai untuk pembuktian sebuah Kitab Suci biasanya oleh para ahli kitab adalah tentang NUBUAT. Dikatakan bahwa sebuah alkitab menubuatkan sesuatu atau sebuah fenomena yang akan terjadi kemudian. Jadi sekarang Gilamologi hadir ingin memberikan gambaran kepada khalayak ramai tentang nubuatan apa yang ada di dalam Alquran.
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (An Nisaa 4;162)
Gilamologi hadir dengan memberikan Nubuatan tentang ilmu pengetahuan yang ada di dalam Alquran. Apakah Nubuatan ilmu pengetahuan itu terbukti sekarang ini, ataukah hanya sebuah dongeng, khayalan atau ramalan semata? Ataukah Nubuat ilmu pengetahuan yang dikarang-karang?
“dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.” (Ad Dukhan 44;19)
Dengan Nubuat Ilmu pengetahuan manusia di dalam Alquran,  Allah SWT berjanji :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nur 24;55)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke-...JILID 11 Hal: 78-86 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar