ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Senin, 07 Maret 2011

Pendekatan Analisis Informasi, Analisis Kesesatan Berpikir dan Teori-teori Gilamologi. (JILID 13 Hal 86-96)


Pendekatan Analisis Informasi, Analisis Kesesatan Berpikir dan Teori-teori Gilamologi.
 
Pada saat saya sampaikan tulisan ini, sesuai dengan apa yang sudah saya ceritakan dari awal, bahwa sumber informasi berasal dari email, artikel dan sebagainya, perlulah dikaji dan dianalisis terlebih dahulu informasi tersebut. Analisis yang akan dipakai dalam Analisis Informasi adalah analisis komparasi pustaka, baik secara manusal maupun tehnologi (internet). Gilamologi juga adalah alat cermin bagi mreka yang berpikir dan terlibat diskusi dalam Milist. Beberapa analisis yang dilakukan terhadap metode berpikir dan pola tingkah laku para peserta Milist. Kemudian hasil analisis itu juga akan dianalisis metode berpikir dengan analisis dan pendekatan teori Kesesatan Berpikir. Teori Kesesatan berpikir itu antara lain (wikipedia):
KESESATAN BERPIKIR/LOGIKA
Kesesatan adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir karena penyalahgunaan bahasa (verbal) dan/atau relevansi (materi). Kesesatan (fallacia, fallacy) merupakan bagian dari logika yang mempelajari beberapa jenis kesesatan penalaran sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan karena ketidaktepatan bahasa antara lain disebabkan oleh pemilihan terminologi yang salah sedangkan ketidaktepatan relevansi bisa disebabkan oleh:
(1) pemilihan premis yang tidak tepat (membuat premis dari proposisi yang salah), atau
(2)  proses penyimpulan premis yang tidak tepat (premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari).
Klasifikasi Kesesatan
Dalam sejarah perkembangan logika terdapat berbagai macam tipe kesesatan yang dalam penalaran. Walaupun model klasifikasi kesesatan yang dianggap baku hingga saat ini belum disepakati para ahli, mengingat cara bagaimana penalaran manusia mengalami kesesatan, sangat bervariasi, namun secara sederhana kesesatan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu kesesatan formal dan kesesatan material.
Kesesatan Formal
Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk (formal) penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen (lihat hukum-hukum silogisme).
Kesesatan Material
Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi (materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa (kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan, dan juga dapat teriadi karena memang tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan relevansi). Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat yang bersangkutan. Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya. Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan kesesatan penalaran.

Kesesatan Bahasa

Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan keseluruhan arti kalimatnya.
Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervanasi artinya. Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan kesesatan penalaran. Berikut ini adalah beberapa bentuk kesesatan karena penggunaan bahasa

Kesesatan Aksentuasi

Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan arti. Karena itu kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
Kesesatan aksentuasi verbal
Contoh:
* Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
§         Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera)
§         Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting)
§         Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu)
Kesesatan aksentuasi non-verbal
Contoh sebuah iklan:
"Dengan 2,5 juta bisa membawa motor"
Mengapa bahasa dalam iklan ini termasuk kesesatan aksentuasi non-verbal (contoh kasus):
Karena motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta tetapi juga dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir dan keterangan surat kepemilikan rumah.
Contoh ungkapan:
Apa dan Ha
memiliki arti yang berbeda-beda bila:
* diucapkan dalam keadaan marah
§         diucapkan dalam keadaan bertanya
§         diucapkan untuk menjawab panggilan.

Kesesatan Ekuivokasi

Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
Kesesatan Ekuivokasi verbal
Adalah kesesatan ekuivokasi yang terjadi pada pembicaraan dimana bunyi yang sama disalah artikan menjadi dua maksud yang berbeda.
Contoh:
* bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
Seorang pasien berkebangsaan Malaysia berjumpa dengan seorang dokter Indonesia. Setelah diperiksa, doktor memberi nasihat, "Ibu perlu menjaga makannya."
Sang pasien bertanya, "Boleh saya makan ayam?". Sang dokter menjawab "Bisa."
Sang pasien bertanya, "Boleh saya makan ikan?". Sang dokter menjawab "Bisa."
Sang pasien bertanya, "Boleh saya makan sayur?". Sang dokter menjawab "Bisa."
Sang pasien merasa marah lalu membentak "Kalau semua bisa (beracun), apa yang saya hendak makan...?”
Kesesatan Ekuivokasi non-verbal
Contoh:
* Menggunakan kain/ pakaian putih-putih berarti orang suci. Di India wanita yang menggunakan kain sari putih-putih umumnya adalah janda
§         Bergandengan sesama jenis pasti homo
§         Menggelengkan kepala (berarti tidak setuju), namun di India menggelengkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain menunjukkan kejujuran

Kesesatan Amfiboli

Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau term tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja makna yang benar sementara makna yang lain pasti salah.
Contoh:
Dijual kursi bayi tanpa lengan.
§         Arti 1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.
§         Arti 2: Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.
Penulisan yang benar adalah: Dijual kursi bayi, tanpa lengan kursi.
Contoh lain:
Kucing makan tikus mati.
§         Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
§         Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
§         Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati.

Kesesatan Metaforis

Disebut juga (fallacy of metaphorization) adalah kesesatan yang terjadi karena pencampur-adukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Artinya terdapat unsur persamaan dan sekaligus perbedaan antara kedua arti tersebut. Tetapi bila dalam suatu penalaran arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya maka terjadilah kesesatan metaforis, yang dikenal juga kesesatan karena analogi palsu.
Contoh:
Pemuda adalah tulang punggung negara.
Penjelasan kesesatan: Pemuda disini adalah arti sebenarnya dari orang-orang yang berusia muda, sedangkan tulang punggung adalah arti kiasan karena negara tidak memiliki tubuh biologis dan tidak memiliki tulang punggung layaknya mahluk vertebrata.
Pencampur adukan anti sebenarnya dan anti kiasan dari suatu kata atau ungkapan ini sering kali disengaja seperti yang terjadi dalam dunia lawak Kesesatan metaforis ini dikenal pula dengan nama kesesatan karena analogi palsu
Lelucon dibawah ini adalah contoh dari kesesatan metaforis:
Pembicara 1: Binatang apa yang haram?
Pembicara 2: Babi
P 1:   Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
P 2:   ?
P 1:   Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang paling haram? Lebih haram daripada babi hamil?
P 2:   ?
P 1:   Babi hamil di luar nikah! Karena anak babinya anak haram..

Kesesatan Relevansi

Kesesatan Relevansi adalah sesat pikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang (lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya.
Kesesatan ini timbul apabila orang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premis nya. Artinya secara logis kesimpulan tersebut tidak terkandung dalam/ atau tidak merupakan implikasi dari premisnya.
Jadi penalaran yang mengandung kesesatan relevansi tidak menampakkan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan, walaupun secara psikologis menampakkan adanya hubungan - namun kesan akan adannya hubungan secara psikologis ini sering kali membuat orang terkecoh.

Argumentum ad Hominem 1

Argumentum ad hominem adalah argumen diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen.
Hal ini keliru karena ukuran logika dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya.
Argumen ini juga dapat menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang. Hal ini dapat terjadi karena perkbedaan pandangan.
Ukuran logika (pembenaran) pada sesat pikir argumentum ad hominem 1 adalah kondisi pribadi dan karakteristik personal yang melibatkan: gender, fisik, sifat, dan psikologi.
Contoh 1:
Tidak diminta mengganti bohlam (bola lampu) karena seseorang itu pendek.
Kesesatan: tingkat keberhasilan pergantian sebuah bola lampu dengan menggunakan alat bantu tangga tidak tergantung dari tinggi/ pendeknya seseorang.
Contoh 2:
Seorang juri lomba menyanyi memilih kandidat yang cantik sebagai pemenang, bukan karena suaranya yang bagus tapi karena parasnya yang lebih cantik dibandingkan dengan kandidat lainnya, walaupun suara kandidat lain ada yang lebih bagus.

Argumentum ad Hominem 2

Berbeda dari argumentum ad hominem 1, argumentum ad hominem 2 menitikberatkan pada hubungan yang ada diantara keyakinan seseorang dan lingkungan hidupnya. Pada umumnya argumentum ad hominem 2 ini menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada pengutamaan kepentingan pribadi; yaitu: suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Contoh 3:
Pembicara G: Saya tidak setuju dengan apa yang Pembicara S katakan karena ia bukan orang Islam .
Kesesatan: ketidak setujuan bukan karena hasil penalaran dari argumentasi, tetapi karena lawan bicara berbeda agama.
Bila ada dua orang yang telibat dalam sebuah konflik atau perdebatan, ada kemungkinan masing-masing pihak tidak dapat menemukan titik temu dikarenakan mereka tidak mengetahui apakah argumen masing-masing itu benar atau keliru. Hal ini terjadi ketika masing-masing pihak beragumen atas dasar titik tolak dari ruang lingkup yang berbeda satu sama lain.
Contoh 4:
Argumentasi apakah Isa adalah Tuhan Yesus (Kristen) ataukah seorang nabi (Islam).
Ini adalah sebuah contoh argumentasi yang tidak akan menemukan titik temu karena berangkat dari keyakinan dan ilmu agama yang berbeda
Contoh 5:
Dosen yang tidak meluluskan mahasiswanya karena mahasiswanya berasal dari suku yang ia tidak suka dan sering protes di kelas, bukan karena prestasi akademiknya yang buruk.
Argumentum ad hominem 1 dan argumentum ad hominem 2 adalah argumentasi-argumentasi yang mengarah kepada hal-hal negatif dan biasanya melibatkan emosi.

Argumentum ad baculum

Argumentum ad baculum (latin: baculus berarti tongkat atau pentungan) adalah argumen ancaman mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bahwa jika ia menolak akan membawa akibat yang tidak diinginkan.
Argumentum ad baculum banyak digunakan oleh orang tua agar anaknya menurut pada apa yang diperintahkan, contoh menakut-nakuti anak kecil:
Bila tidak mau mandi nanti didatangi oleh wewe gombel (sejenis hantu yang mengerikan).
Argumen ini dikenal juga dengan argumen ancaman yang merupakan pernyataan atau keadaan yang mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan jika menolak akan membawa akibat yang tidak diinginkan.
Contoh argumentum ad baculum:
1.       Seorang anak yang belajar bukan karena ia ingin lebih pintar tapi karena kalau ia tidak terlihat sedang belajar, ibunya akan datang dan mencubitnya.
2.       Pengendara motor yang berhenti pada lampu merah bukan karena ia menaati peraturan tetapi karena ada polisi yang mengawasi dan ia takut ditilang.
3.       Pegawai bagian penawaran yang berbohong kepada pembeli agar produk yang ia jual laku, karena ia takut dipecat bila ia tidak melakukan penjualan.
Jenis argumentum ad baculum yang juga dapat terjadi adalah mengajukan gagasan (yang seringkali bersifat tuntutan) agar didengar dan dipenuhi oleh pihak penguasa, namun gagasan itu didasari oleh penalaran yang samasekali irasional dan argumen yag dikemukakan tidak memperlihatkan hubungan logis antara premis dan kesimpulannya.
Penolakan mahasiswa akan skripsi sebagai syarat kelulusan dengan alasan skripsi mahal dan menjadi "akal-akalan" dosen.

Argumentum ad Misericordiam

(Latin: misericordia artinya belas kasihan) adalah sesat pikir yang sengaja diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan/ keinginan.
Contoh:
1.       Pengemis yang membawa anak bayi tanpa celana dan digeletakkan tidur di trotoar.
2.       Pencuri motor yang beralasan bahwa ia miskin dan tidak bisa membeli sandang dan pangan.

Argumentum ad populum

(Latin: populus berarti rakyat atau massa) Argumentum ad populum adalah argumen yang dibuat untuk menghasut massa, rakyat, kelompok untuk membakar emosi mereka dengan alasan bahwa pemikiran yang melatarbelakangi suatu usul atau program adalah demi kepentingan rakyat atau kelompok itu sendiri. Argumen ini bertujuan untuk memperoleh dukungan atau membenarkan tindakan si pembicara.
Di sini pembuktian logis tidak diperlukan/ tidak digunakan. Yang dipentingkan ialah menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan semangat dan membakar emosi orang banyak agar menerima suatu pernyataan tertentu.

Argumentum auctoritatis

(Latin: auctoritas berarti kewibawaan) adalah sesat pikir dimana nilai penalaran ditentukan oleh keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakannya. Jadi suatu gagasan diterima sebagai gagasan yang benar hanya karena gagasan tersebut dikemukakan oleh seorang yang sudah terkenal karena keahliannya 
Sikap semacam ini mengandaikan bahwa kebenaran bukan sesuatu yang berdiri sendiri (otonom), dan bukan berdasarkan penalaran sebagaimana mestinya, melainkan tergantung dari siapa yang mengatakannya (kewibawaan seseorang).
argumentasi ini sangat mirip dengan argumentum ad hominem, bedanya dalam argumentum ad hominem yang menjadi acuan adalah pribadi orang yang menyampaikan gagasan (dilihat dari disenangi/ tidak disenangi), maka dalam argumentum auctoritatis ini dilihat dari siapa (posisinya dalam masyarakat/ keahliannya/ kewibawaannya) yang mengemukakan.
Contoh:
§         Apa yang dikatakan ulama A pada kampanye itu pasti benar.
§         Apa yang dikatakan pastor B dalam iklan itu pasti benar.
§         Apa yang dikatakan Rhoma Irama pasti benar.
§         Apa yang dikatakan pak dokter pasti benar.
§         "Saya yakin apa yang dikatakan beliau adalah baik dan benar karena beliau adalah seorang pemimpin yang brilian, seorang tokoh yang sangat dihormati, dan seorang dokter yang jenius"

Argumentum ad verecundiam

Argumentum ad verecundiam adalah argumentasi yang diberikan dengan sengaja tidak terarah kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi dibuat sedemikian rupa untuk membangkitkan perasaan malu si lawan bicara.
Contoh 1:
Pembicara G: Saya merasa aneh mengapa Pembicara S tidak setuju dengan pernyataan saya
Pembicara S: Memang kamu orang aneh..
Argumentum ad verecundiam juga digunakan sebagai pembenaran, dan sering dipakai dalam iklan :
Contoh 2:
"Orang pintar pasti minum jamu tolak angin!"
Contoh 3:
"Bila anda benar-benar seorang pembela kebenaran maka anda pasti akan membenarkan apa yang saya katakan karena yang saya katakan ini adalah benar"

lgnoratio elenchi

Ignoratio elenchi adalah kesesatan yang terjadi saat seseorang menarik kesimpulan yang sebenarnya tidak memiliki relevansi dengan premisnya. Loncatan sembarangan dari premis ke kesimpulan yang memiliki hubungan semu (tidak benar-benar berhubungan) biasanya dilatar belakangi oleh prasangka, emosi, dan perasaan subyektif. Ignoration elenchi juga dikenal sebagai kesesatan penggambaran seseorang (Image), " Halo Impact" , atau stereotyping.
Contoh:
1.       Orang yang baru keluar dari penjara pasti jahat.
2.       Orang Madiun pasti komunis.
3.       Si Ucup kalau datang pasti hendak berhutang.
4.       Orang Sagitarius pasti playboy.
5.       Anak bungsu pasti manja.
6.       Seorang wanita terlihat di lokalisasi pasti pelacur (padahal ia pedagang nasi bungkus).
Ignoratio elenchi mirip dengan generalisasi namun pernyataan yang dapat digolongkan ke dalam kesesatan ini lompatan kesimpulannya harus jauh.

Argumentum ad ignoratiam

Adalah kesesatan yang terjadi dalam suatu pernyataan yang dinyatakan benar karena kesalahannya tidak terbukti salah, atau mengatakan sesuatu itu salah karena kebenarannya tidak terbukti ada.
Contoh 1:
Tuhan, setan, dan hantu itu tidak ada karena...belum pernah lihat.
Contoh 2:
Seorang tersangka pencuri didakwa bersalah karena pada saat kejadian ia sedang tidur sendirian di rumahnya dan tidak memiliki alibi/orang yang bersaksi yang melihat bahwa ia benar sedang tidur.
Contoh 3:
Dinosaurus itu tidak ada karena...dinosaurus itu apa sih?
Pernyataan diatas merupakan sesat pikir karena belum tentu bila seseorang tidak mengetahui sesuatu itu ada/ tidak bukan berarti sesuatu itu benar-benar tidak ada.

Petitio principii

Adalah kesesatan yang terjadi dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran dimana didalamnya premis digunakan sebagai kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Sehingga meskipun rumusan (teks/ kalimat) yang digunakan berbeda, sebetulnya sama maknanya.
Contoh:
Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir tepat ada logika..
Guru: "Kelas dimulai jam 7:30 kenapa kamu datang jam 8:30?"
Murid: "Ya, karena saya terlambat.."
Kesesatan petitio principii juga dikenal karena pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.

Kesesatan non causa pro causa (post hoc ergo propter hoc/ false cause)

Kesesatan yang dilakukan karena penarikan penyimpulan sebab-akibat dari apa yang terjadi sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua peristiwa yang terjadi secara berurutan. Orang lalu cenderung berkesimpulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyebab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akiat dari peristiwa pertama - padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Kesesatan ini dikenal pula dengan nama kesesatan post-hoc ergo propter hoc (sesudahnya maka karenanya)
Contoh:
Seorang pemuda setelah diketahui baru putus cinta dengan pacarnya, esoknya sakit. Tetangganya menyimpulkan bahwa sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
Kesesatan: Padahal diagnosa dokter adalah si pemuda terkena radang paru-paru karena kebiasaannya merokok tanpa henti sejak sepuluh tahun yang lalu.

Kesesatan aksidensi

Adalah kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-aturan/ cara-cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental; yaitu situasi yang bersifat kebetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.
Contoh:
1.       Gula baik karena gula adalah sumber energi, maka gula juga baik untuk penderita diabetes.
2.       Orang yang makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena itu vegetarian juga seharusnya makan banyak daging supaya sehat.

Kesesatan karena komposisi dan divisi

Kesesatan karena komposisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi individu atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar (berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif.
Contoh:
1.       Badu ditilang oleh polisi lalu lintas di sekitar jalan Sudirman dan Thamrin dan polisi itu meminta uang sebesar Rp. 100.000 bila Badu tidak ingin ditilang, maka semua polisi lalu lintas di sekitar jalan sudirman dan thamrin adalah pasti pelaku pemalakan.
2.       Maulana Kusuma anggota KPU sekaligus dosen kriminologi di UI melakukan korupsi, maka seluruh anggota KPU yang juga dosen di UI pasti koruptor.
Kesesatan karena divisi terjadi bila seseorang beranggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi seluru kelompok secara kolektif pasti juga benar (berlaku) bagi individu-individu dalam kelompok tersebut.
Contoh 1:
Banyak pejabat pemerintahan korupsi. Yahya Zaini adalah anggota DPR, maka Yahya Zaini juga korupsi.
Contoh 2: Umumnya pasangan artis-artis yang baru menikah pasti lalu bercerai.
Dona Agnesia dan Darius adalah pasangan artis yang baru menikah, pasti sebentar lagi mereka bercerai.

Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks

Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya bersifat kompleks.
Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maksud dari kesesatan ini adalah karena pertanyaan yang diajukan sangat kompleks, bukan hanya pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Contoh pertanyaan sederhana, dengan pertanyaan ya atau tidak
Contoh:
Apakah kamu yang mengambil majalah ku? ... Jawab ya atau tidak
Pertanyaan ini sulit dijawab hanya dengan ya dan tidak, apalagi bila yang ditanya merasa tidak pernah mengambilnya.

Teori diatas baru beberapa teori metode berpikir dan kesesatannya. Tetapi Teori diatas sudah cukup membantu kita untuk melhat dan membuktikan bagaimana seseorang menjawab dan menggunakan metode berpikirnya dalam memecahkan suatu masalah dengan logika. Kemudian menggunakan nalarnya untuk menghasilkan logika yang baik, benar dan tepat. Jika seseorang menggunakan metodenya sesuai dengan teori diatas, maka orang tersebut mengalami kesesatan logika.
Contoh salah satu Kesesatan Logika yang terjadi pada Kitab Suci Alkitab Injil.
“Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” (Kejadian 21;12)
Kemudian dilanjutkan dengan ini
Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu." (Kejadian 21;13)
Inilah yang disebut Kesesatan Logika “Bertumpuk”. Artinya ada mengandung kesesatan bahasa, relevansi, materi dan Kesesatan lainnya. Bayangkan seorang laki-laki kawin dengan beberapa wanita entah itu seorang waita baik-naik, hamba sahaya, Pelacur dan sebagainya, anaknya selalu akan disebut sebagai “keturunan” laki-laki tersebut. Dan perhatikan pada kejadian 21;12 kata yang dipergunakan adalah “sebab yang akan disebut keturunanmu” . Kata tersebut menimbulkan kesesatan Amfiboli, dmana  pengertiannya bahwa ada 2  atau lebih pihak yang disebut anak sah, tetapi hanya satu yang disebut sebagai keturunan laki-laki tersebut. Kemudian akrena ini adalah sebuah Kitab Suci, maka seolah-olah pernyataan tersebut masuk diakal/logis, padahal hal ini mengandung kesesatan Argumentum ad Populum. Hanya karena ingin menunjukan eksistensi Ishak terhadap Ismail, maka penggunaan bahasa AlKitab justru menimbulkan kesesatan logika.
Kemudian perhatikan Kejadian 21;13, Kata “tetapi” justru menegaskan bahwa laki-laki tersebut memiliki keturunan lain. Dari Kesesatan Logika 2 ayat ini saja  sudah dapat disimpulkan ada hal yang sangat tidak masuk diakal dalam AlKitab. Belum lagi makna yang terkandung dalam AlKitab berarti memaknai bahwa “ada pembeda/Diskriminasi” terhadap anak atau keturunan. Bayangkan jika ayat ini sudah mengajarkan diskriminasi terhadap anak kandung sendiri, apalagi terhadap manusia lainnya?
“Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.” (Sad 38;2)
Nanti untuk melihat perilaku dan metode berpikir gilamologinya adalah dengan mengunakan pendekatan teori-teori Gilamologi. Antara lain:
a.      TEORI MENGALIHKAN PERHATIAN
Suatu bentuk upaya mengalihkan peserta ke dalam topik yang jauh dari inti permasalahannya. Tujuannya lagi-lagi supaya yang bersangkutan dianggap mengusung Kebenaran  dan supaya ucapannya didengar.
b.      TEORI JEBAKAN
Suatu upaya menunggu dan mencari kelemahan serta kesalahan argumen seseorang, dimana kelemahan atau kesalahan itu diharapkan dapat terjadi dari seseorang dan kemudian dijebak dan difokuskan pada titik kesalahan atau kelemahannya tersebut.
c.      TEORI PENYERANGAN PRIBADI.
Jika seseorang yang sudah tidak mampu lagi menangani orang lain berdasarkan kemampuannya sendiri (kejepit), maka dia akan menyerang Pribadi seseorang melalui Kelemahan atau kesalahannya. Kalau perlu Kelemahan atau Kesalahan masa lalu. Tujuannya adalah untuk menjatuhkan kredibilitas pihak lawan.
d.      TEORI HIU..
“Jangan ngajak  hiu berantem di air, tetapi ajak hiu berantem didarat”
e.      TEORI BUMERANG.
Seberapa kuat dia melempar, semakin kuat pula kembali pada pemiliknya. Tapi hati2…orang yang tidak ahli menangkap senjata bumerang ini, malah akan membunuh pelemparnya sendiri. Dia selalu MELEMPAR PERTANYAAN dan PERNYATAAN dimana dia sudah tahu kekuatan dari lemparannya tersebut dan dia sudah ahli menangkapnya artinya kalau dia melempar dan kena sasaran, maka matilah buruannya.
f.        TEORI SEBAB AKIBAT
Akibat selalu ada sebabnya dan akibat dapat menimbulkan sebab..apakah sebab itu menyebabkan penyebab tersebut mengakibatkan satu akibat itu atau akibat lain???.... apakah benar sebab itu penyebab dari sebab yang menimbulkan akibat itu? Adakah variabel sebab lain yang dapat menjadi penyebab dari sebab tersebut sehingga menjadi peyebat akibat yang mengakinbbatkan sebab lain ????
g.      TEORI LABELING
h.      TEORI CHARATER ASSASINATION
i.        TEORI KONSPIRASI
j.         TEORI JATI DIRI BERGANDA
k.      TEORI KESESATAN BERPIKIR
l.         TEORI PARADIGMA TERBALIK
m.    TEORI KONTRADIKSI KONSEP
n.      Dan teori-teori lainnya yang akan dijelaskan sesuai dengan topiknya.
Sungguh nenarik dalam melihat teori-teori Gilamologi, apalagi setelah melihat fakta-fakta di dalam Milist yang menunjukan bahwa teori tersebut benar adanya. Jadi jika kita melihat ada jawaban yang mulai tidak berdasar dan ngawur, mintalah mereka untuk membaca teori-teori diatas terlkebih dahulu.
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.”(Nuh 71;7)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 14 Hal 96-104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar