ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Selasa, 24 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 12 (JILID 57 Hal 330-335)


Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (12)
Nah, setelah kita lihat latarbelakang penulisan dan tehnis-tehnis dalam membaca Alkitab Injilnya pada jilid sebelumnya, sekarang kita akan melihat kajiannya tentang Kitab Kejadian.
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. 25 : 6)
Gilamologi akan menanggapi ayat-perayat dan kaitannya dengan ayat lain sesuai dengan klaimnya bahwa yang dapat menunjukan kebenaran tafsir dari Alkitab Injil adalah Alkitab Injil itu sendiri.
KAJIAN KATA DAN FRASA
NASKAH NASB (UPDATED): 1:1-5
1Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3Berfirmanlah Allah:
2. Evolusi adalah nyata pada suatu tingkat tertentu (“evolusi horizontal,” “evolusi-mikro,” evolusi di dalam spesies) namun bukan satu-satunya faktor bagi kehidupan di planet ini ataupun pembangunan alam semesta. Ada misteri di sini! Saya secara pribadi merasa nyaman dengan Alkitab (yaitu, perwahyuan khusus) yang memberitahukan kepada saya tentang “Siapa” dan “mengapa” dan alam (yaiitu perwahyuan alamiah), yang adalah, penelitian ilmiah moderen, yang memberitahu saya tentang “bagaimana” dan “kapan” berdasarkan teori-teori dan model-model yang terus berkembang.
3. Bahkan kenyataan tertinggi dari “evolusi tentang kepercayaan pada Tuhan” tidak akan menyebabkan saya untuk menolak satupun dari asumsi-asumsi iman saya. Lihat Darrel R. Falk, Berdamai dengan Ilmu Pengetahuan: Menjembatani Dunia Antara Iman dan Biologi dan Francis S. Collins, Bahasa Allah. Saya benar-benar memiliki asumsi-asumsi iman (seperti anda juga)! Pandangan-dunia saya adalah KeKristenan alkitabiah.
Gambaran-dunia saya adalah suatu pemahaman yang terus bertumbuh dan berubah.

Kita perhatikan bagaimana polanya dalam mengkaji dan mentafsir ayat, seperti para penafsir Alkitab Injil pada umumnya. Jadi untuk apa penulis menampilkan latarbelakang penulisan dan tehnis membaca Alkitab Injil yang cukup panjang, jika hasilnya sama saja dengan penafsir lainnya.
Tidak ada pertanyaan dan kajian Kritis mengenai kata “ Langit dan Bumi”? Bumi belum berbentuk dan Kosong, Apa maksudnya? Gelap gulita? Samudra Raya? Roh Allah, bagaimana bentuknya dan siapa saksinya? Bagaimana Roh Allah dapat digambarkan “melayang-layang” diatas permukaan air?  Mana kajian dari ayat lain Alkitab yang dapat menjelaskan hal itu? Bagaimana samudera dan air ada padahal Bumi masih kosong dan belum berbentuk? Kapan Samudera dan air itu diciptakan, di ayat berapa dijelaskan? Kalau Bumi belum berbentuk, bagaimana bentuk samudera itu sendiri? Tidak ada kajian yang mendalam.
Penulis hanya bisa mengatakan “ Ada Misteri” dan jawaban teologis yaitu “Saya benar-benar memiliki asumsi-asumsi iman (seperti anda juga)! Pandangan-dunia saya adalah KeKristenan alkitabiah. Penulis tidak berusaha mencari jawabanya pada Alkitab Injilnya itu sendiri, sama saja bukan?
Apakah penulis sudah membaca kajian Anaximandros?
Mari kita lanjutkan :
B. Umur bumi yang “sebenarnya” bukanlah masalah dalam teologia saya kecuali:
1. Konsep semesta pengorganisasian materi “Big Bang” yang jelas kelihatan, yang menegaskan bahwa suatu permulaan alam semesta sepertinya membatasi kemungkinan dari satu waktu tak terbatas bagi perkembangan evolusi (yaitu naturalisme).
2. Mulainya dan berhentinya dalam catatan fosil bisa mengisyaratkan suatu “keseimbangan yang jelas” yang menyatakan bahwa kesempatan evolusi muncul dalam semburan (kemungkinan tindakan penciptaan Allah yang terus-menerus) dan tak selalu hanya merupakan perubahan bertahap dari waktu ke waktu.
3. Suatu bumi tua dan suatu penciptaan khusus manusia yang belum lama adalah suatu model yang bersifat prasuposisi.
4. Saya memilih untuk memeluk arkeologi dan ilmu pengetahuan moderen sampai saya memahami lebih dalam dari kajian saya akan Alkitab. Urutan ini menunjukkan kecondongan saya (namun kita semua memilikinya)!
5. Ilmu Pengetahuan bagi saya bukanlah musuh, dan bukan juga penyelamat! Sangatlah menggairahkan hidup di jaman peningkatan Ilmu Pengetahuan ini! Sangatlah menghibur untuk menjadi orang percaya yang berpengetahuan hermeneutika! Integrasi dari iman dan alasan, atau Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, dngan kredibilitas, adalah suatu kemungkinan yang sangat indah!
VI. Asumsi-asumsi masa kini mengenai umur bumi
B. Penanggalan radiometris dari batuan bulan dan meteor adalah konsisten pada 4.6 milyar tahun. Hal-hal ini mengandung elemen yang sama dengan planet dari sistem tata surya ini sehingga dugaanya adalah bahwa matahari kita dan planet-panet, komet-komet, dan asteroid-asteroid yang berkaitan dengannya dibentuk pada waktu yang sama tersebut. Batuan bumi tertua telah ditanggali secara radiometrik 3.8 milyar tahun.
C. Suatu tanggal bagi penciptaan adi kodrati akan pasangan manusia pertama (Homo sapiens) lebih merupakan hal yang sukar namun dalam jarak puluhan ribu derajad, kemungkinan 40.000. Lihat Fazale Rana dan Hugh Ross, Siapakah Adam itu?.
Waktu hanyalah merupakan masalah bagi mereka dari kita yang diciptakan dalam suatu kerangka waktu yang bersifat urutan dan kronologis. Allah tidak dipengaruhi oleh berlalunya waktu. Saya percaya bumi dan lingkungannya diciptakan dari waktu ke waktu untuk maksud tujuan tertentu yaitu menyediakan “tempat” bagi Allah untuk bersekutu dengan ciptaanNya yang tertinggi, yang diciptakanNya dalam gambarNya. Satu-satunya sumber akan kepercayaan ini adalah suatu Alkitab yang terilhami. Saya berpaut padanya dan mengijinkan ilmu pengetahuan moderen untuk menambah pemahaman saya akan aspek jasmani dari tindakan penciptaan Allah!

Pada kajian awalnya saja penulis sudah berusaha menekankan pada pembaca bahwa umur bumi bukan masalah teologi baginya. Jadi apa sebenarnya yang sedang dicari oleh penulis? Padahal dalam tulisan dibawahnya penulis menekankan bahwa “Integrasi dari iman dan alasan, atau Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, dengan kredibilitas, adalah suatu kemungkinan yang sangat indah! Mana integrasi Iman dan alasan, kemudian integrasi antara Alkitab dan Ilmiah akan ditampilkan pada kajiannya, jika jawabannya hanya masalah Teologi dan doktrin belaka?
"Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. 4Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
1:1 “Pada mulanya” Bereshith (BDB 912) adalah judul buku ini dalam bahasa Ibrani. Kita mendapatkan kata Kejadian dari terjemahan Septuaginta. Ini adalah permulaan dari sejarah namun tidak dari aktifitas Allah (lih. Mat 25:34; Yoh 17:5,25; Ef 1:4; Titus 1:2; II Tim 1:9; I Pet 1:19-20; Wah 13:8). R. K. Harrison mengatakan ini harusnya diterjemahkan “cara bermulanya” (Pengantar Perjanjian Lama, hal. 542 catatan kaki 3). John H. Walton, Duni yang Hilang dari Kejadian Satu mengatakan ini memperkenalkan suatu kurun waktu (hal. 45). “Allah” Elohim (BDB 43) adalah suatu bentuk JAMAK dari nama umum Allah di Timur Dekat kuno, El (BDB 42). Ketika merujuk pada Allah Israel kata kerjanya biasanya (6 perkecualian) TUNGGAL. Para rabi mengatakan bahwa nama ini berbicara tentang Allah sebagai pencipta, penyedia dan pemelihara dari segenapkehidupan di planet bumi ini (lih. Maz 19:1-6; 104). Perhatikan betapa seringnya dunia ini digunakan dalam pasal 1.
Saya percaya bahwa ayat ini adalah suatu anak kalimat yang berdiri sendiri: Ibn Ezra mengatakan bahwa ini adalah suatu anak kalimat independent dengan penekanan pada ay 2 sementara Rashi mengatakan bahwa ay 2 adalah sebuah kalimat dalam kurung dan penekanannya adalah pada ay 3. Para komentator dispensasional moderen mengatakan bahwa ay 1 adalah suatu anak kalimat independen supaya mendukung pandangan mereka akan adanya suatu kejatuhan sebelumnya (teori Celah). Perhatikan bahwa tak ada keterangan mengenai asal-usul Allah. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa Allah menciptakan materi dan tidak membentuk dari materi yang sudah ada (kosmologi Yunani). Dalam Enuma Elish, (catatan penciptaan Babilonia), seperti pemikiran Yunani, Roh (yang adalah baik) dan materi (yang adalah jahat) bersifat sama-sama kekal. Alkitab tidak mendiskusikan asal-usul Allah. Ia telah dan selalu ada (lih. Maz 90:2). Sungguh ada misteri di sini. Umat manusia secara sederhana tidak dapat memahami kepenuhan Allah!
Diskusi mengenai anak-anak kalimat ini seara teologis sangat berarti. Lembaga Penerbitan Yahudi Amerika telah menterjemahkan Kej 1:1 sebagai suatu anak kalimat sementara, “Ketika Allah mulai menciptakan langit dan bumi—bumi yang masih tidak berbentuk dan kosong…” Terjemahan ini bisa menyimpulkan bahwa Allah dan materi bersifat sama-sama kekal sebagaimana kosmologi Yunani (lih. “Penciptaan dan Kosmologi” dalam Ensiklopedia Yudaika, vol. 5, hal. 1059). Catatan orang Sumerian mengenai penciptaan, Enuma Elish, dimulai dengan “ketika pada mulanya. . .” Lihat Topik Khusus: Nama-nama bagi Ketuhanan pada 2:4.
“menciptakan” Bara (lih. 1:1,21,27; 2:3,4) adalah KATA KERJA Ibrani (BDB 135, KB 153, Qal PERFECT) yang secara eksklusif digunakan untuk aktivitas penciptaan Allah. Arti dasarnya ialah membentuk dengan memotong. Allah mengendaki segala sesuatu untuk terjadi kecuali DiriNya sendiri. Maz 33:6,9; Ibr 11:3 dan II Pet 3:5 menyajikan penciptaan (kosmologi) oleh firman yang diucapkan Allah (fiat) dari tidak ada (ex nihilo), walaupun air tidak pernah dikatakan diciptakan. (lih. Kej 1:2). Falsafah-falsafah Yunani (Gnostik) dan Mesopotamia menekankan suatu dualisme abadi antara “roh’ dan “materi.” Apapun yang diisyaratkan oleh bara ini menonjolkan aktivitas dan maksud Allah!
Alkitab menyatakan bahwa penciptaan meiliki suatu titik awal. Ilmu Pengetahuan abad dua puluh satu akan mengkarakterisasikan hal ini sebagai “big bang.” Naturalismesekarang dapat menyatakan suatu regresi tak terbatas kembali ke masa lalu. Namun demikian, mungkin saja Kejadian 1 menunjuk pada permulaan dari suatu bumi yang berfungsi, bukan permulaan jasmaniah dari materi (John H. Walton, Dunia yang Hilang dalam Kejadian Satu).
“langit” Kata “langit” (BDB 1029) bisa dipakai dalam beberapa pengertian: (1) menunjuk pada atmosfir dari bumi sebagaimana dalam ay 8 dan 20; (2) bisa menunjuk pada keseluruhan semesta (yaitu seluruh materi yang ada); atau (3) ini bisa menunjuk pada penciptaan dari segala hal yang nampak (materi) dan tidak nampak (malaikat, surga sebagai tahta Allah). Jika pilihan tiga benar, maka sebuah paralel adalah Kol 1:16. Jika tidak, maka Kejadian 1 hanya berfokus pada penciptaan planet ini. Alkitab menekankan suatu sudut pandang geosentris (yaitu penciptaan dilihat sebagai apa yang diamati seorang penonton di planet ini). Beberapa akan menyatakan bahwa Kej 1 mengurusi penciptaan alam semesta (yaitu matahari, bulan, bintang, dan galaksi-galaksi, sementara Kej 2-3 berfokus pada planet ini dan penciptaan manusia. Ini tentu bisa saja karena pasal 2-4 membentuk suatu unit sastra. Dalam keduanya (yaitu Kej 1 dan 2-4) penciptaan bersifat geosentristik. (berfokus pada bumi).
“bumi” Kata ini (BDB 75) dapat menunjuk pada suatu tanah tertentu, negara, atau keseluruhan planet. Kejadian 1 diakui sebagai geosentris (lih. ay 15). Ini cocok dengan maksud teologis dari pasal ini, bukan ilmu pengetahuan. Ingat bahwa Alkitab ditulis dalam bahasa penjelasan bagi maksud-maksud teologis. Ini bukan antiilmiah, namun pra-ilmiah.
1:2 “Bumi (adalah)” KATA KERJA ini (BDB 224, KB 243, Qal PERFECT) hanya secara sangat jarang dapat diterjemahkan sebagai “menjadi”. Secara ketatabahasaan dan kontekstual “adalah” lebih disukai. Jangan biarkan (yaitu pramilenial dispensasional) teologi prasuposisi anda yaitu dua kejatuhan (teori Celah) mempengaruhi eksegesis dari naskah ini.

Sungguh lucu penulis ini menghairkan sebuah kajian yang didalamnya saling berkontradiksi sendiri tulisannya. Ingin menghadirkan kajian ilmiah, tetapi tetapi tidak berani menyatakan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Perhatikan kalimat yang menjelaskan bahwa Kitab Kejadian 1 diakuinya sebagai Geosentris.
Perhatikan pula bagaimana penulis mengkaji “Jadilah Terang”, jika penulis jujur dengan apa yang ditulisnya diawal tulisannya yang menyatakan bahwa Alktab itu sendiri yang merupakan kebenaran dari tafsirnya, maka pada ayat itu seharusnya penulis mencoba mengkaitkan dengan Kitab Kejadian 1 ayat 14-19. Bagaimana Terang akan jadi kalau Matahari baru diciptakan pada hari keempat? Tuhan bisa dan boleh lupa akan logika ini?
Kajian diawal terlihat seperti lengkap, tetapi jika kita perhatikan tidak ada benang merah antara apa yang dikatakan diawal dengan kajiannya. Nanti kita lanjutkan pada jilid berikutnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. 49 : 15)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 58 Hal 335-340

Tidak ada komentar:

Posting Komentar