ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Sabtu, 21 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 11 (JILID 56 Hal 326-330)


Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (11)
Jadi apa sebenarnya yang terjadi dengan Umat kristen di Indonesia? Perbedaan yang cukup mencolok antara masing-masing umatnya dalam memandang Alkitab Injilnya. Kerusakan bukan hanya pada penafsirannya, melainkan pada Materi (Wahyu Allah) Alkitab Injilnya itu sendiri.
“Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. “ (QS. 25 : 20)
Jika kita sudah melihat kajian dari para Debater dalam Negri, mari kita saksikan Kajian Kitab Kejadian dari seorang intelektual LuarNegri. Tampaknya hanya kajian ini yang akan terlihat sedikit lengkap. Mari kita kaji hasil analisis Kitab Kejadiannya.
Bob Utley
East Texas Baptist University
June 27, 1996
KETERANGAN SINGKAT MENGENAI SUMBER-SUMBER TEKNIS
YANG DIGUNAKAN DALAM “ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB” RANGKAIAN KOMENTARI PERJANJIAN LAMA
Ada beberapa sumber kata-kata dan naskah Ibrani di luar tradisi kenaskahan Masoretis.
A. Pentateukh Samaria
B. Gulungan-gulungan Kitab Laut Mati
C. Beberapa koin, surat-surat, dan ostraca-ostraca (pecahan gerabah yang belum dibakar yang digunakan untuk menulis)
Namun bagi sebagian besar, tidak ada keluarga-keluarga naskah kuno dalam PL seperti yang terdapat dalam naskah-naskah PB Bahasa Yunani. Untuk suatu artikel singkat yang baik mengenai kebisa-dipercayaan Naskah Masoretis (900-an M) lihat “Kebisa-Dipercayaan Naskah Perjanjian Lama” oleh Bruce K. Waltkedalam NIDOTTE, vol. 1, hal. 51-67.
Naskah Ibrani yang digunakan adalah Biblia Hebraica Stuttgartensia dari Lembaga Alkitab Jerman, 1997, yang didasarkan atas Leningrad Codex (1009 M). Dari waktu ke waktu versi-versi kuno (Septuaginta Yunani, Targumtargum Aram, Peshitta Syria, dan Latin Vulgate) akan diperiksa bila Bahasa Ibraninya bersifat mendua atau nyatanyata membingungkan.

Baru pada Keterangan sumber tehnis dari bagaimana cara membaca Alkitabnya saja, penulis tampaknya sudah meragukan akan kebenaran sumber-sumbernya. Bagaimana isinya akan benar jika sumbernya sendiri mengandung kesalahan?
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS. 47 : 31)
Tapi kita akan mencoba melihat kajiannya, walaupun sumbernya sudah diklaim mengandung keraguan atau bersifat mendua.
PEDOMAN PEMBACAAN ALKITAB YANG BAIK:
PENCARIAN PRIBADI AKAN KEBENARAN YANG DAPAT DITEGUHKAN
Banyak orang mengaku memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar ini, namun setelah melakukan penelitian dan perenungan, saya mendapati bahwa jawaban-jawaban mereka adalah berdasarkan atas (1) falsafah pribadi, (2) mitos-mitos kuno, (3) pengalaman-pengalaman pribadi, atau (4) proyeksi-proyeksi psikologis. Saya memerlukan suatu tingkatan peneguhan, bukti-bukti, suatu penalaran untuk menjadi dasar pijakan bagi cara pandang saya terhadap dunia, pusat komando kehidupan saya, dasar alasan saya untuk hidup.
Saya menemukan apa yang saya cari tersebut dalam memepelajari Alkitab. Saya mulai mencari bukti ke-dapatdipercaya-an Alkitab yang saya temukan dalam (1) kenyataan sejarah dari Alkitab yang di konfirmasikan dengan arkelologi, (2) ke-akurat-an dari nubuat-nubat di Perjanjian Lama, (3) Kesatuan berita dari Alkitab yang ditulis dalam kurun waktu seribu enam ratus tahun lamanya, dan (4) kesaksian-kesaksian pribadi dari orang-orang yang hidupnya telah diubahkan secara permanen karena berhubungan dengan Alkitab. Kekristenan sebagai suatu kesatuan sistem dari iman dan kepercayaan, memiliki kemampuan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang rumit mengenai kehidupan manusia. Kenyataan ini bukan hanya menyediakan kerangka kerja yang rasional, namun aspek pengalaman dari iman yang Alkitabiah memberikan stabilitas dan rasa sukacita bagi saya.
Saya pikir, saya telah menemukan pusat komando kehidupan saya – Kristus, sebagaimana saya mengerti melalui Firman. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, suatu kelegaan perasaan. Namun demikian, saya masih bisa mengingat kejutan dan rasa sakit ketika saya mulai mengerti betapa beragamnya penafsiran Alkitab yang ditawarkan, kadang-kadang bahkan dalam satu gereja maupun suatu aliran pemikiran. Meyakini ilham dan ke-dapat dipercaya-an Alkitab ternyata bukanlah akhir dari pencarian, namun adalah langkah awalnya. Bagaimana saya bisa meneguhkan atau menolak penafsiran-penafsiran dari banyak bagian dari Alkitab yang sukar, yang beragam dan bahkan saling bertentangan, oleh mereka yang mengklaim otoritas dan ke-dapat dipercayaan-nya?
Tugas ini menjadi tujuan kehidupan dan petualangan iman saya. Saya tahu bahwa iman saya di dalam Kristus telah (1) memberikan kepada saya suka cita dan kedamaian yang luar biasa. Pemikiran saya sungguh merindukan adanya suatu kebenaran mutlak ditengah-tengah kebudayaan saya yang bersifat relatif (pasca-modernitas); (2) kedogmatis-an dari sistem agama-agama yang bertentangan (agama=agama dunia); dan (3) keangkuhan denominasional. Dalam pencarian saya akan pendekatan yang tepat bagi penafsiran literatur kuno, saya sungguh terkejut menemukan kecondongan-kecondongan pemikiran saya sendiri akibat pengalaman, denominasi, maupun sejarah kehidupan saya. Saya ternyata sering membaca Alkitab hanya untuk memperkuat pandangan saya sendiri.
Saya memakai Alkitab sebagai sumber dogma untuk menyerang orang lain sementara mengukuhkan kembali rasa ke-tidak aman–an dan kekurangan saya sendiri. Betapa menyakitkannya kenyataan ini bagi saya!
Walaupun saya tidak akan pernah bisa sepenuhnya obyektif, saya bisa menjadi pembaca Alkitab yang lebih baik. Saya bisa membatasi kecondongan yang ada dengan cara mengenali dan mengakui keberadaannya. Saya belum sepenuhnya bebas dari kecondongan ini, tapi saya berusaha untuk melawan kelemahan saya ini. Penafsir seringkali menjadi musuh terburuk bagi pembacaan Alkitab yang benar!

Secara Psikologis tampaknya orang ini mengalami keraguan yang mendalam akan kebenaran Alkitab dan para penafsirnya. Penulis berusaha untuk menemukan jawabannya sendiri. Dia sadar bahwa selama ini Alkitab adalah alat atau sumber dogma untuk menyerang orang lain. Dogma atau Doktrin yang dia yakini justru mengandung kesalahan tafsir demi kepentingan tertentu.
“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. 9 : 70)
Jika kita kaitkan pengaruh piskologis yang terjadi pada penulis justru karena keyakinannya yang mendalam pada Kristus, tetapi wahyu Kristus pada Alkitab Injilnya sendiri mengandung Keraguan yang mendalam. Seperti yang dijelaskan pada ayat Alquran diatas, bahwa Allah tidak akan menganiaya ciptaan-Nya, tetapi akibat perbuatan mereka sendiri. Tidaksalahlah jika ajaran yang berada dalam Alkitab Injil akan menimbulkan keraguan pula pada umatnya.
I. Pra-suposisi
A. Saya percaya Alkitab adalah satu-satunya pernyataan diri dari satu-satunya Allah yang benar. Karena itu, penafsirannya harus menggunakan sudut pandang maksud dan tujuan dari sang penulis illahi (Roh Kudus) yang menggunakan seorang manusia sebagai penulis dan dalam latar belakang sejarah tertentu.
B. Saya percaya Alkitab ditulis untuk orang-orang biasa – untuk semua orang! Tuhan menyediakan diriNya untuk berbicara secara jelas kepada kita dalam suatu konteks sejarah dan budaya tertentu. Tuhan tidak menyembunyikan kebenaran—Ia ingin kita mengerti! Oleh karena itu, Alkitab harus ditafsirkan dengan sudut pandang zaman pada saat penulisannya, bukan zaman kita saat ini. Alkitab tidak dapat berarti sesuatu bagi kita berbeda dengan kepada mereka yang membaca dan mendengarnya pertama kali. Hal ini dapatlah secara mudah dimengerti oleh akal kita, dan menggunakan teknik-teknik dan bentuk-bentuk komunikasi.
C. Saya percaya Alkitab memiliki berita dan tujuan yang menyatu. Tidak saling ber tentangan satu dengan yang lain, walaupun didalamnya terdapat juga bagian-bagian yang sukar dan bersifat paradoks. Dengan demikian penafsir terbaik dari Alkitab adalah Alkitab itu sendiri.
D. Saya percaya bahwa setiap bagian (selain nubuatan) hanya memiliki satu arti berdasarkan maksud dan tujuan dari si penulis yang diilhami Tuhan sendiri. Meskipun kita tidak akan mungkin bisa sepenuhnya meyakini bahwa kita tahu maksud si penulis, banyak indikator menunjuk kearah hal tersebut:
1. Genre (tipe literatur) yang dipilih untuk mengemukakan berita.
2. latar belakan sejarah dan/atau kejadian tertentu yang mendorong penulisan
3. konteks tulisan dari keseluruhan buku, juga tiap satuan tulisan.
4. rancangan naskah (garis besar) dari satuan tulisan dalam kaitannya dengan keseluruhan berita.
5. ciri-ciri tata bahasa tertentu yang menonjol yang digunakan untuk mengkomunikasikan berita.
6. kata-kata yang dipilih untuk menyajikan berita.
7. bagian-bagian yang bersifat paralel.
Mempelajari setiap bidang ini adalah tujuan kita dalam mempelajari suatu bagian Alkitab. Sebelum saya menerangkan mengenai metodologi bagi pembacaan Alkitab yang baik, saya akan menggambarkan beberapa metode yang tidak tepat yang bayak digunakan saat ini, yang telah menyebabkan banyaknya keberagaman tafsiran, dan yang sebagai konsekuensi harus kita hindari

Penulis tampaknya berusaha mengklaim bahwa apa yang akan dilakukannya adalah benar adanya. Sedangkan apa yang digunakan saat ini oleh para penafsir dianggapnya tidak tepat pada metodenya, sehingga menimbulkan multi tafsir.
Penulis sangat yakin pada Alkitabnya sebagai Wahyu Allah yang diturunkan melalui penulis ilahi (Roh Kudus) kepada manusia biasa sebagai penulis. Perhatikan kebingungannya dalam mengatakan antara “penulis Ilahi” dengan “manusia sebagai penulis”. Penegasan kalimat ini adalah karakter “ Karet” yang dapat dimaksudkan bila ada kesalahan pada Alkitab Injil sekarang maka itu adalah kesalahan “penulis manusia”, sedangkan jika benar maka itu adalah kebenaran “penulis Ilahi”. Kalimat Penyesatan bagi kaum awam.
Alkitab Injil menurut klaim penulis sangat masuk diakal dan mudah dimengerti, tetapi juga mengandung hal yang sukar dan bersifat paradoks. Alkitab Injil hanya dapat ditafsirkan oleh Alkitab Injil itu sendiri, ini kebenaran yang diyakini penulis. Karena bagi penulis “Penafsir seringkali menjadi musuh terburuk bagi pembacaan Alkitab yang benar!”.
Oleh sebab itu Gilamologi tertarik untuk membuktikan kaitan ayat-perayatnya, adakah penjelasan antara satu ayat dengan ayat lainnya secara lengkap? Tentunya berdasakan indikator yang diajukan oleh sang penulis diatas.
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. 2 : 193)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 57 Hal 330-335

Tidak ada komentar:

Posting Komentar