ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Jumat, 11 Maret 2011

Filsafat 4 (JILID 17 Hal 117-121)

FILSAFAT (4)
Hasil –hasil dari kaum Filsafat Idealis dan Filsafat Materialistis (Filsafat Manusia) ini kita kenal sebagai bentuk Kebudayaan dan Peradaban. Kebudayaan adalah kemajuan manusia dalam bidang pemikiran yang dianggap sebagai sumbangsih dari hasil dari kebanyakan kaum Filsafat Idealis. Sedangkan Peradaban adalah kemajuan manusia dalam bidang Materi yang banyak disumbangkan oleh Kaum Filsafat Materialistis. Walaupun tidak selamanya harus selalu demikian, dimana kedua-duanya memberikan kontribusi pada kemajuan manusia dalam bentuk Kebudayaan dan Peradaban. Sedangkan Filsafat Ketuhanan (khususnya agama) banyak memberikan sumbangsih pada aspek Nilai-nilai Etika/Moral Kebudayaan dan peradaban  itu sendiri. Khusus agama Islam dalam Kitab Sucinya mengandung sumber segala sumber ilmu pengetahuan yang dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan pada kebudayaan dan peradaban itu sendiri.
Pengetahuan menurut John Locke ternyata dapat dilakukan dengan dua pendekatan sumber yaitu, Pengetahuan yang bersumber dari Proses Pemikiran Rasio Manusia (Rasionalis) dan Pengetahuan yang bersumber dari Proses Pengalaman (Empirisme). John Locke tampaknya mencari jalan tengah antara pemikiran Thomas Hobbes (Empirisme) dan kaum Rasionalisme. Seperti yang saya dapatkan dari wikipedia:
“John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.”

Dari penjelasan tentang pengolongan-penggolongan (distingsi) Filsafat ini saja, seharusnya manusia yang berakal dapat mulai saling memahami. Pilihan pendekatan mana yang ia gunakan dan apa yang digunakan lawan bicaranya? Seseorang yang menggunakan pendekatan Filsafat Ketuhanan Barat tentunya akan mengajak berdiskusi tentang fenomena, bentuk dan keberadaan Tuhan itu sendiri terlebih dahulu. Kemudian seseorang yang menggunakan pendekatan Filsafat Ketuhanan Timur/ Timur Tengah sudah pasti akan mengabaikan masalah fenomena, bentuk dan keberadaan Tuhan tersebut. Karena hal ini menurut mereka keberadaan Tuhan secara hukumnya sudah dapat dikatakan/dinyatakan sebagai “Inkrah” (sudah Mutlak disepakati).
Parahnya lagi kaum Materialistis dari Filsafat Manusia (khususnya Atheis), seringkali mengatakan bahwa Kaum Bertuhan/Beragama adalah orang-orang yang percaya terhadap teori orang-orang Primitif. Mereka tidak menyadari, bahwa ilmu pengetahuan mereka yang sekarang adalah hasil teori atau perkembangan dari kaum sebelumnya (termasuk primitif juga). Mereka justru mempercayai teori yang banyak berguguran oleh ilmu pengetahuan sekarang ini. Contohnya, Teori Evolusi yang diagung-agungkan kaum Humanisme (rasionalis dan Materialistis) sudah digugurkan oleh tulisan yang menggemparkan yaitu buku “Atlas Penciptaan” karangan Harun Yahya (Adnan Oktar). Kaum Humanis/Atheis sekarang sedang mencari cara-cara baru untuk membuktikan bahwa Tuhan “tidak ada”. Artinya Ilmu pengetahuan mereka yang didasari dari kebenaran relatif kaum primitif dulu digugurkan oleh kebenaran relatif sekarang ini.
“Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?” (At Thur 52;32)
Sedangkan kaum beragama (khususnya Islam) justru menggunakan sumber ilmu pengetahuan dari kaum yang dianggap lama (primitif) tetapi mengandung kebenaran Mutlak (Kitab Suci), yang justru dengan penemuan ilmu pengetahuan sekarang menegaskan bahwa sumber ilmu pengetahuan kaum beragama berasal dari Kebenaran Mutlak kaum Primitif. Jadi mana yang lebih baik, Ilmu pengetahuan yang bersumber dari kebenaran relatif kaum primitif, atau kebenaran mutlak dari kaum primitif?
Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa," (Al Baqara 2;4)
Beberapa ayat AlQuran sudah memberikan tanda-tanda tentang ilmu pengetahuan, dan dalam Alkitab saya temukan ada ayat yang mengatakan:
“Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 14;24-26)
Dari pernyataan kaum atheis tentang pengetahuan dan perbandingan ayat-ayat Kitab Suci  diatas, tinggal kita buktikan mana yang terbukti sebagai sebuah Kebenaran Mutlak.
Perdebatan sering timbul, karena kaum Filsafat Ketuhanan Barat bukan sekedar mempertanyakan eksistensi Tuhan kaum Filsafat Timur/Timur Tengah, tetapi seringkali mereka meniadakan bahkan menghina Tuhan yang sudah dianggap ada oleh Kaum Filsafat Ketuhanan Timur. Agama Kristen yang berasal dari Timur tengah, justru perkembangan dan penyusunan Kitab Sucinya terjadi di Barat (Roma). Sehingga diduga Kristen dan AlKitab sekarang banyak dipengaruhi oleh kaum Filsafat Barat. Karena jika kaum Kristen menyadari hal ini, maka mereka tidak keluar dari ajaran Taurat yang merupakan sumber dari AlKitab Injil (penggenapan Taurat). Dalam Alkitab Injil dijelaskan:
Janganlah mengira bahwa Aku datang untuk membatalkan Taurat atau kitab para nabi. Aku datang tidak untuk membatalkannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius .5:17-19).
Kemudian AlQuran membantu memyempurnakan hal ini:
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (Al-I Imran 3:84)
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. "(Al Baqara 2;4)
Oleh sebab itu harus dijelaskan pada pembuka kalimat, hendak menggunakan pendekatan Filsafat apa, untuk memahami pendekatan masing-masing? topik yang akan dibahas apa? Tujuan yang hendak dicapai dan seterusnya.
Anda mau masuk dalam golongan yang mana?
“Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengehui segala sesuatu”.( An Nur 24:64)
Dengan memahami golongan mana yang kita anut masing-masing, akan memudahkan sebuah diskusi berjalan. Memudahkan awal dan akhir sebuah diskusi, serta topik yang akan didiskusikan. Sebuah diskusi yang sehat yang akan memberikan kazanah baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Bukan sekedar doktrin/dogma agama tertentu untuk memaksakan Keimanannya pada orang lain yang berbeda Keimanan. Inilah tujuan pemahaman Filsafat dari sebuah Gilamologi.
"Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu."(Al ankabut 29:43)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 18 Hal: 121-128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar