ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Sabtu, 07 Mei 2011

Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian 8 (JILID 53 Hal 307-313)


Debat Singkat Kerusakan Kitab Kejadian (8)
Kaum Salibis, Misionaris dan Ateis merasa dirinya kuat. Mereka berani mengklaim bahwa manusia lebih baik dari Penciptanya. Allah berubah atau menitis sebagi manusia, tetapi disatu sisi menyebutkan bahwa Allah Maha Berkuasa dan Berdaulat. Allah SWT sudah bekali-kali mengingatkan umat manusia dengan ayat-ayat Alquran:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Al Imran 3;178)
Mari kita lanjutkan analisis dari Bernat Siregar, M.Th , tentang Makna Teologis Penciptaan Alam Semesta dan Manusia :
3. Penciptaan manusia (26—27)
Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa  . . . menurut gambar dan rupa Allah diciptakan-Nya ia;    laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Penciptaan manusia merupakan klimaks dari rangkaian tindakan penciptaan Allah. Kitab Kejadian memberi gagasan yang sangat jenius bahwa (1) manusia adalah puncak dari semua karya penciptaan Allah, (2) manusia itu diciptakan segambar dan serupa dengan Allah; (3) semua yang telah diciptakan Allah diberikan kepada manusia dan berada dalam kekuasaannya.

Loncatan kajian yang cukup jauh dari ayat 6 langsung menuju ke ayat 26. Dari tulisannya diatas saja saya dapat mengajukan pertanyaan yang cukup dalam antara lain, Dimanakah letak gagasan yang jenius pada Kitab Kejadian? Sebutkan diayat mana pada Kitab Kejadian bahwa manusia adalah karya puncak Allah? Jika manusia segambar dan serupa dengan Allah, Apakah penulis pernah memahami teori Antropomorfisme-nya Xenophenes? Jika serupa dan segambar, dimana letak Ke-mahaan dan Kekuasaan allah?
a. Dicipta segambar dan serupa dengan Allah
Dari kesaksian penciptaan dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan semuanya hanya dengan atau melalui firman. Allah hanya berfirman: “Jadilah…” (lihat Kejadian 1:1-25) dalam penciptaan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segenap alam semesta, maka semuanya jadi. Tetapi, manusia diciptakan Allah dengan buatan tangan-Nya sendiri dan menghembuskan nafas (Ibr. ruakh) kehidupan padanya, nafas (roh) Allah sendiri. Dari segala mahluk yang pernah diciptakan oleh Tuhan Allah, hanya manusialah yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Berarti, manusia dicipta (Ibr. Asah) seperti Penciptanya, dengan kemungkinan keadilan, kesucian dan kebenaran.
Pernyataan bahwa manusia itu dicipta menurut gambar Allah dan seperti rupa Allah, ditemukan juga dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus disebut sebagai gambar Allah (2 Kor. 4:4; Kol. 1:15), dan sudah dijanjikan bahwa barangsiapa percaya kepada Allah akan dijadikan kembali menurut gambar-Nya dan akan serupa dengan Dia (1 Kor. 1549; 2 Kor. 3:18; Kol. 3:10).
b. Manusia sebagai mandataris Allah
Kejadian 1:26 menjelaskan: Allah menjadikan manusia itu, laki-laki dan perempuan,  menurut gambar dan rupa Allah. Setelah Allah menciptakan mereka, Allah memberkati mereka dan memberi otoritas untuk menguasai dan menakhlukkan alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (ay. 28-30).
Allah menjadikan manusia itu seperti allah-allah kecil di bumi. Manusia yang diciptakan dari debu tanah itu dimuliakan-Nya dan dimahkotai-Nya dengan kemuliaan dan hormat. Tentang hal ini, Mazmur 8:4—7 melukiskannya sebagai berikut.
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia, sehingga Engkau mengindahkan-Nya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya; . . . .”
c. Manusia: makhluk rasional
Supaya dapat menjadi mandataris Allah di bumi, Ia memperlengkapi manusia itu dengan akal budi, daya cipta, dan kemampuan-kemampuan bersosial yang lain. Manusia adalah manusia karena ia adalah satu-satunya mahluk yang dapat mengenal kebenaran, yaitu melalui rasio. Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat berpikir; binatang berpikir bukan karena rasionya, tetapi naluriah hidup (insting) yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia juga menjadi manusia, karena ia dapat menjalankan keadilan, yaitu memiliki sifat hukum. Manusia adalah manusia karena ia adalah satu-satunya mahluk yang berkewajiban moral untuk mencapai tujuan kesucian. Supaya manusia bisa mencapai maksud dan tujuan Allah, Ia memberinya roh, yang mana binatang dan tumbuh-tumbuhan dan ciptaan lainnya tidak memilikinya. Roh menjadi sarana Allah untuk berhubungan dengannya. Tiga hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang.
d. Manusia: laki-laki dan dan perempuan
Lebih daripada itu lagi, pernyataan tiga rangkap tentang ciptaan Allah dalam ayat 27 bukan semata-mata paralelisme puitis. Jelas, bahwa di situ terdapat penitikberatan yang disengaja, yang maksudnya sudah dapat disimak. Dua kali ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, dan ketiga kalinya hunjukan terhadap “gambar ilahi” itu diganti dengan kata-kata ‘laki-laki dan perempuan’.
Kalau digabungkan keputusan ilahi (‘Baiklah Kita menjadikan manusia … supaya mereka berkuasa …’), kreasi ilahi (‘…maka Allah menciptakan…’) dan pemberkatan ilahi (‘Beranak-cuculah …; penuhilah bumi dan takhlukkanlah itu …’), titik beratnya agaknya diletakkan atas tiga kebenaran fundamental tentang mahluk manusia. Yaitu, bahwa Allah menciptakan (dan masih terus menciptakan) mereka menurut gambar-Nya. Bahwa Ia menciptakan (dan masih terus menciptakan) mereka sebagai pria dan wanita seraya mengaruniai mereka tugas bahagia untuk berkembang biak. Bahwa ia memberikan (dan masih terus memberikan) mereka kekuasaan atas bumi dan segala binatang yang ada di dalamnya.
Jadi, sejak dari permulaannya ‘manusia’ diciptakan sebagai pria dan wanita yang memiliki kedudukan yang sama sebagai ahli waris, baik atas citra ilahi maupun atas kekuasaan atas bumi. Pendapat ini juga didukung oleh William Dyrness, dengan mengatakan: “Laki-laki dan perempuan adalah mahkota ciptaan; mereka diciptakan untuk memerintah.” Tidak terdapat suatu hunjukan dalam natsnya bahwa salah satu kedua seks itu lebih besar keserupaannya dengan Allah daripada yang lain, atau salah satu dari kedua seks itu lebih besar tanggung jawabnya atas bumi dari pada yang lain. Tidak. Baik dalam hal ihwal keserupaan dengan Allah, maupun  dalam hal ikhwal tanggung jawab atas pengelolaan bumi (yang tidak boleh disamakan satu satu dengan yang lain, meskipun antara keduanya terdapat kaitan yang erat) mereka berdua adalah dari awalnya sama-sama kebagian. Sebab, dua-duanya adalah sama-sama diciptakan oleh Allah dan serupa dengan gambar-Nya. 
4. Sungguh amat baik
”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak . . .  Maka Allah melihat semua yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Allah memberkati manusia itu dengan segala yang ada di dalam alam semesta. Allah menyediakan makanan bagi manusia itu yang telah tersedia di dalam alam. Manusia harus berkuasa atasnya, termasuk pengelolaan ciptaan Allah.
Setelah manusia diciptakan oleh Allah, Ia melihat bahwa semuanya itu sungguh amat baik. Dalam rangkaian penciptaan pra-penciptaan manusia, Allah tidak mengatakan demikian. Manusia sebagai mandataris Allah memiliki tanggung jawab yang berat. Setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa, tanggung jawab manusia sebagai mandataris Allah menjadi kabur. Banyak orang yang melihat dirinya tidak baik, berlawanan dengan pujian Allah atas semua segala yang diciptakan-Nya. Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk mensejahterakan dirinya dan juga melansungkan pengelolaan alam.

Mari kita perhatikan kajian diatas. Pada saat mengkaji bagian yang secara teologis mudah dikaji, penulis begitu rinci kata-perkata dalam mengkaji Kitab Kejadian.
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (Al Imran 3;167)
Saya sudah tidak tertarik lagi jika membahas Doktrin atau Dogma suatu kelompok. Karena hal itu adalah wilayah dan Hak mereka. Kewajiban saya adalah menyampaikan Hak dari pembaca untuk mengkaji segala sesuatu dengan akal sehat.
C. Aplikasi 
1. Allah, Sang Pencipta patut dipuja dan disembah 
Menurut penulis, data-data Kejadian 1:3—25 tentang urutan penciptaan tidak perlu dipersoalkan secara tajam dalam tataran ilmiah. Alkitab bukanlah buku ilmiah atau pun buku sejarah, yang darinya kita membangun teori-teori ilmiah secara akurat dan terpercaya. Alkitab adalah buku yang berisikan karya penyelamatan Allah yang mencapai puncaknya dalam penebusan Kristus. Jika Kejadian 1 menjelaskan tentang penciptaan, hal itu berarti bahwa umat Allah harus menyadari bahwa Allahlah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya. Kisah penciptaan oleh Kitab Kejadian menyadarkan semua manusia bahwa ia sendiri adalah ciptaan yang harus memuliakan Pencipta-Nya.

Menjelang akhir tulisannya penulis berusaha menentramkan pembaca untuk tidak terjebak pada urutan penciptaan. Tetapi saya mau mengingatkan pembaca pada kata pengantarnya sendiri, dimana penulis mengklaim urutannya sistimatis, teratur dan Kitab Kejadian adalah realitas dasar bagi sains maupun filsafat. Begitu anehnya tulisan seorang Master? Kitab Kejadian dianggap sangat jenius?
Apakah beliau tidak tahu tentang teori Xenophenes sebagai antropomorfisme (Tuhan digambarkan sesuai dengan gambar dan bentuk, serta sifat-sifat manusia sesuai kehendaknya)? Jika Manusia = segambar dan serupa dengan Allah dan Yesus = segambar dan serupa dengan Allah, mengapa hanya Yesus yang jadi Tuhan? 
Apakah karena Yesus dan Manusia serupa dengan Allah, maka versi Yesus dapat ditampilkan sesuai Ras-nya masing-masing, seperti gambar-gambar Yesus diatas? Mana Yesus yang ASLI?
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (Al Imran 3;84)
Apakah karena Yesus dalam ayat-ayat di Alkitab Injil disebutkan berada disisi kanan atau disebelah Allah? Mari kita lihat ayat Alquran:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (Al Imran 3;169)
Dibawah ini penulis mencoba menampilkan  referensi yang cukup banyak dalam mengkaji Kitab Kejadian. Tetapi mengapa tetap tidak dapat mengkaji ayat 6-25?
2. Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, sesama, dan alam
Sebagai makhluk yang dicipta segambar dan serupa dengan Allah, manusia berperan sebagai mandataris Allah.  

[1] Henry M. Morris, The Genesis Record: A Scientific and Devotional Commentary on the Book of Beginnings (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1976), hlm. 17. Menurut Morris, keseriusan untuk mengkaji lebih dalam informasi dari Kitab Kejadian munculm karena teori-teori ilmiah tentang penciptaan alam semesta dan manusia.
[2] Sejak terbitnya buku Darwin, The Origin of the Species, teori evolusi menjadi acuan dalam penelaahan ilmiah dalam segala bidang, termasuk dalam penelaahan kitab suci di lingkungan fakultas teologi. High Critizism merupakan produk diterimanya teori evolusi dalam diskursus teologi. Teori Evolusi meledak seperti bom dalam wilayah pengembangan sains, mengancurkan segala teori-teori dan memunculkan paradigma sains secara revolutif. Iman Abraham, yang merupakan cikal bakal iman Kristen, dipahami sebagai sesuatu yang berkembang secara evolutif: dari pra-animisme, animisme, hingga perkembangan yang lebih modern, yakni agama.
[3] David Atkinson, Kejadian 1—11: Kejadian Mendukung Bertumbuhnya Sains Modern (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000), hlm. 11.
[4] Ibid., hlm. 12.
[5] Ibid., hlm. 12—13.
[6] Kejadian 1 sangat menguatkan iman umat Allah PL dan juga orang percaya dalam konteks masa kini dari godaan mitos-mitos kepercayaan/agama-agama lain dan teori-teori ilmiah yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Kejadian 1 ini mengundang umatnya untuk memuji dan menyembah Allah sebagai yang berdaulat atas segala ciptaan dan hidup manusia.
[7] Henry M. Morris, op cit., hlm. 19—21.
[8] Ibid., hlm. 21.
[9] Ibid., hlm. 37.
10] Donal Guthhrie, et al., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian. Cet. Ke-7.  (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998), hlm. 80.
[11] Ibid., hlm. 81.
[12] Istilah langit dan bumi dalam 1:1 bisa juga diartikan yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Isitlah ini juga mengingatkan kita akan adanya dua realitas, yakni: (1) hal yang materiil dan (2) hal yang abstrak. Dua-duanya adalah ciptaan  Allah, dan berada dalam kekuasaan-Nya.
[13] G.W. Wenham, dalam Atkinson, op cit., hlm. 19.
[14] Perlu dicamkan bahwa apa pun yang diciptakan Alllah, ciptaan itu lain dari Diri-Nya sendiri. Kejadian 1:1 menolak paham panteis yang mengatakan bahwa Allah semata-mata nama untuk segala sesuatu. Allah tidak berada dalam alam semesta, dan justru sebaliknya alam semesta berada dalam (kemahakuasaan dan kedaulatan) Tuhan.
[15] Atkinson, op cit., hlm. 19.
[16] Hal yang senada  juga dengan ajaran teologis Kejadian 1;1 ini, pemazmur mengajak langit, matahari, bulan, dan bintang untuk memuji Tuhan (Lih. Mzm. 148:5; bnd. Ams. 8:22).
[17] David Atkinson, op cit., hlm. 23—24.
[18] Bnd. Ulangan 32:11, Nyanyian Musa dalam periode akhir pelayanannya bersama umat Israel.
[19] Bnd. Hnery M. Morris, op cit., hlm. 55. 
[20] Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran (Jakarta: Institut Reformed-Stephen Tong Evangelistic Ministries International, 1996), hlm. 2.
[21] William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1979), hlm. 63.
Begitu lucu dan aneh bagi saya, seorang intelektual seperti penulis diatas dengan gelar Magister Theologi, serta menampilkan begitu banyak referensinya tetapi tidak menunjukan kajian yang rasional dan logis. Terlebih harus menyerah pada ayat 6-25 Kitab Kejadiannya dan berkelit pada kesimpulannya. Jadi menurut pembaca, Apakah penulis ini benar-benar jujur dan objektif dalam menggunakan akal sehatnya? Atau terpaksa karena dorongan atau desakan Doktrin dan Dogma kelompok?
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih.” (Al Imran 3;177)
 “Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 54 Hal 313-317

Tidak ada komentar:

Posting Komentar