ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Selasa, 08 Maret 2011

Filsafat 1 (JILID 14 Hal 96-104)

FILSAFAT (1)

Definisi dari  Filsafat itu sendiri menurut KBBI adalah : pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2 teori yg mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; 3 ilmu yg berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi; 4 falsafah. Sedangkan dalam Wikipedia adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Definisi Tuhan menurut KBBI adalah  1 sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb: -- Yang Maha Esa; 2 sesuatu yg dianggap sbg Tuhan: pd orang-orang tertentu uanglah sbg -- nya; ber·tu·han v 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah: orang yg tidak ~ , orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sbg Tuhan: janganlah kita ~ kpd berhala; ber·tu·han·kan v bertuhan kpd: ia ~ harta benda saja; me·nu·han·kan v menjadikan sesuatu sbg Tuhan; mempertuhan; mem·per·tu·han v menganggap (memuja dsb) sesuatu sbg Tuhan; memperdewakan; menuhankan; mem·per·tu·han·kan v mempertuhan;
ke·tu·han·an n 1 sifat keadaan Tuhan; 2 segala sesuatu yg berhubungan dng Tuhan: hal-hal ~ , yg berhubungan dng Tuhan; ilmu ~ , ilmu mengenai keadaan Tuhan dan agama; dasar ~ , kepercayaan kpd Tuhan Yang Maha Esa
Sedangkan Allah menurut KBBI adalah : nama Tuhan dalam bahasa Arab; pencipta alam semesta yg Maha Sempurna; Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh orang yg beriman.
Definisi Manusia adalah makhluk yg berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang.
AlQuran memberikan informasi tentang melakukan metode pembedaan (distingsi) tentang ilmu pengetahuan:
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Al-I Imran 3;7)
Atau seperti yang diungkapkan dalam AlKitab :
“Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik  untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon  pengetahuan tentang yang baik  dan yang jahat.” (Kejadian 2;9)
Dari keterangan ayat AlQuran diatas, Allah SWT sudah memberikan panduan bagaimana caranya manusia dalam memahami ilmu pengetahuan. Ada hal-hal dari pengetahuan manusia yang manusia itu sendiri tidak tahu “ta’wil”-nya (Rahasia Allah). Untuk memahami ilmu pengetahuan tersebut, Allah mencontohkan dengan cara membuat penggolongan (pembedaan/distingsi). Dari tulisan awal saya tentang Filsafat sudah dijelaskan mengenai 2 perbedaan mendasar tentang Filsafat, yaitu Filsafat Ketuhanan dan Filsafat Manusia. Dimana perbedaan ini sudah diberikan petunjuknya dalam AlQuran :
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.”(Al Hajj 22;47)
Jika kita perhatikan, Allah memberikan petunjuk bahwa cara manusia memikirkan (Logika manusia) dan membuat standar perhitungan adalah berbeda dengan pengertian apa yang dibuat atau ditentukan oleh Allah (Logika Ketuhanan/ Keillahian). Artinya Logika Manusia dan Logika Ketuhanan adalah berbeda. Dengan pengandaian diatas bahwa logika ketuhanan lebih dari 1000 kali lipat dibandingkan logika manusia. Tidak secara syariat atau harafiah/hurufiah bahwa angka 1000 berarti 1000 kali lipat, tetapi maknanya adalah lebih tinggi (Maha Tinggi/Mengetahui). Tidak akan mungkin logika manusia dapat melampaui batas dan masuk kepada logika Ketuhanan. Seorang Filsuf Islam terkenal Ibnu Haitham (965-1039 M), menjelaskan tentang Filsafat :
“Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan.”

Penjelasan tentang 2 perbedaan yang mendasar tentang Filsafat:
1.      FILSAFAT KETUHANAN
      Adalah studi pendekatan manusia tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran tentang sesuatu yang diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai Yang Maha Kuasa, Perkasa, Pencipta (Tuhan/ Dimensi Ketuhanan/ Logika Ketuhanan) serta Kejadian Alam Semesta (Hukum Alam), secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar sesuai dengan kaidah-kaidah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi manusia mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya, serta teori yg mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemolog.
      Filsafat Ketuhanan atau bisa disebut juga Filsafat Theis ini dalam perkembangan dan asal muasalnya terbagi 2 besar (berdasarkan wilayah), dengan menunjukan perbedaan mendasar (wikipedia) :
a.      Filsafat Ketuhanan Barat.
      Tuhan BELUM diketemukan. Artinya tujuan Filsafat Ketuhanan Barat adalah Pencarian Fenomena, Bentuk dan Keberadaan Tuhan. Dimana di dalam internal Agama atau Non-Agama (kepercayan) tersebut masih memperdebatkan tentang konsep mendasar (akidah), pencarian sebab akibat, hakikat dan keraguan tehadap hukum Ketuhanan, maka Agama atau Non agama tersebut dianggap banyak menggunakan pendekatan Filsafat Ketuhanan Barat atau masuk ke dalam golongan ini. Contohnya : antara penganut Katholik dan aliran Kristen (Nasrani) lainnya yang mempersoalkan Ke-Esa-an, Dualisme dan Trinitas (Tritunggal) dalam konteks objek Ketuhanan yang sama yaitu Yesus Kristus. Walaupun agama Nasrani lahir di Timur/Timur Tengah, tetapi pengukuhan Kristenisasi dilakukan di dunia yang kita kenal sekarang sebagai belahan Barat. Wilayah dunia bagian Barat yang bukan tempat lahirnya agama-agama samawi cenderung kritis terhadap agama monoteisme (Satu Tuhan). Wilayah Barat adalah tempat lahirnya agama-agama politeisme (Banyak Tuhan). Kritisi Filsafat Barat terhadap Ketuhanan inilah yang menjadi sebab Fenomena bentuk Ketuhanan Yesus Kristus diperdebatkan, termasuk Kitab Sucinya yaitu Alkitab Injil.
      Pencarian Fenomena Penciptaan alam ini (Filsafat Alam) sendiri atau dimulainya pemahaman tentang fenomena Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) secara kritis tecatat sejarah sejak masa 7 - 6 SM di Yunani, tepatnya di kota Miletos. Karena lahir di kota Miletos inilah maka disebut sebagai Mazhab Miletos. Para Filsuf pada mazhab Miletos ini adalah Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Dalam Wikipedia inti dari Mazhab Miletos  adalah :
“Pemikiran Mazhab Miletos dapat dirangkumkan di dalam tiga pernyataan:
1.   Alam semesta merupakan keseluruhan yang bersatu, maka harus diterangkan dengan satu prinsip saja. Ketiga filsuf Miletos tidak sepakat mengenai prinsip tersebut.
2.   Alam semesta dikuasai oleh suatu hukum, dan bukan berjalan begitu saja dengan kebetulan.
3.   Karena dikuasai oleh hukum tertentu, sehingga alam semesta merupakan kosmos, yang merupakan bahasa Yunani dari dunia yang teratur (lawan dari kata khaos yang berarti dunia yang kacau).”

      Pengungkapan pertama kali yang menyatakan bahwa ada satu bentuk zat yang tidak secara empiris sama dengan zat yang ada di bumi, mulai dikeluarkkan oleh Anaximandros. (610-546 SM). Anaximandros menentang teori gurunya sendiri yaitu Thales. Dalam wikipedia dijelaskan:
“Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan pula mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut pada bumi.
Mengenai terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti ikan. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan. Di situlah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi manusia.

      Pemikiran Filsafat Ketuhanan Barat mencapai kemajuan yang cukup luas setelah lahirnya Filsuf Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato dimana pemikirannya (wikipedia) :
“Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis)
§         Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
§         Sokrates adalah manusa (premis minor)
§         maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

      Pengaruh Plato (427-347 SM) terhadap Aristoteles sangatlah besar, dimana pemikiran Plato (wikipedia)::
“Sumbangsih Plato yang terpenting adalah ilmunya mengenai  ide. Pandangan Plato terhadap ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Ide yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui segala ide yang ada.
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu ide “ yang bagus”, “yang indah”. Di dunia ide semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

      Sedangkan Plato sendiri adalah murid dari Socrates (470-399 SM) dimana pemikiran Socrates dimulai dengan pemikiran (wikipedia):
“Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.

      Fenomena perdebatan pencarian Tuhan sejak ribuan tahun lalu membuat banyak masyarakat Barat sekarang lebih memilih agnostik atau Atheis (Anti Theis). Tawaran scintiest (ilmu pengetahuan) lebih masuk akal daripada agama Kristen yang sudah dianut sejak berabad-abad lalu. Oleh sebab kritisi-kritisi  itu, Filsafat Ketuhanan Barat (Metafisika) terbagi menjadi beberapa keilmuan lagi seperti:
-         Kosmologi (Theologi)
-         Ontologi
-         dsb
b.      Filsafat Ketuhanan Timur/Timur Tengah
      Tuhan SUDAH diketemukan (penegasan terhadap akidahnya sudah jelas). Filsafat Ketuhanan Timur/Timur Tengah percaya bahwa Tuhan ada dan bentuk Keesaan Tuhan (Tauhid). Artinya tujuan Filsafat Ketuhanan Timur/Timur Tengah adalah penyempurnaan esensi syariat, Tarekat dan hakekatnya saja. Keberadaan Tuhan tersebut dibuktikan secara empiris melalui kitab Suci yang mereka yakini sebagai bukti dari keberadaan Tuhan itu sendiri. Contohnya : Islam yang sudah menemukan Allah sebagai Tuhannya sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci Alquran. Kitab Suci Alquran diajukan oleh umat Islam sebagai bukti empirik keberadaan Allah SWT. Dan Umat Islam menyebutkannya dengan nama Allah dimanapun diseluruh dunia sebagai sesembahan yang satu. Oleh sebab itu khususnya dalam Islam sudah tegas untuk tidak menyebut sesembahannya sebagai Tuhan, Yahweh, Lord ataupun God melainkan hanya Allah SWT. Seperti tertuang dalam Syahadat Umat Islam dan Surah Al Ikhlas :
“Qul huwallaahu ahad, Allahush shamad, Lam yalid wa lam yuulad, Wa lam yakul Iahuu kufuwan ahad”
"Katakanlah, "Dia-lah Allah yang maha Esa. Allah tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak (pula.) diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya". (Qs 112 Al lkhlash 1-4)

      Filsafat Ketuhanan Timur/Timur Tengah pembagiannya berdasarkan:
-         Filsafat Agama
-         Filsafat Kepercayaan (Non Agama)
      Perbedaan Filsafat Agama dan Kepercayaan adalah pada posisi keberadaan Tuhan itu sendiri. Pada Filsafat Agama, Tuhan ada di suatu tempat Yang Maha Tinggi dan mengontrol kesadaran manusia. Sedangkan Filsafat Kepercayaan lebih menyatakan keberadaan Tuhan ada pada diri manusia itu sendiri dan yang mengontrol manusia adalah kesadaran manusia itu sendiri. Filsafat Kepercayaan percaya dengan Tuhan tetapi berbeda pandangan dengan Filsafat Agama.
Perbedaan yang mendasar antara penganut Filsafat Barat dan Filsafat Timur/ Timur Tengah ini saja dapat menjadi perdebatan yang tiada akhir. Terutama antara Para Filsafat Barat dengan Barat, kemudian antara Filsafat Barat dengan Timur/Timur Tengah. Tetapi hal ini dapat direduksi jika perdebatan ini terjadi antara Filsafat Timur/Timur Tengah dengan Filsafat Timur/Timur Tengah juga. Hal ini disebabkan Filsafat Ketuhanan Barat masih berkutat tentang Fenomena, Bentuk dan Keberadaan Tuhan itu sendiri. Sedangkan bagi Filsafat Timur/Timur Tengah masalah Fenomena, Bentuk dan Keberadaan Tuhan tersebut sudah diketemukan atau tidak akan menjadi “bahan” diskusi lagi. Bahkan Filsafat Timur Tengah sudah berani menjadikan Kitab Sucinya sebagai Sumber dari segala sumber Ilmu Pengetahuan.
Banyak kaum Filsafat Ketuhanan Barat salah pengertian tentang masalah ini. Dimana mereka menganggap kaum Filsafat Timur/Timur Tengah tidak mampu untuk membedah/mengkritisi keberadaan Tuhannya. Kaum Filsafat Ketuhanan Timur khususnya Islam, sadar betul bahwa Logika Ketuhanan tidak dapat dilampaui oleh Logika manusia biasa. Perlu pembeda yang nyata antara pemilik Ke-Maha-an dengan yang tidak bagi umat Islam. Alquran memberikan perintah secara nyata:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Al Hujurat 49;1)
Oleh sebab ayat itu maka perdebatan tentang Ketuhanan ini sering diabaikan oleh kaum Filsafat Timur karena mereka memahami kondisi/cara berpikir dari kaum Filsafat Barat yang masih mencari fenomena Tuhan itu sendiri.
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy Syuura 42:20]
”...Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala akhirat. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” [Ali ’Imran 3;145]
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 15 Hal: 104-111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar