ARTIKEL GILAMOLOGI

Assalamulaikum Wr.Wb… اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

BERAT/MASSA MATERI (ZAT/SEL) ALAM SEMESTA SELALU SAMA?

(Gilamologi Sebuah Kajian Alternatif Filsafat Bebas)

By: Filsuf Gila

Bismillahhirohmanirohim… بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,”

(Al Hajr 22;8)

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Al Anbiyaa 21;10)

“Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya."

(Al-Jathiya 45: 20)

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

(Injil 1 Tesalonika. 5:21)

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)

ISLAM AJARAN TAUHID

ISLAM AJARAN TAUHID
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlas 112;1-4)

Minggu, 27 Februari 2011

Gilamologi dan Identifikasi Masalah (JILID 7 Hal : 39 - 49)

Gilamologi dan Identifikasi Masalah
Kaitan dengan latar belakang dan kondisi seperti diatas, saya melihat ada sebuah bentuk Fenomena sebab dan akibat. Ada Fenomena thesis, antithesis, dan sintesis. Ada indikasi masalah pada persoalan metode berpikir dan tingkah laku manusia dalam memahami keyakinan, kepercayaan dan agama dirinya maupun orang lain. Pengamatan saya mengarah lebih spesifik pada fenomena kewarasan dalam kewarasan, kegilaan dalam kegilaan, .kegilaan dalam kewarasan dan kewarasan dalam kegilaan dari bagaimana metode berpikir dan cara menjawab mereka (orang-orang di milist). Sehingga saya mencoba masuk untuk MEMAHAMI mereka dengan sebuah pendekatan dan uji kasus yang membuat mereka sendiri menjadi kebingungan. Didalam pendekatan dan uji tersebut saya sisipkan materi-materi penelitian dan quetioner, untuk melihat respon dari pembacanya. Sehingga  kebingungan yang terjadi itu adalah hasil perbuatan dan pemikiran mereka sendiri yang saya beri nama “GILAMOLOGI”.
Ide  kata “Gila”-mologi itu sendiri terinspirasi dari ayat Alquran yang berbunyi:
“Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis, berkat ni'mat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.”” (Al Qalam 68;1-5)
AlQuran sudah menegaskan bagaimana kebingungan mereka karena hasil perbuatan mereka sendiri:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.”(Al-I Imran 3;151)
Penyebab dari kebingungan itu sementara ini saya lihat sebagai sebuah bentuk ketakutan terhadap apa yang dia yakini dan percayai. Sehingga timbul reaksi yang berlebihan, tidak terkontrol dan dia sendiri tidak menyadari pernah melakukan, menjawab atau menuliskan hal itu, sehingga akhirnya kebingungan sendiri. Artinya mereka  terombang-ambing justru oleh pernyataannya sendiri:
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (Al Baqara 2;15)
Kebingungan itu juga karena terombang-ambingnya mereka akibat perbuatan menyerang, mempertahankan diri yang berlebihan dan terpancing suasana emosi.  Kemudian tidak jernih dalam membaca dan menjawab karena seolah-olah ada “target” yang hendak dicapai. Menghalalkan semua cara menjawab dan mengajukan tulisan.
Menurut metafisika, mereka bingung dan tersesat karena bisikan Syaitan:
"yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan : "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.." (An-Nisaa’, 4: 118-119)

Tersesat juga karena akibat perbuatan dan tulisan mereka sendiri yang melampaui batas:
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”(Al-I Imran 3;112)
Alkitab Injil-pun memberikan informasi ini:
“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ulangan 12:32)
Hal yang sangat sedehana disampaikan oleh Alquran untuk menjawab tentang kebingungan mereka:
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (Adh Dhuha 93;7-8)
Jadi Inti identifikasi masalah dari tulisan ini adalah “Diduga adanya persoalan yang nyata pada pola tingkah laku dan metode berpikir manusia dalam memahami sebuah persoalan tertentu khususnya sebab dan akibat keyakinan atau kepercayaan tertentu”. Sedangkan sub identifikasi masalah tersebut akan tersebar pada masing-masing topik, mengingat ada perbedaan mendasar antara memahami ilmu pengetahuan (Logika Manusia) dengan Logika Ketuhanan. Cara mengidentifikasi masalah inilah akan saya sebut sebagai Gilamologi.
Gilamologi menurut definisi sementara saya adalah : “Ilmu yang mengidentifikasi serta mempelajari (memahami) TINGKAH LAKU dan METODE BERPIKIR kegilaan orang gila, kewarasan orang waras, kegilaaan orang waras dan kewarasan orang gila” terhadap penyebab dan atau akibat fenomena tertentu. Dua sisi seperti pada mata uang koin. Saling berdempetan dan tidak dapat dipisahkan. Seperti kehidupan manusia yang indah penuh dengan hal yang logis dan tidak logis, postif dan negatif, rasional dan irasional, materi dan non materi, semua dibuat berpasangan dan berdampingan. Seperti dalam ayat:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (az Zariyat 51;49)
Pemaknaan yang harus dimaknai sebagai suatu bentuk keseimbangan hidup. Tidak fanatik terhadap satu sisi, tetapi memahami karakter dan fungsinya masing-masing. Termasuk antara Kewarasan dan Kegilaan manusia adalah dua sisi yang hanya dibatasi oleh “dinding tipis” sekali. Hal ini dijelaskan dalam Teori Psikopat dan Psikosis (wikipedia) sebagai berikut :.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan  pathos  yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat” karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Dan hasil penelitian Robert D Hare mengatakan bahwa  seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. Sebagian berakibat menjadi psikosis/skizoprenia dan selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Sedangkan Psikosis/ skizofrenia sendiri merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Indikator premorbid  (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.”

Sebuah hasil kajian ilmiah yang berparalel dengan ayat Alquran:
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?”. Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. (Muhammad 47;29-30)
Walaupun saya membahas ini dari kata “Gila” dan dari sisi gilamologi, tetapi gilamologi sendiri bukanlah suatu ilmu yang akan menilai kegilaan (penyakit jiwa) atau kewarasan seseorang. Gilamologi bukanlah sebuah alat vonis. Gilamologi bukanlah pula ilmu agama atau mewakili agama tertentu. Gilamologi ini diharapkan sebagai sebuah ilmu pendekatan filsafat manusia. Gilamologi adalah alat untuk memahami metode berpikir masing-masing manusia dan menggolong-golongkannya (distingsi) agar mudah memahaminya. Gilamologi adalah alat cermin untuk menggambarkan pendekatan keilmuan yang mencoba mendekati orang-orang yang sulit untuk memahami logikanya sendiri yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
Gilamologi semata-mata bukanlah alat untuk menyerang maupun pertahanan suatu golongan tertentu. Gilamologi juga ingin menunjukan Kitab Suci mana yang mengandung Hukum-hukum alam semesta (sumber ilmu pengetahuan), bukan sekedar teori-teori kebenaran relatif. Gilamologi juga lebih menfokuskan pada sebuah bentuk dialogis historis antara diri saya dan KESADARAN diri saya pribadi  dalam mencari KEBENARAN MUTLAK (Absolut), KESADARAN TERTINGGI MANUSIA (Believe System) dan KEIMANAN TERTINGGI (Ihsan).
"La haula wala Quwwata illa billah."
(Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Biarlah orang lain menilai logika dirinya sendiri dengan panduan gilamologi. Biarlah Keyakinan dan keimanan itu menjadi bagian Hak asasi masing-masing manusia, bukan karena pemaksaan doktrin/dogma (bahkan kekuasaan) siapapun, melainkan atas kesadaran akal budi logisnya dan pilihan hatinya sendiri.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."(Al Baqara 2;256)
Oleh karena saya mengusung “Gilamologi” inilah, maka saya menamakan diri saya sendiri sebagai “Filsuf Gila”. Sebuah penyamaran dan kaidah keilmuan yang membuat saya bisa masuk kedalam semua golongan tanpa satu keberatan apapun. Sebuah pernyataan mencela diri sendiri yang dilarang oleh agama Islam, tetapi cukup menarik pada saat saya mengajukan kepada forum.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al Hujurat 49;11)
Sebelum saya maju sebagai Filsuf Gila, orang-orang yang menurut saya waras dengan membuat tulisan yang ilmiah, bagus dan menarik, justru kelompok kontranya selalu berusaha menjatuhkannya dengan menghalalkan segala macam cara, yang akhirnya berbuntut penyerangan dan pencelaan pribadi dan berakhir dengan kata “Gila”. Tetapi saya yang mencoba masuk dengan menempatkan diri dengan menyebut saya gila sebagai kata akhir dari kebiasaan mereka berdebat, justru kelompok kontra berusaha meyakinkan saya bahwa saya “tidak gila”, “hampir gila”,”pura-pura gila”, “cuma menyamar gila” atau singkatnya mereka seperti kebingungan dan memotivasi saya untuk “berubah”, hah?. Kebingungan menghadapi tipe yang dimana orang lain yang mengaku waras, pamer kepintaran atau memang pintar, sudah dapat mereka kuasai untuk melawannya. Sedangkan bagi yang mengakui kelemahan, kesalahan, mencela diri sendiri, mereka sepertinya menghadapi pembelajaran baru. Apakah ini sebuah fenomena yang menarik?
Dilain pihak sebagai Filsuf Gila dan media internet, saya bisa berdiskusi tanpa mereka tahu siapa saya sebenarnya. Dan dapat menggali seseorang/kelompok dengan metode-metode atau tehnik-tehnik kegilaan dan kewarasan yang saya miliki, dengan memainkan 4 karakter yang berbeda dalam waktu bersamaan. Dengan integritas dan konsistensi karakter yang saya pastikan melalui pendalaman kesadaran. Saya sudah masuk kedalam kelompok-kelompok komunitas biasa dan komunitas keagamaan/kepercayaan, mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh golongan mereka sendiri, malah sampai pada tingkat yang paling mereka rahasiakan. Mungkin beberapa nanti akan menganggap sebagai sebuah media dakwah.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang mendapatkan keberuntungan.” ( Ali ‘Imran 3:104)
Jika hal itu terjadi, itu saya anggap sebagai ekses/reaksi dari pembacanya saja. Tetapi mungkin juga karena ada rasa kecintaan dengan agama saya akibat pencarian selama ini, sehingga timbul sebuah metode baru untuk membantu melihat agama Islam dari perspektif/paradigma lain:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(An Nisaa 4;58)
Dengan metode ini Gilamologi menemukan seolah-olah sebuah pola “berdakwah” yang paling tepat menurut saya, walaupun hanya satu ayat. Berdakwah di rumah ibadat menurut saya, sudah ada porsinya sendiri. Di Rumah Ibadat orang yang sudah bertobatlah yang datang, tetapi di luar sana di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh pendakwah di rumah ibadah, Gilamologi akan hadir dengan pendekatan/ metodenya sendiri.
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al Hajr 22;32)
Gilamologi hadir dengan tidak memiliki motif apapun selain memberitakan kebenaran yang nyata, seperti Alquran menyampaikan:
“Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Qur'an setelah beberapa waktu lagi.” (Sad 38;86-88)
Pada saat memberitakan sebuah kebenaran, biasanya akan ada yang mendukung dan ada yang membenci kita. Apakah Filsuf Gila takut akan kebencian manusia?
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. “(Al Kauthar 108;3)
Hanya kepada Allah SWT–lah Filsuf Gila memiliki rasa takut yang mendalam. Hanya sembah sujud untuk-Nya Filsuf Gila dapat ditaklukan. Apapun yang terjadi akan saya hadapi.
“Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (an Nahl 16;51)
Metode yang menggabungkan upaya preventif, protektif, promotif, represif/kuratif dan rehabilitatif. Metode yang menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan ilmiah. Penemuan bukan sekedar syariat, tarekat dan Hakekat semata, tetapi pada tingkatan Marifat. Karena Gilamologi dan sebagai Filsuf Gila inilah pula saya merasa menemukan Keimanan Tertinggi saya sekarang.
Bagaimanapun juga yang bertanggungjawab terhadap manusia adalah manusia itu sendiri. Dengan penyempurnaan penciptaan dan kelengkapannya, manusia diharapkan mampu untuk membuat pilihan yang bijak, baik dan tepat. AlQuran menegaskan :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Rad 13;11)
Sebenarnya jika Umat kristen mau mendalami Alkitab Injilnya dan mencari kebenaran Alkitab Injilnya, Apakah mengandung kebenaran atau tidak?, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan dalam Alkitab Injil :
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”(Matius 6;32-33)
Bukan hanya bagi kaum beragama, Gilamologi juga ingin memberikan sebuah wawasan bagi yang hanya memiliki keyakinan Tidak Bertuhan/Beragama (Atheis). Dimana orang-orang ini termasuk golongan yang sangat percaya dengan konsep Materialistis semata. Dimana Materialistis ini sendiri banyak mengambil referensi yang diambil dari hasil pemikiran manusia (teori semata). Pemikiran manusia yang mengandung kebenaran relatif yang ingin mereka agungkan sebagai Kebenaran Mutlak (Absolut/Kepastian). Kebenaran relatif (Ketidakpastian) yang para ahli sering menggunakan kaidah Hipotesis (Kemungkinan).
Semua teori ilmu pengetahuan manusia diawali dengan praduga dan  Hipotesis (dugaan). Hipotesis ini diamati/diteliti sehingga timbulah teori ilmu pengetahuan (menerima atau menolak Hipotesis). Para Materialistis yakin bahwa dengan penelitian dan pengamatan manusia, teori tersebut akan menjadi seolah-olah kebenaran mutlak. Kebenaran Mutlak (hukum) yang dipergunakan untuk memperkuat dan menjelaskan teori-teori ilmiah lainnya. Padahal teori ilmu pengetahuan itu tersebut seringkali dalam kondisi “mengambang” artinya belum diyakini dan dipastikan oleh ilmuwan itu sendiri maupun komunitas ilmiah lainnya. Pola pembanding antara Kebenaran relatif dan Kebenaran relatif lainnya (penelitian/teori sebelumnya) inilah yang sering dipergunakan oleh Kaum Filsafat Barat sebagai sebuah bentuk Kebenaran Mutlak.
Dari penjelasan sederhana diatas yang nantinya akan saya jabarkan secara sistimatis dalam tulisan Gilamologi ini, Gilamologi ingin menunjukan kepada kaum Materialistis, lebih akurat mana, membandingkan ilmu pengetahuan sekarang dengan Kebenaran Relatif manusia, atau membandingkan dengan Kebenaran Mutlak? Apakah Kebenaran Mutlak itu ada? Artinya Pembandingan antara Kebenaran relatif dengan kebenaran relatif akan dikesampingkan dahulu. Sekarang dengan Gilamologi akan menghadirkan sebuah kajian alternatif untuk membandingkan kebenaran relatif dengan Kebenaran Mutlak (Kitab Suci) yang diakui oleh Kaum Beragama/Bertuhan (Theis). Pola yang sering digunakan oleh Kaum Filsafat Timur/Timur Tengah. Nah, sekarang tinggal membuktikan terlebih dahulu Kitab Suci mana yang mengandung Kebenaran Mutlak dan mana yang tidak? Selama ini para ahli filsafat dan ilmuwan barat hanya melihat Alkitab Injil (agama mayoritas di Barat) sebagai alat pembanding/pertentangan mereka, Bagaimana dengan Alquran?  Disinilah Gilamologi hadir sebagai sebuah kajian alternatif.
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Fath 48;8-9)
Kajian alternatif yang hanya bertujuan untuk menasehati belaka, tidak ada motif lain dibalik itu. Semua dikembalikan kepada diri masing-masing sesuai dengan perintah Alquran.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al Asr 103;1-3)
Tetapi bagaimanapun juga saya hanyalah manusia biasa. Filsuf Gila adalah manusia biasa. Gilamologi adalah ilmunya manusia yang tidak dapat menandingi ilmu pengetahuan Allah SWT. Saya hanya bisa berdoa, berusaha,  dan belajar, serta memohon ridho Allah SWT, seperti yang tertulis pada ayat:
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Taha 20;114)
Seperti halnya Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menuntut ilmu pengetahuan. Islam akan hadir seiring bertambahnya pengetahuan manusia. Kitab Suci Al-Quran hanyalah bagi mahluk yang taat pada-Nya, bagi mahluk yang mau belajar dan orang-orang yang berilmu:
"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,Yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 3:18)
Kajian alternatif ilmu pengetahuan yang akan dipergunakan untuk kehidupan yang ada di jalan yang lurus.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al Fatiha 1;1-7)
Jalinan ayat yang indah dan Agung (Al Fatiha) yang ditegaskan sendiri dalam Alquran:
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung. (Al Hijr 15;87)
“Inikah Tanda-tanda Kebesaran (Keberadaan) Allah?”
Semoga Hidayah Kebenaran Islam dari Allah SWT selalu bersama Anda.
Dan jika ada kesalahan tulisan..itu kesalahan saya sebagai Manusia Biasa.
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (Saba 34;50)
May Allah Bless Us/You (MABU)!!!

Bersambung Ke...JILID 8 Hal : 49-56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar